CONTOH PROPOSAL PTK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK DI SEKOLAH DASAR Maret 2024


A. JUDUL

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas III SDN Bukitdago Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya).


B. LATAR BELAKANG MASALAH
Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit.

Meskipun keterampilan menulis itu sulit, tetapi perannannya dalam kehidupan manusia sangat penting. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis karangan, menulis surat, laporan, buku, artikel, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa kehidupan manusia hampir tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menulis. Bahkan, Tarigan (1992:44) menyatakan bahwa “Indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu”.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, keterampilan menulis siswa masih sangat terbatas, terlebih lagi untuk dapat menulis karangan sederhana siswa kesulitan untuk menyusun kalimat secara runtut dan mengembangkan karangan sederhana yang kreatif dan imajinatif, sehingga siswa perlu dipacu dengan menggunakan teknik dan media yang menarik. Dengan media pembelajaran yang menarik, siswa diharapkan dapat lebih berkreatif dan imajinatif sehingga tidak kehabisan kata-kata dalam menulis karangan sederhana. Menulis karangan sederhana dibutuhkan adanya ketelitian, kepaduan, keruntutan dan kelogisan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, antara paragraf dengan paragraf berikutnya sehingga akan membentuk sebuah karangan yang baik dan utuh.

Kenyataan di atas mengharuskan pengajaran menulis karangan sederhana digalakkan sedini mungkin. Dalam kurikulum Sekolah Dasar, standar kompetensi menulis yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana dan puisi. Pengajaran menulis karangan sederhana menjadi aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang mendapat porsi lebih besar daripada keterampilan berbahasa lainnya. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kemampuan menulis karangan sederhana, siswa masih rendah karena metode pengajaran menulis karangan sederhana kurang efektif.

Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui bahwa peranan guru sangat menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan. Dewasa ini pendekatan yang digunakan dalam pengajaran keterampilan menulis karangan sederhana yang banyak diterapkan di sekolah adalah pendekatan tradisional yakni mengajar siswa secara langsung dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu. Siswa disuruh mengembangkan kerangka, dengan penekanan pada hasil tulisan. Strategi semacam ini menjadi kendala bagi pengembangan keterampilan menulis karangan sederhana. Hal tersebut diakibatkan karena siswa tidak terbiasa mengkaji secara langsung permasalahan yang hendak ditulis. Akibatnya, siswa terbentur dalam menuliskan materi yang ada dalam pikirannya. Padahal pada hakikatnya, kemampuan menulis karangan sederhana, siswa sangat bergantung kepada penguasaan hal yang hendak ditulis. Sehingga hasil belajar siswa tentang menulis karangan sederhana pada tahun sebelumnya masih rendah dengan nilai kurang dari KKM yaitu 65.

Berdasarkan uraian di atas, maka guru harus kreatif dalam memilih strategi pembelajaran menulis karangan sederhana, tidak terpaku dengan media pembelajaran yany terbatas dan tuntutan target kurikulum. Akan tetapi, harus sejalan dengan tujuan pembelajaran menulis, yaitu agar siswa terampil mengkomunikasikan idenya secara tertulis melalui suatu proses menyeluruh yang bermakna, yang tentunya membutuhkan suatu proses latihan yang memadai dan kontinyu. Salah satunya dengan menggunakan media komik untuk meningkatkan siswa dalam menulis karangan sederhana. Hal ini ditegaskan oleh Rosmiati (1992:53), bahwa “Media pendidikan dapat berperan dalam membuktikan informasi yang diterima siswa secara verbal atau tulisan, juga dapat memperolah dari objek yang sesungguhnya atau yang mendekati sebenarnya”. Media yang dapat membantu pengajar untuk menyampaikan dan mempermudah penyampaian konsep pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan sederhana dengan penggunaan media komik. Dengan bantuan media komik tersebut maka informasi yang diperoleh siswa tersebut tidak hanya dari guru atau buku sumber saja, tetapi siswa juga memperolah informasi tersebut dari objek yang sesungguhnya.

Melalui media komik inilah akan dapat membantu siswa dalam proses belajar. Komik akan menjadikan anak mengenali lingkungan sekitarnya disamping seagai pemenuh kebuthannya akan menjadi fantasi imajinasi kreatif. Anak-anak sebagai pembaca komik begitu hapal isi cerita yang dibacanya bahkan siswa mampu memperagakan tokoh maupun cerita yang tertuang dalam komik. Hal ini didukung oleh kondisi anak usia SD yang telah mampu mengembangkan kreativitas, mengapresiasi seni serta berbagai pengalaman estetisnya. Keadaan tersebut membuktikan bahwa ternyata komik bisa menjadi media pendidikan dan media hiburan efektif karena mampu memberikan motivasi kepada para pembacanya sehingga menjadi sungguhan yang menyenangkan bagi siswa.

Penggunaan media komik ini diharapkan dapat membuat siswa merasa senang, menarik dan tidak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Dengan menggunakan media komik siswa akan menjadi kreatif dan imajinatif dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan sederhana, selain itu dapat membantu kegiatan proses pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul : Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Sederhana dengan Menggunakan Media Komik di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas III SDN Bukitdago Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya).

C. PERUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa pengajaran keterampilan menulis karangan sederhana yang banyak diterapkan di sekolah adalah pendekatan tradisional yakni mengajar siswa secara langsung dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu. Siswa disuruh mengembangkan kerangka, dengan penekanan pada hasil tulisan. Strategi semacam ini menjadi kendala bagi pengembangan keterampilan menulis karangan sederhana. Sehingga hasil belajar siswa tentang menulis karangan sederhana pada tahun sebelumnya masih rendah dengan nilai kurang dari KKM yaitu 65.

Kemampuan menulis karangan sederhana memberikan makna yang penting untuk berkomunikasi secara tidak langsung dalam kehidupan. Memiliki keterampilan menulis karangan sederhana tidaklah semudah yang dibayangkan oleh banyak orang. Semakin banyak kita berlatih menulis, maka akan semakin menguasai keterampilan tersebut. Sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya menulis karangan sederhana, guru harus menerapkan pengetahuannya mengenai teknik dalam mengajar. Peneliti dalam hal ini sebagai guru menggunakan media komik guna mengaktifkan siswa dalam pembelajaran menulis karangan sederhana. Pengorganisasian komik yang baik akan membawa siswa melalui pengalaman belajar yang sesuai dan terorganisir dari satu konsep ke konsep berikutnya. Kondisi ini akan sangat membantu siswa dalam membentuk struktur matematika. Pemahaman konsep harus diikuti latihan-latihan untuk memberikan keyakinan diri bahwa konsep-konsep yang dipelajari benar-benar dipahami secara mantap sebelum pindah ke konsep berikutnya.

2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago?

Rumusan masalah tersebut lebih lanjut dirinci dengan pertanyaan penelitian tindakan sebagai berikut : 

  1. Bagaimana perencanaan pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago? 
  2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago? 
  3. Bagaimana meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SD N Bukitdago? 
3. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah tentang meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago, penulis lakukan melalui serangkaian pembelajaran yang efektif yang dikemas dalam suatu kegiatan kolaboratif PTK, secara garis besar PTK ini di fokuskan pada : 

  1. Menyusun rencana pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago. 
  2. Melaksanakan proses pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago. 
  3. Menilai hasil belajar siswa dalam menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago. 

D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui perencanaan pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago.
  2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago.
  3. Untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik di Kelas III SDN Bukitdago.
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang meningkatkan keterampilan menulis karagan sederhana dengan menggunakan media komik sebagai media pembelajara yang edukatif dan rekreatif, serta dapat dijadikan sebagai pengembangan pendidikan.

2. Manfaat Praktis 
Bagi Siswa 

  1. Meningkatkan potensi berfikir, minat dan bakat melalui pembelajaran Bahasa Indonesia.
  2. Meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
  3. Meningkatkan motivasi untuk gemar belajar Bahasa Indonesia, sehingga proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. 
3. Bagi Guru 

  1. Untuk memperoleh gambaran dan menjadikan suatu alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
  2. Menjadikan dorongan untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan melaksanakan pembelajaran yang bermakna.
  3. Memberikan pengalaman dalam mengatasi permasalahan melalui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. 
  4. Bagi Sekolah 
Merupakan bahan dalam supervisi untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas dan memotivasi guru lain serta tersedianya media pembelajaran untuk melakukan PTK.

F. LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran Menulis 
Kemampuan menulis merupakan suatu kemampuan yang kompleks. Menulis merupakan penggabungan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar menurut tata bahasa dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun menurut penalaran yang tepat. Menurut Robert Lado (1971:143), “Menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya”.

Menurut Tarigan (1983:3-4), menulis adalah :
Suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan pengetahuan. Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Disebut sebagai kegiatan produktif karena kegiatan menulis menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis. Keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Keterampilan menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan dan mempengaruhi, hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannnya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat.

Menurut Tarigan (1983:21), menulis adalah :
Menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik.

Menurut Suriamiharja (1985:2), menulis adalah :
Kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan menulis merupakan berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Kegiatan menulis dalam dunia pendidikan sangat penting dan berharga sekali, sebab menulis akan lebih mempermudah seseorang untuk berpikir. Menulis merupakan suatu alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diberikan simpulan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Dalam menulis juga harus diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan tata bahasa tertentu atau kaidah bahasa yang digunakan, sehingga dapat menggambarkan atau dapat menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktek yang terus menerus dan teratur.

Bentuk keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis. menurut Akhaidah, dkk. (1991:1-2) ada 8 kegunaan menulis yaitu:

  1. Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik.
  2. Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.
  3. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
  4. Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasi gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat.
  5. Penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif.
  6. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.
  7. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif.
  8. Dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis bepikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.
Dari beberapa bentuk keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis di atas dapat disimpulkan bahwa keuntungan dari kegiatan menulis tersebut adalah bahwa penulis dapat lebih banyak menyerap dan menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis serta dapat mengetahui kemampuan dan potensi dirinya.

