BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pembedahan
2.1.1
Pengertian
Menurut DepKes RI (1998), bedah merupakan suatu
metoda pengobatan yang dilakukan dengan terencana atau mendadak terhadap
sebagian sistem tubuh.
Bedah
merupakan salah satu bentuk terapi medis, yang dapat mendatangkan stress karena
adanya ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang ( Barbara C Long,
1996). Sedangkan pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang dilakukan
dengan jalan memotong atau mengiris bagian tubuh yang sakit (Ramali, 1994).
2.1.2 Tahap Pembedahan
Setiap
pasien yang akan menjalani pembedahan selalu melalui tiga tahapan operasi yaitu
: tahap pre operatif dimulai sejak dinyatakan adanya kepastian intervensi bedah sampai pasien dikirim ke
meja bedah, tahap intra operatif dimulai sejak pasien di transfer di meja bedah
sampai pasien dipindahkan ke ruang pemulihan (recovery room). Tahap post
operatif dimulai dari masuknya pasien ke ruang pemulihan sampai evaluasi untuk
selanjutnya. (Barbara C Long, 1996)
2.1.3 Persiapan Klien Pre
operatif
Lamanya periode pre operatif akan bervariasi
dari satu pasien ke pasien yang lainnya. Bagi pasien-pasien yang tidak
mengalami kegawatan mempunyai tenggang waktu antara masuk ke rumah sakit
dengan pelaksanaan pembedahan paling sedikit selama 24 jam. Waktu tersebut
digunakan untuk pasien agar terbiasa dengan lingkungan rumah sakit, staf
perawatan, medik dan untuk melengkapi pengkajian fisik dan psikologis.
Keberhasilan
pasien yang menjalani pembedahan bukan hanya ditentukan di atas meja bedah
(intra operatif) tetapi hal ini juga berkaitan erat dengan persiapan pasien
sebelum pembedahan (pre operatif) dan perawatan setelah pembedahan (post
operatif). Pada tahap pre operatif adalah tanggung jawab perawat untuk
mempersiapkan pasien baik secara fisik maupun psikologis, karena pembedahan
dapat menimbulkan ketegangan bagi pasien, menjadi ancaman poensial dan actual
kepada integritas seseorang dan dapat membangkitkan reaksi stress baik fisik
maupun
Psikologis. Karena itu, untuk
mencapai hasil pembedahan yang diharapkan, pasien perlu dipersiapkan baik fisik
maupun psikologisnya.
2.1.4 Persiapan fisik
Persiapan
fisik pada pasien pre operatif sangat penting dilakukan karena aspek ini
mempunyai hubungan langsung dengan pembedahan yang dilakukan. Hal umum yang
dilakukan pada persiapan fisik anatara lain :
2.1.4.1 Puasa
Untuk sebagian
besar tindakan pembedahan, pasien harus menjalani puasa 6 – 8 jam sebelum tindakan pembedahan
dilaksanakan dimana pasien tidak diperbolehkan makan dan minum. Puasa berguna
untuk mengurangi resiko tejadinya aspirasi selama dan setelah pembedahan.
2.1.4.2 Persiapan saluran
gastrointestinal
Persiapan ini
bertujuan untuk mencegah adanya cedera pada colon, dan untuk mengurangi jumlah
bakteri dalam usus, karena dengan adanya pembiusan pada operasi abdominal dapat
menurunkan aktifitas pencernaan. Pengeluaran isi saluran gastrointestinal hanya
dilakukan padan pasien yang akan menjalani operasi pada saluran pencernaan,
daerah pelvis, daerah perianal, persiapan ini dilakukan dengan cara
pemberian enema atau laksatif .
2.1.4.3 Kebersihan
Satu
hari sebelum pelaksanaan pembedahan pasien diminta mandi dan keramas dengan
antiseptik bila memungkinkan, demikian juga sebelum pasien dikirim ke kamar
bedah pasien mandi dulu, kuku dipotong dan dibersihkan, protesa, kosmetik harus
dilepas serta memakai pakaian khusus dan penutup kepala.
