A. Identitas Cerpen
Sumber
Buku : Kumpulan
Cerpen Muslimah Edisi 41
Judul Cerpen : Senja
di Masjid Biru
Pengarang : Intani
Nur Kusuma
Penerbit : Enka
Parahyangan
Tahun Terbit : 2005
B. Sinopsis Cerpen
Apa yang mampu menghidupkan
kembali seorang yang telah tiada? Barangkali hanya dengan satu cara, yaitu
dengan memutar kembali kenangan, dan mengekalkan ingatan. Sebagaimana cerpen “Senja di Masjid Biru”.
Di dalam cerita ini mengisahkan seorang
gadis bernama Bintang. Ia dikenal sangat
baik hati, rajin, disiplin dan cerdas di sekolahnya.
Pada suatu hari Bintang dikejutkan sebuah paket besar dan sepucuk
surat berlogo pos luar negeri singgah di kamarnya. Paket itu adalah sebuah
biola Stradivarius dan sebuah lukisan cantik yang bergambar dirinya dalam balutan
gamis yang berwarna coklat. Membaca baris demi baris surat itu mengantarkan
ingatannya kembali menuju beberapa tahun silam. Pada musim gugur yang indah,
tentang kenangan singkat di sebuah negeri bersama seorang kakek tua di sebuah mesjid ketika ia
menikmati paket hadiah liburan selama satu minggu di Turki. Paket itu diberikan
pemerintahan Turki kepada Bintang atas keberhasilannya memenangkan lomba karya
tulis tentang Keruntuhan Turki Usmani dan Implikasinya Terhadap Dunia Islam
yang digelar pemerintahan Turki melalui Kedutaan Besarnya di Indonesia..
Selama satu minggu Bintang menikmati liburan disana,
ia selalu bersama kakek tua itu. Setiap senja hari di pelataran Masjid Biru Bintang
selalu menghabiskan waktunya bersama kakek tua itu. Mereka bernyanyi-nyanyi,
menari, saling bercerita, dan bersenda gurau. Ibarat seorang kakek dengan
cucunya. Mereka hidup bahagia. Namun, pada hari terakhir kepulangannya ke
Indonesia, Bintang tidak melihat kakek tua itu lagi. Bintang sangat sedih
karena disaat Bintang ingin berpamitan padanya, ia justru menghilang entah
kemana.
Bintang terus membaca surat itu dengan diam. Nafasnya mendadak
sesak. Disurat itu diceritakan bahwa
kakek itu dulu tak muncul karena sakit dan akhirnya meninggal dunia. Namun
sebelum ia meninggal ia sempat menulis wasiat yang ditulis dalam sepucuk kertas
bahwa sepeninggalnya ia meminta sebuah biola dan sebuah lukisan untuk
dikirimkan kepada seorang gadis dari Indonesia yang bernama Bintang.
Mengingat kenangan indah itu Bintang sangat menangis
haru, air matanya mengalir deras tak terbendung lagi. Suara- suara kakek itu
melintas lagi di benaknya. Rasanya ia ingin sekali mengulang kembali kenangan
indah bersama kakek tua yang ia sayangi itu.
C. Unsur Ekstrinsik Cerpen
- Kepercayaan yang dianut ( agama )
Pengarang cerpen ini adalah
seorang yang menganut agama islam yang pada waktu itu terdaftar sebagai mahasiwa
di sebuah Universitas yang berlatarkan agama islam juga yaitu Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Maka cerpen atau hasil karyanya cenderung bernuansa
islam ( religi ). Sebagaimana dalam cerpen ini “ Senja di Masjid Biru “ dalam menyampaikan cerita pengarang banyak
menggunakan bahasa yang mengandung nilai- nilai islam. contohnya pada beberapa
kalimat berikut ini :
“
Dengan beribu tanda tanya yang
berkejaran silih berganti di benakku,
aku membukanya hati- hati, Bismillahirrahmanirrohim “
Kata Bismillahirrahmanirrohim yang terdapat pada kalimat diatas merupakan
sebuah bacaan suci atau do’a yang sering dibaca oleh seorang muslim ketika hendak
melakukan sesuatu ( kebaikan ).
“ Ya Rabbi…aku tak kuasa lagi
menahan perih “
Di dalam cerpen ini pengarang
menggunakan istilah Rabbi untuk sebutan
Tuhan. Istilah ini biasa digunakan orang- orang islam untuk memohon kepada
Tuhannya.
“ Jangan lupa shalat, Nak.” Bisik mama haru ketika melepas
keberangkatanku.
Selain itu pengarang juga
memasukkan kata shalat yang merupakan
bentuk pengabdian ibadah orang muslim
kepada Tuhannya.
- Latar belakang pengarang.
Kehidupan pengarang dan kejiwaannya berpengaruh terhadap proses
penciptaan karya sastra. Misalnya pengarang yang saat itu sebagai
mahasiswa banyak menulis karya sastra yang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya. Contohnya pada kalimat berikut ini :
“ Waktu berjalan sedemikian cepatnya, dan aku pun beralih menjadi
mahasiswa di sebuah kampus di Yogyakarta ”
“ Tak terasa, bulan depan aku
wisuda “
“ Kesibukan di kampus yang kujalani saat ini perlahan mengaburkan kenanganku
tentang Istambul “
- Aspek- aspek sosial
Situasi sosial seperti
masalah ekonomi,dan budaya akan berpengaruh terhadap sebuah karya sastra. Hal
ini mudah dipahami. Sebagai contoh dalam cerpen ini pengarang banyak
memunculkan istilah- istilah asing, misalnya dalam kalimat berikut ini :
“ Blue Mosque, Masjid Biru simbol
kebanggaan Istambul. “
“ Tak lupa sejumlah travel guide
yang berisi tempat – tempat wisata, museum, serta objek yang menarik lainnya
yang bisa kupilih sesuka hatiku untuk kukunjungi “
- Semangat zaman, atmosfer, atau iklim tertentu.
Semangat zaman yang dimaksud disini menyangkut aliran seni yang di gemari
saat itu. Sebagai contoh cerpen ini
banyak berceritakan kehidupan Anak SMA yang pada saat itu banyak di gemari orang.
Ini bisa kita lihat dari contoh kalimat berikut ini :
“ Bintang, selamat ya !” Teman- temanku berebut menyalamiku pagi ini
ketika aku baru saja melangkahkan kaki menuju kelas.
“ Kemarin pihak kedutaan Turki
menelfon Bapak Kepala Sekolah “