2. Keterampilan Menulis
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa diakui oleh umum. Menulis merupakan keterampilan yang mengisyaratkan penguasaan bahasa yang baik. Dalam belajar bahasa, menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut. Menurut Semi (1995: 5) “Pengajaran menulis merupakan dasar untuk keterampilan menulis”.

Dengan demikian, bahwa dalam pembelajaran menulis siswa harus menguasai kaidah tata tulis, yakni ejaan, kaidah tata bahasa, morfologi dan sintaksis. Di samping itu penguasaan kosakata yang banyak, diperlukan pula. Menulis sebagaimana berbicara, merupakan keterampilan yang produktif dan ekspresif. Perbedaannya, menulis merupakan komunikasi tidak bertatap muka (tidak langsung), sedangkan berbicara merupakan komunikasi tatap muka (langsung). 

Menurut Azies dan Alwasilah (1996: 128), “Keterampilan menulis berhubungan erat dengan membaca”. Hal ini diakui pula oleh Semi (1995: 5). “Semakin banyak siswa membaca, cenderung semakin lancar dia menulis”. Seberapa besar porsi materi menulis harus diberikan, dibandingkan dengan materi berbicara, hal ini tidak ada ketentuannya. Materi menulis biasanya berkaitan dengan paragraf atau wacana. Sebelum siswa mendalami wacana secara luas, alangkah baiknya memahami paragraf dahulu. Jika ada materi mengarang (komposisi), materi paragraf haruslah menjadi dasar pemahaman komposisi. Artinya, pengajaran menulis, sebagaimana juga materi lain, disajikan secara bertahap.

Dalam kaitan dengan menulis, siswa harus memiliki kemampuan dalam menggunakan ejaan, sebagai kaidah tata tulis. Ejaan ynag sifatnya sangat teknis tidak perlu secara khusus diajarkan, mereka cukup mempelajarinya di rumah dengan dibekali buku pedoman. Sekali-sekali bisa juga siswa dilatih menggunakan ejaan. Pelatihan menulis paragraf atau karangan yang lebih kompleks merupakn sarana untuk melatih menggunakan ejaan. Ejaan hanya merupakan bagian dari materi menulis. Seharusnya sejak dini pembelajar diperkenalkan dengan kaidah tata tulis walaupun bukan sebagai materi tersendiri.

2. Karangan Sederhana
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini merupakan kerangka tentang standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia yang harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh siswa pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam lima komponen utama, yaitu : (1) Standar Kompetensi, (2) Kompetensi Dasar, (3) Hasil Belajar, (4) Indikator, dan (5) Materi Pokok.

Standar Kompetensi mencakup aspek mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca dan menulis. Aspek tersebut dalam pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu. Kompetensi Dasar kebahasaan kelas III, yaitu :

  1. Menggunakan huruf kapital pada awal kata untuk menulis nama lembaga pemerintahan, nama pulau, benua, dan negara.
  2. Menggunakan tanda titik untuk singkatan yang umum dan singkatan nama orang.
  3. Menggunakan tanda titik, koma, tanda pisah untuk menulis karangan.
  4. Menggunakan kalimat tanya dengan jawaban “benda/hal/kegiatan/ ya/tidak/bukan”.
  5. Menggunakan kalimat tanya apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana. (BSNP, 2006 : 17-18)
Kompetensi dasar kebahasaan ini disajikan secara terpadu dengan kompetensi dasar yang lainnya dengan menggunakan tema yang sama. Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, Indikator, dan Materi Pokok yang dicantumkan dalam Standar Kompetensi ini merupakan bahan minimal yang harus dikuasi siswa. Oleh karena itu, sekolah atau guru dapat mengembangkan dan menggabungkan atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat.

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:854), “Kemampuan siswa adalah kesanggupan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar yang lebih baik, sehingga dapat berfikir secara praktis dan teratur serta dapat diuji”. Menurut Tarigan (1986 : 2) bahwa :

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan sesuatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar tersebut.

Dari pengertian di atas, bahwa menulis merupakan suatu aktivitas seseorang dalam melukiskan lambang-lambang grafis dari suatu bahasa. Hasil dari aktivitas itu berupa tulisan yang harus dapat dibaca oleh orang lain. Untuk seseorang perlu memahami lambang-lambang grafis yang dibakukan dalam suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia pembakuan lambang-lambang grafis itu di atur dan ditetapkan harus sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Karangan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996 : 618), “Karangan adalah susunan, gubahan, rangkaian tulisan. merupakan materi pengajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan menulis karangan adalah menyusun, merangkai, menggubah tulisan sehingga menjadi sebuah cerita”. Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.