2.1.4.4 Persiapan kulit
Pembersihan
kulit sampai pencukuran rambut sekitar daerah operasi yang berguna untuk
mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi. Pencukuran daerah operasi
sebaiknya dilakukan 1 –2 jam sebelum pasien dikirim ke kamar bedah. Tujuan
persiapan kulit sebelum operasi adalah untuk membebaskan sedapat mungkin daerah
operasi dari mikroorganisme. Cara mencukur harus kearah butir rambut agar lebih
dekat keakarnya. Kulit jangan tergores atau melipat karena mikroorganisme dapat
diam pada permukan kulit yang pecah.
2.1.4.5 Istirahat
Perawat
hendaknya mengupayakan bagaimana caranya agar pasien dapat tidur semalam
sebelum operasi karena dengan istirahat yang cukup dapat membantu pasien dalam
mengurangi stress akibat pelaksanaan operasi.
2.1.4.6 Pemeriksaan status
fisiologis
Pemeriksaan
status fisiologis dilakukan dengan maksud untuk mengetahui fungsi organ pasien.
Pada pemeriksaan ini data dikumpulkan untuk mendapatkan garis dasar yang bisa
dijadikan bahan perbandingan pada fase intra operatif dan post operatif yang
berguna untuk mengenal masalah-masalah yang potensial setelah pembedahan yang
memerlukan intervensi pada periode pre operatif.
Berbagai
Pemeriksaan sebelum operasi untuk menentukan garis dasar dan mendeteksi yang
bisa mempengaruhi respon pasien pada fase intra dan post operatif antara lain :
pemeriksaan keadaan umum, tanda-tanda vital, fungsi jantung, fungsi paru-paru,
fungsi ginjal serta pemeriksaan penunjang yang berupa pemeriksaan radiology,
EKG dan laboatorium lengkap.
2.1.5
Persiapan
psikologis
Tujuan
perawatan pre operatif adalah untuk mempersiapkan pasien baik secara fisik
maupun psikologis terhadap pembedahan. Pada pasien yang akan dilakukan
pembedahan merasa ketakutan pada sesuatu yang tidak diketahui, dan
prosedur-prosedur yang menyakitkan kemungkinan akan menjadi penyebab dari
kecemasan.
Untuk
menghilangkan atau mengurangi ketakutan dan kecemasan pasien, perawat harus
mengetahui informasi apa saja yang harus diberikan sebelum operasi yang
tergantung kepada latar belakang, minat, dan derajat stress dari pasien. Cara
yang terbaik adalah dengan bertanya pada pasien apa yang mereka ingin ketahui
mengenai operasi yang akan berlangsung.
2.2
Kebutuhan
Dukungan Psikologis Pada Pasien Pre Operatif
Pasien yang
akan dilakukan pembedahan akan mengalami
berbagai macam jenis prosedur tindakan tertentu dimana hal tersebut akan
menimbulkan kecemasan sehingga pasien memerlukan dukungan psikologis dari
tenaga kesehatan. Adalah penting bagi perawat yang hampir dua puluh empat jam
selalu kontak dengan pasien untuk memahami kebutuhan-kebutuhan psiklogis pada
pasien pre operatif. Kebutuhan psikologis yang dibutuhkan oleh pasien dari
perawat berupa dukungan informasi dan dukungan emosional.
2.2.1
Kebutuhan
Dukungan Informasi
Pasien yang
akan dilakukan pembedahan akan mengalami kecemasan untuk itu pasien pre
operatif sangat membutuhkan informasi mengenai periode periopeatif agar tidak
mengalami kecemasan yang berlebihan karena ketakutan akan tindakan pembedahan.
Dengan
memberikan informasi yang sesuai dan waktu yang tepat dapat mengurangi
kecemasan, rasa nyeri, mengurangi
penggunaan analgetika, membantu pasien
tidur dan mengurangi lama hari rawat di rumah sakit bagi pasien yang mengalami
operasi.
Mathews dan
Ridgeway membagi informasi sebagai berikut :
1.
Informasi prosedural yang membantu pasien memahami apa
yang sebenarnya terjadi selama dalam prosedur.
2.
Informasi sensasi yang membantu pasien mengantisipasi
bagaimana/apa yang akan sebenarnya mereka rasakan selama atau sesudah suatu
prosedur.
3.
Informasi instruksional yang membantu pasien mengontrol
tindakan atau tingkah laku mereka secara tepat.
4.
Latihan relaksasi yang membantu mereka rileks
perlahan-lahan dan mengurangi ketegangan otot.
5.
