MAKALAH KELAINAN TULANG SKOLIOSIS Juni 2023

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.


Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral, anterior posterior dan rotasional.Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural (postural). Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.

Pada skoliosis struktural terapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra; processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva. Skoliosis structural dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital, neuromuskular, dan skoliosisidiopatik.

Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10 derajat dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajat yaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.

B. Rumusan Masalah

Kelainan bentuk samping tulang belakang pada skoliosis disebabkan oleh gangguan pada tulang kaki, pinggul atau tulang belakang. Bisa juga akibat penyakit tulang tertentu seperti rachitis. Kelumpuhan atau rasa sakit pada beberapa otot tulang belakang akan mempengaruhi letak kedudukannya. Tapi, beberapa orang yang bahunya miring belum tentu karena skoliosis, melainkan sekadar kebiasaan saja.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, masalah yang ingin dikemukakan sebagai berikut :

  1. Apa yang dimaksud dengan kelainan tulang belakang skoliosis?
  2. Apa penyebab terjadinya kelainan skoliosis?
  3. Apa saja yang menjadi gejala pada kelainan tulang belakang skoliosis?
  4. Bagaimana cara mengatasi kelainan tulang belakang skoliosis?
C. Maksud dan Tujuan
Bertolak dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penulisan ini adalah untuk memperoleh informasi kelainan tulang belakang skoliosis. Sehubungan dengan itu, tujuan penulisan secara khusus dirumuskan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui dan menjelaskan kelainan tulang belakang skoliosis.
  2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kelainan tulang belakang skoliosis.
  3. Untuk mengetahui gejala yang. Timbul pada kelainan tulang belakang skoliosis.
  4. Untuk mengetahui dan menjelaskan cara mengatasi kelainan tulang belakang skoliosis.

D. Manfaat Penulisan

Mengacu pada masalah dan tujuannya, karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Untuk dunia pendidikan jasmani, sebagai bahan masukan tentang bagaiamana cara hidup sehat dan menjauhi kelainan tulang belakang.
  2. Untuk memacu bagi pembuaaatan karya ilmiah selanjutnya, khususnya yang tertarik pada masalah kelainan tulang belakang.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Tulang Blakang

1. Ruas-Ruas Tulang Belakang

Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama, hanya ada perbedaannya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya. Ruas-ruas ini terdiri dari beberapa bagian :

  1. Badan ruas. Merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat terletak di sebelah depan.
  2. Lengkung ruas. Bagian yang melingkari dan melindungi lubang ruas tulang belakang, terletak di sebelah belakang dan pada bagian ini terdapat beberapa tonjolan, yaitu :

  • Prosesus spinosus/taju duri, terdapat di tengah-tengah lengkung ruas, menonjol ke belakang.
  • Prosesus tranversum/taju sayap, terdapat di samping kiri dan kanan lengkung ruas.
  • prosesus artukularis/taju penyendi, membentuk persendian dengan ruas tulang belakang.

 Fungsi ruas tulang belakang :

  1. Menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain
  2. Melindungi alat halus yang ada di dalamnya (sumsum tulang)­
  3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang panggul­
  4. Menentukan sikap tubuh.­
  5. Bagian-bagian dari ruas tulang belakang :
Vertebra servikalis 7 ruas. Mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat lalunya saraf yang disebut foramen transversalis. Ruas pertama tulang servikalis disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua disebut aksis yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan ke kanan. Ruas ke-7 mempunyai taju yang disebut prosesus prominan.Vertebra torakalis terdiri dari 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya panjang dan melengkung. Pada bagian dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri dan kanan membentuk persendian dengan tulang iga. Vertebra lumbalis terdiri dari 5 ruas. Badan ruasnya besar, tebal dan kuat, taju durinya agak picak. Bagian ruas ke-5 agak menonjol di sebut promontorium.Vertebra sakralis terdiri dari 5 ruas. Ruas-ruasnya menjadi satu, sehingga menyerupai sebuah tulang. Di samping kiri dan kanan terdapat lubang-lubang kecil 5 buah yang disebut foramen sakralis. Vertebra koksigialis terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi­ sebuah tulang yang disebut juga os koksigialis.