3. Media Komik
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.

Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Menurut Gearlach dan Ely (dalam Pupuh, Fathurrohman, 2007: 65) mengatakan bahwa “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, kemampuan atau sikap”.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Menurut Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 1996 : 15), mengemukakan bahwa “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Fungsi media menurut Nana Sudjana (1991) yakni :

  1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
  2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
  3. Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
  4. Penggunaan media dalam pengajaran semata-mata sebagai alat hiburan yang digunakan hanya sekedar melangkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
  5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
f. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut :

  1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata atau lisan belaka).
  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti : 1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model, 2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, atau gambar, 3) Konsep yang terlalu luas.
  3. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Media pembelajaran berguna untuk : 1) Menimbulkan kegairahan belajar, 2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, 3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
  4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apabila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran yaitu dengan kemampuan dalam : 1) Memberikan perangsang yang sama, 2) Mempersamakan pengalaman, 3) Menimbulkan persepsi yang sama.
Kedudukan media pengajaran dalam perencanaan pengajaran, diperlukan pengetahuan tentang merumuskan dan menganalisis tujuan pengajaran, menetapkan prosedur, jenis dan alat penilaian. Selanjutnya pengetahuan tentang media pengajaran sangat berguna untuk menyusun perencanaan program pengajaran. Dengan mengenal media pengajaran dan memahami cara-cara penggunaanya akan sangat membantu tugas para guru dalam meningkatkan efektifitas proses pembelajaran.

Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Menurut Sadiman Arief S. (2003), media gambar adalah sebagai berikut :

Media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas.

Kelebihan media komik adalah : 1) Sifatnya kongkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata, 2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, 3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, 4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja, 5) Murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan. Kelemahan media gambar adalah : 1) Gambar menekankan persepsi indera mata, 2) Gambar berada yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, 3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Komik menjadi pilihan karena adanya kecenderungan banyak siswa lebih menyenangi bacaan media hiburan seperti komik dibandingkan dengan menggunakan waktu mereka untuk belajar atau mengerjakan tugas rumah. Dengan menggunakan media komik dapat membuat siswa merasa senang, santai dan tidak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Rothlein dan Meinbach (1991:24), mengemukakan :
Pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat memotivasi siswa untuk lebih memahami suatu masalah yang diajukan. Komik juga dapat menimbulkan imajinasi dan mempersiapkan stimulus berpikir kreatif. Komik juga dapat memberikan apresiasi bahasa dan mengembangkan komunikasi lisan, mengembangkan proses berpikir kognitif, ungkapan perasaan, dan meningkatkan kepekaan seni

Komik (buku cerita bergambar) memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Komik ini memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter dalam komik dapat berupa manusia atau binatang. Disini ditampilkan kualitas manusia, karakter, dan kebutuhan, sehingga anak-anak dapat memahami dan menghubungkannya dengan pengalaman pribadinya.

Menurut Tiedt (2000) “Secara umum buku bergambar (komik) terdiri atas paduan kata-kata (bahasa) dan gambar”. Bahasa dalam komik kebanyakan berisi berupa kalimat langsung. Fungsi bahasanya tidak hanya untuk menjelaskan, melengkapkan, atau memperdalam pengertian teksnya. Dibandingkan dengan kisah gambar, disini bahasa dan gambarnya secara langsung saling terpadukan. Isi ceritanya disajikan melalui penataan gambar-gambar tunggal dalam suatu urutan dan berhubungan dengan tema-tema yang universal sehingga anak-anak dapat memahaminya. Daya tarik berbagai jenis komik mengikuti pola yang dapat diramalkan. Dikalangan anak prasekolah, yang disukai adalah komik dengan tokoh hewan, misalnya Mickey Mouse, Donal Bebek, dan Doraemon, yang dibaratkan seperti manusia. Akan tetapi, sebenarnya anak prasekolah menyukai semua komik dengan syarat tidak mengandung unsur teror. Pada akhir masa kanak-kanak, anak-anak menyukai komik dengan pahlawan yang dapat diidentifikasikannya. Mereka menyukai petualangan, misteri, dan ketegangan. Menurut Iswatiningsih (2002:15), mengemukakan :

Memasuki usia remaja, mereka menyukai kisah roman dan cinta. Seks dan kejahatan juga menarik bagi anak selama usia remaja, seperti halnya humor. Hal ini sesuai dengan fase proses perkembangan literer anak, yakni: umur 2-4 tahun adalah usia fantasi anak, umur 4-8 tahun usia dongeng, umur 8-11/12 tahun usia petualangan, umur 12-15 tahun usia kepahlawanan, dan umur 15-20 tahun usia liris dan romantis.

Menurut Iswatingsih (dalam Hurlock, 2000), bahwa anak-anak usia sekolah menyukai komik karena beberapa hal diantaranya:

(1) Melalui identifikasi dengan karakter di dalam komik, anak memperoleh kesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenal masalah pribadi dan sosialnya. Hal ini akan membantu memecahkan masalahnya, (2) komik menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang masalah supranatural, (3) komik memberi anak pelarian sementara hirup pikuk hidup sehari-hari, (4) komik mudah dibaca, bahkan anak yang kurang mampu membaca dapat memahami arti dari gambarnya, (5) karena komik tidak mahal dan juga ditayangkan di televisi sehingga semua anak mengenalnya, (6) karena banyak komik yang menggairahkan, misterius, dan lucu, komik mendorong anak untuk membaca yang tidak banyak diberikan buku lain, (7) bila berbentuk serial, komik memberi sesuatu yang diharapkan, (8) dalam komik, tokoh sering melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak berani mereka lakukan sendiri, walaupun mereka ingin melakukannya, ini memberikan kegembiraan, (9) tokoh dalam komik sering kuat, berani, dan berwajah tampan, jadi memberikan tokoh pahlawan bagi anak untuk mengidentifikasikannya, (10) gambar dalam komik berwarna-warni dan cukup sederhana untuk dimengerti anak-anak.