Latihan penanggulangan kognitif yang membantu pasien
mengantisipasi dan menghadapi respon-respon psikologis. (Abraham & Shanley, 1997).
Informasi
diberikan kepada pasien operasi mulai dari hal-hal yang kecil sampai kebenaran
prognosa atau efek samping tindakan yang mungkin terjadi pada pasien. Informasi
yang diberikan kepada pasien pre operatif adalah informasi tentang petugas dan
lingkungan rumah sakit, informasi tentang penyakit dan informasi tentang setiap
tindakan yang dilakukan pada pasien tersebut.
Informasi
tindakan pada pasien pre operatif mencakup informasi tentang tindakan apa yang
akan dilakukan, informasi tentang apa yang dirasakan selama dan sesudah
tindakan serta efek samping dari suatu tindakan. Pasien yang akan dilakukan tindakan
pembedahan sangat memerlukan informasi tersebut. Informasi tentang petugas dan
lingkungan rumah sakit akan memberikan rasa nyaman dan pasien merasa bahwa
pasien diterima dilingkungan yang baru, sehingga pasien merasa ada orang yang
selalu siap membantu.
Informasi
tentang penyakit pada pasien pre operatif diperlukan karena pasien yang akan
dilakukan pembedahan sering merasa cemas karena penyakitnya, dimana pasien
tidak tahu apa yang terjadi dengannya, apa yang dapat dilakukan dengan
kondisinya, apa yang menyebabkan penyakitnya, tindakan apa yang dapat dilakukan
untuk menyembuhkan penyakitnya. Untuk itu perlu diberikan informasi tentang
penyakitnya sesuai dengan kewenangan dari perawat.
2.2.2 Kebutuhan Dukungan Emosional
Kebutuhan
psikologis oleh Maslow dinamakan sebagai komponen kesehatan jiwa. Kesehatan
jiwa yang positif tercapai bila kebutuhan psikologis akan rasa aman, kasih
sayang, harga diri dan aktualisasi diri terpernuhi secara optimal. Sehingga
pasien mempunyai kesiapan mental yang tinggi dalam menghadapi pembedahan.
(Depkes, 1984).
Dukungan
psikologis pada pasien pre operatif dengan memberikan dukungan emosional yang
berupa sikap empati, perhatian dan meningkatkan harga diri pasien.
Empati adalah
kemampuan untuk merasakan dunia pasien dimana dunia pasien seolah-olah dunia
kita sendiri. Kalisch mendefinisikan
empati adalah suatu kemampuan untuk memahami kehidupan orang lain,
mempersepsikan secara tepat perasaan dan maksud mereka. Empati merupakan bagian
yang sangat penting dalam proses interaksi anatara perawat dan pasien sekaligus
sebagai dasar dalam pemberian pertolongan antara perawat dan pasien (Stuart
& Sunden,1995).
Empati menuntut adanya kepekaan perawat terhadap
perasaan dan kemampuan secara verbali untuk menterjemahkan perilaku pasien. Hal
tersebut membutuhkan frekuensi interaksi yang kontinyu antara perawat dan
pasien. Sikap empati dapat dilakukan pada saat memenuhi kebutuhan pasien,
perawat menyampaikan penerimaan terhadap pasien melalui nada suara, ekspresi
wajah dan sentuhan.
Sentuhan pada pasien pre
operatif merupakan hal yang penting bagi
pasien. Sentuhan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar trhadap
lingkungan rumah sakit yang tidak akrab bagi pasien. Sentuhan adalah perilaku
positif yang menghasilkan efek kepuasan bagi pasien, dan sentuhan berada
diantara kebutuhan dasar dari kesehatan perkembangan mental dan fisik (Hudak
& Gallo, 1997)
Perhatian dari perawat sangat
dibutuhkan oleh pasien yang sedang dirawat, terutama pada pasien yang akan
mengalami berbagai kelemahan seperti pada pasien yang akan dilakukan
pembedahan. Perhatian pada pasien dapat diberikan dengan sentuhan, dimana
sentuhan merupakan kontak taktil yang dibutuhkan oleh setiap orang dari sejak
lahir sampai sepanjang kehidupannya. Dengan sentuhan memberikan kesan bahwa
perawat memahami, mendukung, memberi kehangatan, perhatian dan pendekatan pada
pasien, sentuhan tidak hanya meningkatkan rasa sejahtera bagi pasien tetapi
dapat menyembuhkan kondisi pasien dari
penyakit. Watson (1988) mengatakan faktor perhatian bertujuan untuk proses
perawatan yang membantu seseorang mencapai atau mempertahankan kesehatannya
atau meninggal dengan damai.