B. Konsep Penyakit

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang). Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang. Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya[1] dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).

Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”. Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik.Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas kelainan tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.

Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang belakang yang merupakan suatu deformitas (kelainan) daripada suatu penyakitDapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang)

C. Penyebab dan Gejala

1. Penyebab

Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1) Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu
2) Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut:

  • Cerebral palsy
  • Distrofi otot
  • Polio
  • Osteoporosis juvenil
3) Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
2. Gejala
Gejalanya berupa:

  • Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
  • Bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
  • Nyeri punggung
  • kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
  • Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60?) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
  • Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.
D. Komplikasi

1. System pernafasan

Pada skoliosis berat, di mana lengkungan lebih dari 70 derajat, iga akan menekan paru-paru, sehingga menimbulkan kesulitan bernafas. bengkoknya tulang belakang juga bisa mengakibatkan volume paru paru ataupun rongga dada jadi berkurang karena sebagian bengkoknya tulang mengambil ruang atau tempat paru paru.

2. System kardiovaskuler
Pada lengkungan yang lebih besar dari 100 derajat, kerusakan bukan hanya pada paru, namun juga pada jantung. Pada keadaan demikian, infeksi paru terutama radang paru akan mudah terjadi. jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.

3. System musculoskeletal
Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan menimbulkan risiko kehilangan densitas tulang (osteopenia). Terutama pada wanita yang menderita skoliosis sejak remaja dan risiko menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain postur tubuh yang jelek, skoliosis tingkat ringan dan sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia di atas 35 tahun. Keluhan yang mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih dini dibandingkan orang yang normal seusianya. Hal ini akibat proses degenerasi yang lebih dini. Daerah yang menerima beban yang berlebihan (daerah cekung=concave) akan lebih cepat mengalami proses degenerasi ini. Pada kenyataannya skoliosis akan menjadi problem yang perlu mendapat perhatian di masa yang akan datang.

4. System pencernaan
sistem pencernaan terganggu karena ruang di perut terdesak tulang, sehingga kerja peristaltic usus kian menurun

5. System neuromuskuler
Berdampak tidak baik pada struktur disekitarnya, salah satunya adalah menekan saraf yang berseliweran di tulang belakang, gejalanya dapat berupa pegal, kesemutan, sulit bernafas (karena fungsi paru-paru dan jantung terganggu), cepat merasa lelah, susah untuk fokus, dan lain sebagainya

E. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2. Mempertahankan fungsi respirasi
3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
4. Kosmetik

a. Pengobatan
Tujuan pengobatan :
1. Mencegah progresivitas skoliosis ringan sampai sedang.
2. Melakukan koreksi dan stabilisasi pada skoliosis yang lebih berat jenis pengobatan yang disesuaikan dengan penyebab, onset terjadinya, umur penderita, besarnya kurva dan progresivitas skoliosis.

b. Terapi
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah :

1. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25o pada tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun. Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat <20>20.


2. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :

  1. Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-40o
  2. Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
  3. Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
1. Milwaukee brace dan Boston brace : Milwaukee brace, mulai dari leher hingga pinggul, sudah jarang digunakn, Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti.
2. Charleston bending brace : Charleston bending brace’ hanya dipakai waktu malam. Brace ini pada lengkungan tunggal di pinggang

c. Operasi
Indikasi dilakukannya operasi pada skoliosis adalah :

  1. Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa
  2. Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45 derajat pada anak yang sedang tumbuh
  3. Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis
Teknik operasi cukup dilakukan dengan menyemen tulang belakang melalui penyuntikan atau dikenal dengan vertebroplasty. Cara itu dapat mengurangi rasa sakit dan proses penyembuhannya pun tergolong singkat, sekitar Sebelum ada teknik vertebroplasty, operasi tulang belakang dilakukan dengan cara pembedahan selebar 14 sampai 16 milimeter. Dengan proses itu, pasien mesti menjalani proses penyembuhan selama empat sampai lima hari.