Menurut Lie (Kompas, 28 Juli 2003) bahwa “Komik bukan sekedar media hiburan tetapi komik bisa menjadi media untuk mendidik dan mengajar ilmu pengetahuan dan moral kepada siswa”. Namun banyak pendidik dan orang tua menentang keasyikan anak dengan komik. Sebagian yang lain menyetujui mereka membaca komik paling tidak membolehkannya. Kedua pihak memberikan argumen untuk menguatkan sudut pandang masing-masing. Argumen yang menguntungkan komik adalah sebagai berikut: (1) komik membekali anak dengan kemampuan membaca yang terbatas melalui pengalaman membaca yang menyenangkan; (2) komik dapat digunakan untuk memotivasi anak mengembangkan keterampilan membaca; (3) prestasi pendidikan yang dicapai anak yang sering membaca komik hampir identik dengan mereka yang jarang membacanya; (4) anak diperkenalkan dengan kosa kata yang luas; (5) komik menyediakan teknis bagus untuk menyebarliaskan propaganda, terutama propaganda yang menentang prasangka; (6) komik memberikan sumber katarsis emosional bagi emosi yang tertahan; (7) anak mungkin mengidentifikasi dirinya dengan tokoh buku komik yang memiliki sifat yang dikaguminya.

Sebaliknya bagi kelompok yang menentang komik mengatakan mencurahkan waktu bermain secara berlebihan untuk membaca komik tidak saja kurang baik melainkan juga merupakan sumber yang dapat merugikan secara psikologis. Dengan demikian, buku-buku komik selain berfungsi sebagai media hiburan, juga dapat dipergunakan secara efektif dalam upaya membangkitkan minat baca, mengembangkan perbendaharaan kata-kata dan keterampilan menulis karangan sederhana serta dapat dijadikan media efektif untuk tujuan pembelajaran. Untuk pembelajaran di sekolah tentu dipilih komik yang dapat mendidik, dapat menimbulkan gairah belajar pada anak-anak, komik yang lucu, dan komik yang dikenal oleh anak-anak yang disesuaikan dengan dunianya.


4. Penggunaan Media Komik dalam Menulis Karangan

a. Perencanaan Pembelajaran Penggunaan Media Komik dalam Menulis Karangan Sederhana

Perencanaan pembelajaran yang baik yaitu perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang di anut daam kurikulum. “Penyusunan perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses, disiplin, ilmu pengetahuan, realistis, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengejaran berjalan dan lancar dan hasilnya lebih baik”. (Syaiful Sagala, 2007:137)

Komponen perencanaan pembelajaran disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian kompetensi dasar. Beberapa komponen minimal yang dapat membantu dan memandu para guru dalam mengelola pembelajarn antara lain : standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, hasil belajar, metode dan penilaian.

Pada tahap perencanaan, penulis mengadakan pertemuan awal dengan guru bahasa Indonesia kelas III, penulis melakukan wawancara dengan guru tersebut untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai pengalamannya dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia, kemudian menyusun rencana kegiatan pembelajaran dan media komik.


Adapun penyusunan media komik dengan memperhatikan keuntungan/ kekurangan dan kriteria-kriteria komik yang baik. Dalam penyusunan media komik, tokoh yang digunakan adalah tokoh Dora Emon dengan kawan-kawan diambil dari komik karangan Kanjiro Kobayashi yang diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo. Penggunaan tokoh ini didasarkan bahwa jenis komik tersebut merupakan jenis petualangan dan tokoh-tokohnya menggambarkan anak-anak usia Sekolah Dasar. Penggunaan tokoh dan komik jenis petualangan tersebut disesuaikan dengan usia anak SD yaitu umur 8-11/12 tahun merupakan usia petualangan. Selain itu anak-anak juga sudah mengenal karakter dan tindakan tokohnya, karena komik ini ditayangkan di televisi. Selain itu pemilihan cerita komik Dora Emon di pilih karena tidak banyaknya animasi daam ceritanya sehingga memudahkan dalam penyusunan menulis karangan sederhana. Bagian-bagian komik tersebut diberikan secara terpisah, yaitu bagian awal dan Peragaan diberikan pada saat pelaksanaan pembelajaran dan bagian evaluasi diberikan pada saat tes akhir tindakan.


b. Pelaksanaan Pembelajaran Penggunaan Media Komik dalam Menulis Karangan Sederhana
Pelaksanaan pembelajaran yang baik mengacu pada perencanaan pembelajaran yang telah disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. “Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan pembelajaran”. (Syaiful Sagala, 2007:139)

Pelaksanaan pembelajaran penjelasan lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, serta materi pokok yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar atau merupakan seperangkat rencana dan pengacuan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaiaan hasil belajar.

