A. Sebab Rasulullah saw. Hijrah ke Thaif
Dakwah Rasulullah saw. dikota Mekah semakin mendapat ancaman dari
kaum kafir Quraisy. Rasulullah menganggap kota Mekah sudah tidak aman lagi
untuk kegiatan dakwahnya dan kurang memberi harapan bagi perkembangan Islam,
sehingga beliau memutuskan untuk berdakwah di daerah lain, yaitu di kota Thaif.
Kota Thaif terletek di sebelah tenggara kota Mekah, memiliki udara
yang sejuk, tanah yang subur, dan termasuk salah satu kota perdagangan yang
maju. Kota Thaif juga merupakan kota yang penting bagi sejarah Islam seperti
yang diceritakan dalam firman Allah swt. berikut ini.
Artinya: "Dan mereka berkata, "Mengapa Al-quran ini
tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif)
ini?"(Q.S. Az-Zuhruf/43: 31)
Penduduk kota Mekah dan Thaif mengingkari kenabian Muhammad saw.
pada waktu itu Thaif didiami Bani Saqif yang terdiri dari dua suku, yaitu Bani
Ahlaf yang menguasai bidang militer, diplomasi, dan penyembahan berhala, serta
Bani Malik yang menguasai bidang ekonomi dan pertahanan.
Adapun Sebab Rasululloh SAW Hijrah ke Thaif Antara Lain :
Adapun Sebab Rasululloh SAW Hijrah ke Thaif Antara Lain :
- Kegiatan dakwah Rasulullah banyak sekali mendapat hambatan dan rintangan, baik dari kelurga sendiri maupun dari orang kafir. Akan tetapi hal itu tidak mengendorkan semangat beliau dalam menyiarkan agama Islam. Beliau tetap tabah dan bersemangat.
- Rasulullah menghadapi perlakuan kasar dari kaum kafir Quraisy dan penduduk Thaif dengan sabar, bahkan Rasulullah memaafkan kesalahan mereka. Beliau yakin bahwa kesabaran akan menjadi penolongnya, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah berikut ini.Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan solat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."(Q.S.Al-Baqoroh/2: 153)
- Rasulullah saw. juga memaafkan berbgai perlakuan orang-orang kafir Quraisy dan penduduk Thaif . Padahal mereka telah berlaku kasar terhadap beliau, tetapi dengan lapang dada, beliau mau memaafkannya.
- Rasulullah saw. senantiasa berharap terhadap apa yang dicita-citakannya. Harapan ini selalu diiringi dengan usaha dan do'a.
B. Rasulullah saw. Hijrah ke Thaif
Rasulullah saw. hijrah ke Thaif pada tahun ke-10 setelah kenabian
dengan naik unta. Beliau ditemani Zaid bin Haritsah, mantan budak Khadijah yang
sudah diangkat sebagai anak.
Kota Thaif pada waktu itu dipimpin oleh tiga orang keturunan Saqif
yang masih ada hubungan keluarga dengan Rasulullah. Ketiga orang tersebut
adalah Kinaah yang bergelar Abdu Jaffi, Mas'ud bergelar Abdu Kulal, dan Habib.
Ketiganya merupakan anak dari Amr bin Umair bin Auf as Saqafi.
Rasulullah berharap mendapat perlindungan dan dukungan dari
keluarganya di Thaif, serta berharap mereka mau menerima ajaran Islam.
Harapan tersebut ternyata meleset, pada awalnya mereka menyambut
Rasulullah dengan baik, tetapi setelah mereka mengetahui tujuannya untuk
menyiarkan Islam dan mengajak mereka untuk menerima ajaran Islam, mereka marah,
menghina, dan mengusirnya.
Selama 10 hari Rasulullah saw. dan Zaid bin Haritsah tinggal di Thaif
dan mendapatkan perlakuan yang buruk. Penduduk Thaif melempari Rasulullah saw.
dan Zaid bin Haritsah dengan batu. Rasulullah saw. mengalami luka yang cukup
parah, betisnya berlumuran darah. Begitu juga dengan Zaid bin Haritsah yang
mengalami luka-luka yang lebih parah, sebab berusaha melindungi Rasulullah saw.