Anak-anak yang tidak ada respon dengan brace, yang lengkungannya >45 derajat atau yang mempunyai keluhan termasuk kelainan fisik, nyeri dan gangguan jantung atau paru, sebaiknya langsung dioperasi. Umumnya operasi yang dilakukan adalah fusi tulang belakang dari belakang (posterior spinal fusion) dengan menggunakan ‘internal metal fixation’ hingga fusi tulang terjadi. Tidak semua skoliosis dilakukan operasi.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.

  1. Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
  2. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1. Skoliometer
Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubahubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut

2. Rontgen Tulang Belakang
Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung yang meliputi :

  1. Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat pembengkokan skoliosis
  2. Foto AP telungkup
  3. Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat pembengkokan setelah dilakukan bending
  4. Foto pelvik AP
G. Health Education
Latihan sangat dianjurkan untuk mencegah bertambah besarnya lengkungan. Salah satu contoh latihan tersebut adalah Tung Mei Massage. Tung Mei Massage adalah terapi jasmani perpaduan antara gerakan pijat spesifik anmo massage dan sejenis teknik gerakan chiropatic, seperti menekuk, menarik, serta meregangkan tubuh. Terapi ini tetap memakai panduan medis, seperti hasil roentgen dari penderita skoliosis. Agar Tak Kembali Bengkok berikut adalah tips yang dapat dilakukan oleh penderita skoliosis :

  1. Bila bangun dari posisi berbaring, dianjurkan memiringkan tubuh terlebih dulu, barulah bangkit perlahan.
  2. Tidak boleh membungkukkan badan.
  3. Jika membungkukkan badan, posisi tubuh harus jongkok–bila ingin mengambil sesuatu.
  4. Tidak boleh mengangkat barang atau beban berat selama menjalani terapi, terutama bila masih ada rasa sakit.
  5. Saat kondisi sudah membaik, bukan berarti bisa beraktivitas sembarangan.
  6. Herniated nucleus pulposus dan skoliosis tidak bisa sembuh total serta ada risiko terulang lagi bila ada faktor pemicunya, seperti jatuh, mengangkat beban terlalu berat, atau salah melakukan gerakan tubuh.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang). Penyebab umum dari skoliosis meliputi kongenital, neuromuskuler dan idiopatik, Skoliosis di bagi menjadi dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural. Gejala dari skoliosis berupa kelengkungan abnormal ke arah samping, bahu dan pinggul tidak sama tinggi, nyeri punggung, kelelahan pada tulang belakang, dan gangguan pernafasan.

Komplikasi yang dapat terjadi pada skoliosis ialah kerusakan paru-paru dan jantung dan sakit tulang belakang. Untuk pemeriksaan penunjang yang biasa di lakukan yaitu Rontgen tulang belakang, Skoliometer terapi yang dapat di pilih, di kenal sebagai ” The Three O’s ” adalah observasi, orthosis, operasi, prioritas.

Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu gangguan mobilitas fisik, ketidakseimbangan nutrisi, gangguan tumbuh kembang, gangguan body image, ansietas, gangguan parenting, resiko nyeri, dan resiko pola nafas tidak efektif.

B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan saran yang membangun dan mengembangkan makalah ini. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. 

DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin, Arif. 2005. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Trauma Sistem Muskuloskeletal.
EGC : Jakarta.
Brenda, Suzanne.Keperawatan Medikal Bedah vol 3.2002.EGC: Jakarta.
Lauerman WC, Regan M. Spine. In : Miller, editor. Review of Orthopaedics. 2nd ed.
Philadelphia : W.B. Saunders, 1996 : 270-91
Miller F, Horne N, Crofton SJ. Tuberculosis in Bone and Joint. In : Clinical Tuberculosis.2nd
ed.: London : Macmillan Education Ltd, 1999 : 62-6.
Lauerman WC, Regan M. Spine. In : Miller, editor. Review of Orthopaedics.
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==