Pembelajaran dimulai dengan guru menentukan anggota kelompok. Guru selanjutnya memberikan penjelasan singkat mengenai tujuan dan langkah-langkah pembelajaran. Sebelum menjelaskan materi guru memulai dengan memberikan contoh menulis karangan sederhana melalui media komik. Selanjutnya, guru menjelaskan garis besar tentang menulis karangan sederhana dan membagikan komik pada semua siswa.

Kegiatan berikutnya adalah kegiatan inti, kegiatan ini dimulai dengan siswa secara individu disuruh membaca dan memahami komik yang dibagikan guru selama 5 menit. Selama siswa membaca komik guru mengelilingi kelas untuk menglihat keseriusan siswa dalam membaca komik. Setelah waktu yang diberikan selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis karangan sederhana sesuai dengan urutan komik tersebut.
Setelah dianggap siswa mengetahui permasalahan yang terdapat dalam komik tentang menulis karangan sederhana, kemudian siswa secara berkelompok disuruh diskusi dalam menulis karangan sederhana. Selama siswa melakukan diskusi secara kelompok, guru berkeliling dan memberikan bantuan dan menanyakan informasi tentang menulis karangan sederhana yang terkandung dalam komik.

Tindakan selanjutnya, setelah semua siswa selesai melakukan diskusi kelompok dan menjawab semua pentanyaan, guru memandu diskusi kelas. Dalam diskusi ini guru belum memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil menulis karangan sederhana di depan kelas.

Pada akhir kegiatan guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman dan membenarkan konsep yang telah didiskusikan. Waktu digunakan pada kegiatan akhir adalah memanfaatkan waktu yang tersisa yaitu 10 menit, karena waktunya terpakai dalam kegiantan inti.

G. KERANGKA BERPIKIR
Dalam pengajaran materi menulis ini masih sering ditemukan kendala. Kendala yang dimaksud adalah masih sering ditemukannya kesalahan menulis kata, kesalahan membentuk kata berafiks, kesalahan menyusun kalimat, kesalahan dalam kohesi dan koherensi paragraf, dan kesalahan penggunaan ejaan. Dengan cara memeriksa hasil tulisan mereka dan menunjukkan kesalahan tersebut, kesalahan ini sedikit-sedikit bisa dikurangi. Pengajar sering harus menjelaskan kembali materi yang sudah diajarkan sebelumnya akibat terjadinya kesalahan dalam proses kreatif ini. Untuk menghilangkan rasa bosan dan memperoleh inspirasi dalam mengarang, pengajar mencoba mengginakan media yang dapat menarik perhatian siswa dalam menulis karangan sederhana. Salah satu media yang digunakan oleh guru yaitu media komik. Hal ini untuk menarik minat siswa agar bisa mengungkapkan ide dan gagasannya lebih kreatif dalam menulis karangan sederhana. 

H. ANGGAPAN DASAR
Menurut Surakhmad (1998 : 6) menjelaskan, “Asumsi/anggapan dasar adalah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti sendiri”. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa asumsi dapat dipandang sebagai sebuah panduan dalam rangka pemecahan suatu masalah. Adapun anggapan dasar penelitian ini dirumuskan :

1. Keberhasilan guru dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan sederhana ditentukan oleh keberhasilan dalam menentukan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Media komik dalam penelitian ini sebagai salah satu alat pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan ketermpilan siswa dalam menulis karangan sederhana.

I. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan latar belakang masalah dan rencana pemecahan masalah seperti diungkapkan dimuka, maka hipotesis tindakan secara umum dirumuskan sebagai berikut “Jika guru dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran secara efektif dengan menggunakan media komik, maka hasil belajar siswa dalam menulis karangan sederhana dapat meningkat”.

J. METODE PENELITIAN
1. Model PTK

Metode yang akan digunakan dalam penelitian adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Taggart. Pertimbangan yang mendasari penelitian metode ini, karena langkah-langkah penelitian cukup sederhana, sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh peneliti. Dengan kata lain, model dan teknik PTK tidak bersifat kaku, sehingga sesuai dengan kemampuan peneliti dan alokasi waktu yang tersedia.

