Cara Penemuan Topik Atau Masalah dalam Penelitian | Bentuk – Bentuk Rumusan Masalah Juni 2023
Masalah
Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Setiap penelitian yang dilakukan harus berangkat dari sebuah masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar – benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stoner mengemukakan bahwa masalah – masalah dapat diketahui atau dicari apabila :
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
c. Ada pengaduan
d. Ada kompetisi
Penemuan Topik Atau Masalah Penelitian
Sumber utama untuk memperoleh masalah penelitian dapat diperoleh melalui : (a) pengalaman praktis atau pragmatis , (b) konsiderasi teoritis. Hal ini mengacu kepada pendapat Creswell, masalah penelitian yang bersumber dari pengalaman disebut sebagai masalah praktik (practical atau pratice problems), sedangkan masalah yang diturunkan dari teori dan literatur disebut sebagai masalah teoritis (theoritical problems).
a. Sumber Praktik / Pragmatis
Seorang peneliti dapat menemukan masalah dari kajian empiris, terutama untuk penelitian terapan yang problem oriented. Menurut Silalahi (2006), sumber pragmatis dapat diperoleh melalui :
(1) Pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai sumber masalah penelitian. Berdasarkan pengalaman pribadi memungkinkan seseorang mampu melihat dan mengungkap masalah, berdasarkan informasi dari pengalaman pribadi orang lain diperoleh suatu masalah.
(2) Pernyataan – pernyataan pemegang otoritas (pemegang kewenangan), dapat dijadikan sumber masalah atau pragmatis. Biasanya mereka mengungkapkan permasalahan yang dialami atau dihadapi secara langsung secara lebih terperinci dan jelas. Dari permasalahan tersebut dapat djadikan sumber bagi kita untuk menemukan masalah penelitian.
(3) Pertemuan profesional merupakan berkumpulnya para pakar untuk mengungkapkan berbagai masalah yang menarik, baik yang diungkapkan secara lisan maupun berupa tulisan dalam makalah mereka. Isu / masalah yang diungkapkan oleh para pakar tersebut dapat menjadi sumber masalah untuk diteliti lebih lanjut.
(4) Media masa sering memuat berita tentang berbagai masalah di suatu tempat tertentu, baik dilingkungan organisasi maupun masyarakat, berita – berita tersebut dapat dijadikan sebagai sumber masalah untuk dikembangkan menjadi masalah penelitian.
Selanjutnya menurut Nazir (2003), mengungkapkan bahwa masalah dapat diperoleh melalui :
(1) Pengamatan Kegiatan Manusia
(2) Pengamatan terhadap Alam Sekeliling
(3) Bacaan
(4) Ulangan serta Perluasan Penelitian
(5) Catatan dan pengalaman Pribadi
(6) Praktik serta Keinginan Masyarakat
(7) Bidang Spesialisasi
(8) Pelajaran yang sedang diikuti
(9) Diskusi – Diskusi Ilmiah
(10) Perasaan Intuisi (Keinginan Pribadi)
b. Sumber Teoritis
Masalah penelitian yang bersumber dari teori atau literatur dapat ditemukan dari berbagai sumber bahan tertulis. Sumber bahan tertulis tersebut dapat dikelompokan atas : (a) secondary sources material, (b) primary sources materials. Sumber yang bersifat secondary sources material dapat berupa buku teks, sedangkan sumber yang bersifat primary sources materials dapat berupa jurnal, abstrak, laporan penelitian dan pertemuan ilmiah.
Contoh – contoh penemuan masalah
1. Dalam buku teks psikologi, misalnya banyak teori yang relevan tentang motivasi. Dari hasil tentang membaca literatur tentang motivasi belajar, misalnya ditemukan proposisi sebagai berikut : “siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi memiliki tingkatan kecerdasan yang tinggi”. Berdasarkan informasi teoritis tersebut dapat dijabarkan masalah penelitiannya, yaitu “ Sejauh mana pengaruh tingkat motivasi belajar terhadap tingkat kecerdasan siswa di suatu sekolah”?
2. Jurnal ilmiah sering memuat artikel yang membahas aspek – aspek tertentu dari suatu ilmu pengetahuan, bahkan menyajikan hasil – hasil penelitian yang lebih khusus. Ketika membaca jurnal yang berhubungan dengan kajian tetentu, dapat dijadikan dasar untuk munculnya suatu masalah tertentu. Contoh : ada artikel dalam jurnal tentang pemanfaatan potensi lokal untuk pembelajaran. Dengan artikel tersebt dapat mendorong bagi seorang peneliti untuk membuktikannya tentang pemanfaatan potensi lokal tersebut untuk digunakan dalam pembelajaran.
C. Pertimbangan Memilih Masalah
Memilih masalah lebih baik diawali dengan melakukan survey literatur atau observasi pendahuluan. Melalui observasi dapat diidentifikasi general problem area dan fokus masalah yang akan diteliti.