Pasien yang akan mengalami
tindakan pembedahan sangat memerlukan dukungan dari perawat yang bertujuan
untuk meningkatkan harga diri pasien. Tindakan perawatan yang dibutuhkan oleh
pasien dalam meningkatkan harga dirinya dengan memanggil pasien sesuai namanya,
memperkenalkan pada orang lain, menghargai pasien dengan menjaga privasi,
memberikan pilihan setiap tindakan keperawatan yang akan diberikan,
mengikutsertakan pasien dalam pemenuhan kebutuhan yang sesuai dengan kemampuan
pasien, memberikan pujian bila pasien mampu melakukan hal-hal yang positif
(Hudak & Gallo, 1997).
2.3
Kebutuhan Dukungan Spiritual Pada Pasien
Pre Operatif
2.3.1
Pengertian
Kebutuhan
dasar spiritual adalah kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut : Kebutuhan akan
kepercayaan dasar, kebutuhan akan makna hidup, kebutuhan akan komitmen
peribadatan, kebutuhan keimanan, kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan
berdosa, harga diri, kebutuhan akan rasa
aman, derajat dan martabat , hubungan horizontal, kehidupan bermasyarakat.
(Clinebell ; dalam Hawari 2004).
Menurut
Taylor kebutuhan dasar adalah segakla sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara
individu dengan kekuatan kehidupan non material/kekuasaan yang maha tinggi
didalamnya bisa mencakup system yang terorganisir dari lingkungan seseorang
terhadap kekuatan yang maha tinggi.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan manusia untuk memelihara, menambah
atau memperbaiki keyakinan dan kepercayaan untuk memenuhi kewajiban beragama
untuk tercapainya tujuan dalam memenuhi kebutuhan kebaikan, kasih saying, dan
memaafkan (Kozier,1991).
Stoll yang dikutip Kozier (1991) menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan
spiritual adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan sipitual pada pasien agar
mengalami kesadaran individu tentang sifat diri sendiri, lingkungan, nilai
dalam hubungan aktivitas kehidupan seseorang dan hubungannya dengan yang lebih
tinggi sesuai dengan pemahamannya.
2.3.2
Tujuan pemenuhan kebutuhan
spiritual
Menurut Depkes (1994) tujuan pemenuhan spiritual anatara lain :
a.
Pasien dapat menjalankan ibadah, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
b.
Pasien dapat dorongan moril, kekuatan batin,
dan ketenangan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
c.
Pasien dan keluarganya dapat menerima
kenyataan yang dihadapi.
d.
Pasien dapat menghadapi kematian dengan
tenang.
2.3.3
Karakteristik Spiritual
Hamid ( 2000) menguraikan karakteristik spiritual ke dalam beberapa
bagian :
2.3.3.1 Hubungan
dengan diri sendiri
Hubungan dengan diri sendiri dikatakan juga sebagai kekuatan dalam dan
atau self-reliance yang meliputi :
a.
Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dilakukan).
b.
Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya
pada kehidupa/masa depan), ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri
sendiri).
2.3.3.2 Hubungan
dengan alam
Hubungan dengan alam memaknai hal ini sebagai harmoni yang meliputi :
a.
mengetahui tentang tanaman, pohon,
margasatwa dan iklim
b.
berkomunikasi dengan alam (bertanam,
berjalan kaki) mengabadikan dan melindungi alam.
2.3.3.3 Hubungan
dengan orang lain
Hubungan dengan orang lain meliputi :
a.
Harmonis/supportif ( berbagi waktu,
pengetahuan, dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, orang tuan dan
orang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian.
b.
Tidak harmonis (konflik dengan orang lain,
resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi).
2.3.3.4 Hubungan
dengan ketuhanan
Hubungan dengan ketuhanan dikelompokkan kedalam kategori agamis dan tidak
agamis yang tersusun dari unsur :
a.
Sembahyang/berdoa/meditasi
b.
Perlengkapan keagamaan
c.
Bersatu dengan alam