Menurut Kasbolah (1998 : 123), mengemukakan bahwa :
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dimasukan ke dalam penelitian yang berjenis kualitatif. Sebab dalam PTK ketika data akan dianalisis digunakanlah pendekatan kulaitatif tanpa adanya perhitungan statistik dan penelitian ini diawali dengan adanya perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Sedangkan bentuk PTK yang dilaksanakan adalah PTK kolaboratif, yang menghadirkan suatu kerjasama yang baik dengan pihak-pihak lain seperti Kepala Sekolah sesama guru dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data, karena Penelitian Tindakan Kelas merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Guru tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam proses ituasi dan kondisi. Bentuk kerjasama atau kolaborasi diantara para anggota, situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses penelitian itu dapat berlangsung dengan baik.
PTK ini dilaksanakan dalam bentuk proses berdaur (siklus). Setiap siklus terdiri dari tahapan (fase) : perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Berikut digambarkan ikhtisar siklus tindakan pada penelitian ini :
2. Setting Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SDN Bukitdago Kecamatan Puspahiang. Alasannya, pertama, karena sekolah tersebut memberikan izin untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), kedua, lokasi sekolah tersebut dekat dengan tempat tinggal penulis dan sebagai tempat mengajar peneliti.

b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III dan guru yang melakukan tindakan pada pembelajaran di kelas III SDN Bikitdago Kecamatan Puspahiang. Jumlah siswa sebagai subjek penelitian sebanyak 31 orang, terdiri dari 25 orang laki-laki dan 6 orang perempuan orang. Selain siswa yang dijadikan subjek penelitian, termasuk guru kelas III, dalam hal ini guru yang dijadikan subjek penelitian dan sekaligus sebagai observer.

c. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik oleh peneliti, di kontrol atau di observasi. Agar variabel tersebut dapat terukur variabel tersebut di definisikan kedalam bentuk rumusan yang lebih operasional (Faisal, 1982 : 82-83). Variabel penelitian dalam PTK terdiri dari variabel Input, variabel proses dan variabel output (Tim Pelatih PGSM, 1955:65). Variabel-variabel tersebut dirumuskan dalam definisi operasional sebagai berikut :
1) Variabel Input
a) Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis karangan sederhana sebelum diberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan media komik.

b) Kemampuan awal guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis karangan sederhana sebelum diberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan media komik.

2) Variabel Proses
Serangkaian tindakan guru dan pembelajaran dengan menggunakan media komik, termasuk di dalamnya tindakan-tindakan khusus yang dilakukan guru untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

3) Variabel Output
a. Peningkatkan penguasaan guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media komik.
b. Peningkatan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menulis karangan sederhana setelah serangkaian tindakan yang efektif.
c. Definisi Konseptual
1) Menulis Karangan Sederhana
Keterampilan siswa adalah kesanggupan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar yang lebih baik, sehingga dapat berfikir secara praktis dan teratur serta dapat diuji. (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1996 : 854). Menurut HG Tarigan (1986 : 2) bahwa menulis adalah “Menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan sesuatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar tersebut”.

Karangan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996 : 618), “karangan adalah susunan, gubahan, rangkaian tulisan. merupakan materi pengajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan menulis karangan adalah ”menyusun, merangkai, menggubah tulisan sehingga menjadi sebuah karangan”.

2) Media Komik
Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perentara atau pengantar. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Gearlach dan Ely (dalam Pupuh, Fathurrohman, 2007:65) mengatakan bahwa “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, kemampuan atau sikap”.

Menurut Sudjana & Rivai (2005:64) mengemukakan bahwa :
Media komik memiliki dua unsure penting, pertama, konsep cerita yang terdiri dari jenis cerita (fiksi ilmiah, sejarah, petualangan, horror dan lain-lain), waktu dan tempat (khayalan atau nyata) dan penokohan, kedua, estetika yaitu berhubungan dengan ilustrasi (kreatifitas dan imajinatif gambar) dan visualisasi bahasa (penerjemahan cerita informasi dari komikus).
Dengan demikian bacaan komik berfungsi ganda yaitu sebagai media pendidikan dan media hiburan. Media komik yang berorientasi pada pendidikan akan memudahkan siswa untuk memahami konsep pembelajaran.

e. Fokus Tindakan
1) Kinerja Guru

  1. Meningkatkan kemampuan guru membuat rencana pembelajaran keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik.
  2. Meningkatkan kemampuan guru mengelola pembelajaran terutama dalam hal memfungsikan media komik dalam menulis karangan sederhana.
  3. Meningkatkan kemampuan guru mengelola pembelajaran terutama dalam hal meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana.
2) Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa

  1. Meningkatkan respon dan keberanian siswa untuk bertanya dalam pembelajaran menulis karangan sederhana.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik.
2. Prosedur Penelitian
a. Orientasi dan Identifikasi Masalah
Orientasi dan identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :

  1. Melakukan kegiatan orientasi dengan perhatian berfokus pada perencanaan pembelajaran menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik.
  2. Mengidentifikasi proses pelaksanaan pembelajaran menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik.
b. Perencanaan Tindakan Penelitian
Kegiatannya terdiri dari : (1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tentang meningkatkan kemampuan menulis karangan sederhana melalui media komik, (2) Mengajak teman sejawat untuk berkolaborasi dalam melaksanakan penelitian dan pengamatan melalui pembelajaran, (3) Membuat alat ukur untuk melaksanakan penelitian dan pengamatan terhadap rencana pembelajaran, (4) Memfokuskan penelitian sesuai dengan rumusan masalah, dan (5) Menentukan kriteria penilaian sesuai dengan alat ukur yang telah ditetapkan dan mengarah pada subjek penelitian, yaitu tentang kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran.