Untuk memilih masalah penelitian, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Memilih topik dan masalah penelitian harus didasarkan pada minat. Adanya kesesuaian dengan minat diharapkan akan berdampak pada peningkatan pengetahuan dan pemahaman dalam keahlian tetentu, sehungga menjadi lebih baik.
2. Memilih masalah penelitian didasarkan pada : (a) ada perbedaan antara apa yang ada dan apa yang seharusnya ada atau antara harapan dan kenyataan, (b) ada satu pertanyaan tentang mengapa perbedaan ada, (c) ada dua atau lebih jawaban yang mungkin untuk dipertanyakan.
3. Masalah penelitian harus memiliki karakteristik masalah yang baik. Karakteristik masalah penelitian yang baik, yaitu : (a) dapat diteliti, masalah dapat diteliti melalui pengumpulan dan analisis data, (b) mempunyai signifikansi teoritis dan pragmatis, (c) masalah penelitian yang baik harus menarik dan sesuai dengan minat serta kemampuan.
Dalam memilih masalah penelitian menurut Silalahi (2006), ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam mempertimbangkan kelayakan masalah, yaitu :
1. Masalah penelitian harus merupakan sesuatu yang berguna untuk dipecahkan
2. Peneliti harus memiliki kemampuan yang memadai untuk memecahkan masalah yang diselidiki
3. Masalah harus menarik untuk dipecahkan
4. Masalah yang diselidiki sedapat mungkin akan menghasilkan sesuatu yang baru
5. Peneliti harus meyakini data yang dibutuhkan cukup dan relevan
6. Masalah penelitian tidak boleh terlalu luas, tetapi juga tidak boleh terlalu sempit
D. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah dalam penelitian menyajikan gambaran yang dapat menjelaskan mengapa suatu penelitian menarik untuk diteliti. Biasanya diuraikan dalam bentuk deduksi dimulai dengan hal – hal yang umum dan diakhiri dengan pembatasan masalah. Ada dua model yang dapat digunakan di dalam membuat latar belakang masalah, yaitu :
1. Menguraikan adanya kesenjangan antara kondisi objektif dengan kondisi normatif / asumsi – asumsi tertentu. Kondisi objektif dapat digambarkan melalui data sekunder yang ada, sedangkan kondisi normatif dapat berbentuk teori, nilai, atau norma yang berlaku umum.
2. Menggambarkan perkembangan teori atau suatu kondisi objektif tanpa membandingkannya dengan kondisi normatif. Pada model ini peneliti hanya menggambarkan karakteristik suatu gejala secara lebih rinci.
E. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahanyang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti.
F. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dilakukan, dipilih sejumlah masalah (dua, tiga, atau empat) masalah disertai penjelasan ruang ingkup masalah, baik keluasaan maupun kedalamannya.
G. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
a. Karakteristik Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang memadai adalah merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penelitian. Karakteristik dalam pemilihan rumusan masalah adalah sebagi berikut :
1. Rumusan masalah penelitian disusun secara jelas dan secara spesifik dan tidak mengandung keraguan
2. Rumusan masalah secara umum dinyatakan dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan yang baik. Karakteristik pertanyaan yang baik menurut Bordens dan Ulber Silalahi (2006:53), adalah (1) ajukan pertanyaan – pertanyaan yang dapat dijawab, (2) tanyakan pertanyaan –pertanyaan yang benar, (3) tanyakan pertanyaan – pertanyaan yang penting, (4) secara umum mengindikasikan variabel dan atau hubungan spesifik antara variabel – variabel yang menjadi perhatian untuk peneliti, (5) adanya kemungkinan pengujian empiris, dan (6) signifikan dengan latar belakang masalah.
Menurut Francel dan Sugiyono (2004:34), rumusan masalah yang baik adalah :
1. Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu.
2. Masalah harus jelas yaitu semua orang memberikan presepsi yang sama terhadap masalah tersebut
3. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban dalam masalah itu harus memberikan konstribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.
4. Masalah besrsifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal – hal yang bersifat etika, moral, nilai – nilai keyakinan dan agama
5. Masalah sebaiknya dirumuskan dalam kalimat pertanyaan yang mengaitkan variabel penelitian
Bentuk – bentuk rumusan masalah dapat dikelompokkan kedalam beberapa bentuk rumusan masalah, diantaranya :
a. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Contoh rumusan masalah deskriptif adalah sebagai berikut :
1) Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional ?
2) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum ?
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalah komparatif adalah sebagai berikut :
1) Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid di sekolah negeri dan swasta ?
2) Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa ?
c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan asosiatif yaitu :
1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah ?
Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut :
a. Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah
2. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi – prestasi belajar anak ?
Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut :
a. Pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi – prestasi belajar anak di SDN Singaparna VI
3. Hubungan Interaktif / resiprocal / timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a. Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi prestasi juga dpat mempengaruhi motivasi.
c. Cara Merumuskan Masalah
Secara umum rumusan masalah harus dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
2. Rumusan masalah hendaknya jelas dan padat
3. Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
4. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
5. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian, judul penelitian harus mencerminkan dari masalah yang akan diteliti