C. Sikap Rasulullah saw. terhadap Perlakuan Penduduk Thaif
Pada saat penduduk Thaif melempari Rasulullah saw. dan Zaid dengan
batu, beliau dan Zaid segera keluar dari kota Thaif untuk menghindarinya.
Setelah berlari sekitar tiga mil, beliau dan Zaid berteduh di bawah pohon
anggur milik Utbah bin Rabiah dan Syaibah bin Rabiah yang memusuhinya.
Rasulullah dan Zaid istirahat di bawah pohon anggaur sambil
membersihkan luka-luka di tubuhnya. Pada saat itu Utbah dan Syaiba menyuruh
Addas pembantunya untuk mengantarkan buah anggur kepada Rasulullah dan Zaid.
Ketika akan memakan buah tersebut, Nabi saw. membaca Basmallah. Addas terkesan
dengan ucapan tersebut, dan akhirnya masuk Islam.
Walaupun Rasulullah saw. mendapat perlakuan kasar dari pendudk Thaif,
tetapi beliau tetap tabah, sabar, dan memaafkan mereka. Beliau tetap semangat
dalam berdakwah dan berdo'a kepada Allah agar pendudk Thaif mendapat
petunjuk-Nya.
Pada waktu rasulullah saw. berteduh di kebun milik Saibah dan
Utbah, beliau mengadu dan berdo'a kepada Allah swt. dengan kata-kata berikut
ini.
" Ya Allah, sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu tentang
lemahnya kekuatan diriku dan lemahnya aku di mata manusia. Wahai Zat yang Maha
Penyayang diantara para Penyayang, Engkau adalah Tuhan orang-orang yang lemah
dan Tuhanku, kepada siapapun Engkau serahkan diriku selagi Engkau tidak murka
kepadaku, maka aku tidak peduli dengan hal itu."
Ketika tiba di Qornul Manazil, Malaikat Jibril datang meminta
kepada beliau agar diizinkan menghancurkan penduduk Thaif. Malaikat Jibril
mengutus para Malaikat penjaga gunung Abu Qubais dan Qoiqon yang terletak di
antara Mekkah dan Thaif untuk menghancurkan penduduk Thaif, jika mereka
diizinkan.
Akan tetapi Rasulullah saw. menolaknya, sebab telah memaafkan
mereka. Beliau berharap semoga Allah memberikan kepada mereka keturunan yang
menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Setelah itu
beliau berdoa lagi kepada Allah swt. yang berbunyi:
Artinya: "Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku,
sesungguhnya mereka tidak mengetahui."
Demkian mulianya akhlak Rasulullah saw. yang tetap tabah dan sabar
dalam berdakwah walaupun seringkali disakiti oleh kaum kafir. Beliau selalu
memaafkan mereka, tidak dendam kepada mereka, bahkan mendoakan agar mereka
diberi petunjuk.
Sekembalinya dari Thaif, Rasulullah tidak langsung ke Mekkah,
sebab di Mekkah sudah tidak ada orang yang melindunginya dari tekanan kaum
kafir Quraisy. Selama beberapa hari beliau bersembunyi di Gua Hira.
Pada suatu saat Muti'm bin Ady yang berasal dari Bani Naufal
meminta Rasulullah saw. untuk kembali ke Mekkah dan meneruskan dakwahnya.
Rasulullah mendapat jaminan keamanan dari Muti'm bin Ady untuk meneruskan
dakwahnya di Mekkah.
D. Hikmah Hijrahnya Rasulullah saw. ke Thaif
Ada beberapa hikmah yang bisa dipetik dari hijrahnya Rasulullah
saw. ke Thaif, antara lain:
- Meneladani Keluhuran Akhlak Rasulullah saw. dalam Menghadapi kaum kafir Quraisy dan Penduduk Thaif
- Rasulullah terkenal memiliki akhlak yang terpuji. Allah swt. sendiri memuji Nabi Muhammad saw. dalam firman-Nya berikut ini. Artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudipekerti yang agung."(Q.S.Al-Qolam/68: 4)
Lihat Juga:
Hal ini menunjukkan keluhuran akhlak beliau. Kepada orang-orang
yang menyakitinya, beliau malah mendo'akannya.