c. Pelakasanaan Tindakan Penelitian
1) Perencanaan Pembelajaran

  • Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tentang meningkatkan kemampuan menulis karangan sederhana melalui media komik pada setiap siklus.
  • Membuat alat ukur untuk melaksanakan penelitian dan pengamatan terhadap rencana pembelajaran pada setiap siklus.
  • Menentukan kriteria penilaian sesuai dengan alat ukur yang telah ditetapkan dan mengarah pada subjek penelitian, yaitu tentang kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus.
2) Tindakan Pembelajaran

  • Melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yaitu tentang keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik pada setiap siklus.
  • Mengajar atau melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran pada setiap siklus.
  • Melaksanakan tes awal, dan tes akhir yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan tindakan dan dapat dikembangkan untuk menentukan langkah-langkah pelaksanaan tindakan selanjutnya.
3) Observasi

  • Peneliti perlu menggunakan alat ukur yang telah ditetapkan sesuai dengan kriteria yang ditentukan, untuk mengamati dan menilai pelaksanaan tindakan, mulai dari perencanaan tindakan sampai pada hasil pelaksanaan tindakan.
  • Peneliti mengkaji data dari hasil pengamatan tentang perencanaan tindakan, proses pelaksanaan tindakan dan hasil pelaksanaan tindakan, yang diperankan oleh subjek penelitian yaitu guru dan siswa.
4) Analisis dan Refleksi

  • Menentukan perbaikan dan pengayaan terhadap rencana pembelajaran, proses mengajar, proses belajar siswa pada setiap siklus.
  • Menentukan langkah-langkah yang perlu mendapat penekanan pada siklus berikutnya berdasarkan data hasil pengamatan dan penilaian terhadap guru dan siswa pada setiap siklus.
  • Menentukan tindakan selanjutnya tentang keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik, sesuai dengan indikator pada setiap siklus.
3. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam tindakan penelitian ini adalah :

  • Tes tertulis dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran tes yang dilakukan pada awal pembelajaran disebut pretest dengan tujuan untuk mengetahui konsepsi awal pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, sedangkan test yang dilakukan di akhir pembelajaran disebut postest dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran setelah dilakukan tindakan.
  • Observasi, yaitu observasi dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran, baik bersifat umum, maupun khusus yang berkenaan dengan aspek-aspek proses pendekatan yang dikembangkan. Aspek yang di observasi diantaranya ialah aktivitas siswa dalam belajar dan aktifitas guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat analisis kualitatif. Prosesnya, antara lain : data yang diperoleh dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis yang nyata, logis dan mudah dipahami, sehingga dapat memberikan penjelasan dan makna terhadap hasil penelitiannya. Data hasil penelitian dan pengamatan, selanjutnya diidentifikasi kelemahan dan kelebihannya serta dikonsultasikan kepada rekan kolaborasi. Hasilnya kemudian disusun menjadi kesimpulan-kesimpulan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya mencapai hasil tindakan yang lebih baik dan memuaskan.

Hasil pelaksanaan tindakan dapat tergambar dari peningkatan keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media komik pada setiap siklus. Hasil pembelajaran siswa dinilai sesuai dengan alat ukur yang telah direncanakan dan ditetapkan pada bagian evaluasi rencana pembelajaran. Kemudian dipersentasekan nilai rata-rata dengan skor nilai idealnya.

5. Kriteria Keberhasilan
Pengolahan data hasil observasi terhadap rencana pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas siswa dan standar keberhasilan yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Standar Keberhasilan :
100 – 75 : Sangat Baik
74 – 50 : Baik
49 – 25 : Cukup
24 – 1 : Kurang
K. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian ini selama 6 bulan mulai dari bulan Desember 2009 – Mei 2010, dengan jadwal
DAFTAR PUSTAKA

  • Alwasilah, A. Chaedar. (2000). Politik Bahasa dan Pendidikan. Cet. II. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Azies, Furqanul dan Alwasilah, A. Chaedar. (1996). Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek. Cet. I. Bandung: Remaja Rosdakarya. Semi, M. Atar. 1995. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Mugantara.
  • Badudu, J.S, Sutan Mohammad Zain. (1996) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
  • Cholid, Nurboko, Abu Achmadi. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.
  • Faisal, S. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
  • Kasbolah, (1998). PTK. Jakarta Depdikbud.
  • Pupuh, Fathurrohman. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Aditama.
  • Ratna Wilrs.D (1991). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
  • Syaiful Sagala. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
  • Sadiman. A. (1993). Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Pusetkom Dikbud dan Raja Grapindo Persada.
  • Tarigan, Henry Guntur. (1994). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
  • Tim Pelatih PGSM. (1999). PTK Penelitian. Jakarta : Depdikbud.
  • W. J. S Poerwadarminto (1986). Teknik-teknik Belajar Mengajar. Bandung : Jenmars.

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==