TUGAS KULIAH TANYA JAWAB SEPUTAR FISIOLOGI Juni 2023
TUGAS KULIAH TANYA JAWAB SEPUTAR FISIOLOGI
Pertanyaan :
1. Bagaimana proses terjadinya tanda-tanda radang/infeksi ?
( Rubor, kalor, dolor, tumor, dan functio laesa)
2. Jelaskan proses respon sistemik tubuh terhadap peradangan ?
3. Bagaimana proses terjadinya nyeri, sesak nafas, edema dan cepat lelah pada gangguan jantung ?
Jawaban :
1. Peradangan merupakan proses saat sel darah putih bersama-sama dengan bahan kimiawi dalam tubuh melindungi tubuh dari infeksi dan substansi asing seperti bakteri dan virus.
Fungsi system imun pada tubuh manusia adalah membedakan “diri sendiri” dari asing. Semua organism adalah integrasi rumit beragam sel, jaringan dan organ-organ yang masing-masing diperlukan demi kelangsungan hidup. Untuk menunjang kehidupan, suatu organism harus mampu melindungi diri dari ancaman terhadap jati dirinya. Ancaman ini bisa datang dari luar (missal serpihan kayu menusuk kulit, virus dan bakteri). Atau dari dalam tubuh (missal neoplasma atau tumor yang berasal dari sel tubuh sendiri).
Peradangan ialah reaksi tubuh bila suatu factor perusak (kebanyakan bakteri) memasuki tubuh. Beberapa gejala peradangan antara lain Rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), tumor (pembengkakan) menurut celcius, di tambah function laesa (menurut galimus).
a. Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Seiring dengan dimulainya reaksi peradangan, arteriol yang memasok daerah tersebut berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikro sirkulasi local. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau mungkin hanya sebagian meregang, secara cepat berisi penuh dengan darah, keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan kemerahan local pada peradangan akut. Tubuh mengontrol produksi hyperemia pada awal reaksi peradangan, baik secara neurologis maupun kimiawi melalui pelepasan zat-zat seperti histamine.
b. Kalor (panas)
Terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan akut. Sebenarnya, panas secara khas hanya merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada permukaan tubuh yang secara normal lebih dingin dari 37 0cyang merupakan suhu inti tubuh. Daerah peradangan di kulit menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih banyak darah (pada suhu 370 c) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena dibandingkan dengan ke daerah yang normal. Fenomena hangat local ini tidak terlihat di daerah-daerah meradang yang terletak jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 370 c dan hyperemia local tidak menimbulkan perbedaan.
c. Dolor (nyeri).
Dolor pada suatu reaksi peradangan tampaknya ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan PH local atau konsentrasi ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan zat-zat kimia tertentu seperti histamine atau zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf, selain itu pembangunan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan local yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan nyeri.
d. Tumor (pembengkakan)
Aspek paling mencolok pada peradangan akut mungkin adalah tumor, atau pembengkakan local yang dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran darah ke jaringan interstitial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada awal perjalanan reaksi peradangan, sebagian besar eksudat adalah cairan, seperti yang terlihat secara cepat di dalam lepuhan setelah luka bakar ringan pada kulit. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bahan eksudat.
e. Functio laesa (perubahan fungsi)
Merupakan bagian yang lazim pada reaksi peradangan. Bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi local yang abnormal, seharusnya berfungsi secara abnormal. Akan tetapi cara bagaimana fungsi jaringan yang meradang itu terganggu tidak dipahami secara terperinci.
2. Respon sistemikk tubuh terhadap peradangan
System limpoid tubuh manusia bekerjasama dengan monosit makrofag untu membedakan diri sendiri dan asing. System limpoid mempertahankan tubuh dari agen penginvasi melalui 2 respon imun : imunitas selular dan imunitas humoral.
a. Imunitas selular atau respon imun selular
Adalah respon imun yang dilakukan oleh limposit T saat tubuh terpajan sesuatu imunogen. Sel-sel T berploliferasi dan menggerakan interaksi selular dan sub selular penjamu untuk bereaksi terhadap epitopspesifik. Imunoglobulin dan sel T akan mengenali epitop.
b. Imunitas humoral atau imunitas yang di perantarai oleh antibody
Adalah imunitas spesifik yang ditandai oleh produksi imunoglobulin (antibody) oleh limfosit B yang berstimulasi atau sel plasma, sebagai respon terhadap suatu epitop. Imunitas humoral juga dibantu oleh system-system komplemen, suatu system aplikasi yang melingkupi kerja imunoglobulin untuk mematikan imunogen asing dan menyebabkan lisis patogen tertentu dalam sel.
3. Proses terjadinya nyeri, sesak nafas, oedema, cepat lelah pada gangguan jantung
a. Nyeri
Akibat kekurang oksigen atau iskemia miokardium. Sebagian dari penderita menyangkal adanya nyeri dada dan menjelaskan rasa kekakuan, rasa penuh, tertekan atau berat pada dada tanpa disertai nyeri. Angina dapat dijumpai sebagai nyeri yang dijalurkan, atau nyeri yang seolah berasal dari mandibula, lengan atau atau pertengahan punggung. Terdapat juga angina “silent” yang timbul tanpa disertai rasa tidak nyaman, tetapi disertai rasa lemah dan lelah.
b. Sesak nafas
Akibat meningkatnya usaha bernafas yang terjadi akibat kongesti pembuluh darah paru dan perubahan kemampuan pengembangan paru. Missal : ortopnea (kesulitan bernafas pada posisi berbaring), dispnea nocturnal paroksimal (dispnea yang terjadi sewaktu tidur) terjadi akibat kegagalan ventrikel kiri dan pulih dengan duduk.
c. Oedema
Akibat penimbunan cairan dalam ruang interstitial, jelas terlihat di daerah yang menggantung akibat pengaruh gravitasi dan didahului berkembangnya berat badan.
d. Cepat lelah
Sering kali akibat curah jantung yang rendah dan perfusi aliran darah perifer yang berkurang.
Sumber :
Price Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis, proses-proses penyakit, edisi g. EGC. Jakarta, 2006.