MAKALAH TINDAKAN BEDAH DI RUMAH SAKIT September 2023
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pembedahan
2.1.1 Pengertian
Menurut DepKes RI (1998), bedah merupakan suatu metoda pengobatan yang dilakukan dengan terencana atau mendadak terhadap sebagian sistem tubuh.
Bedah merupakan salah satu bentuk terapi medis, yang dapat mendatangkan stress karena adanya ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang ( Barbara C Long, 1996). Sedangkan pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang dilakukan dengan jalan memotong atau mengiris bagian tubuh yang sakit (Ramali, 1994).
2.1.2 Tahap Pembedahan
Setiap pasien yang akan menjalani pembedahan selalu melalui tiga tahapan operasi yaitu : tahap pre operatif dimulai sejak dinyatakan adanya kepastian intervensi bedah sampai pasien dikirim ke meja bedah, tahap intra operatif dimulai sejak pasien di transfer di meja bedah sampai pasien dipindahkan ke ruang pemulihan (recovery room). Tahap post operatif dimulai dari masuknya pasien ke ruang pemulihan sampai evaluasi untuk selanjutnya. (Barbara C Long, 1996)
2.1.3 Persiapan Klien Pre operatif
Lamanya periode pre operatif akan bervariasi dari satu pasien ke pasien yang lainnya. Bagi pasien-pasien yang tidak mengalami kegawatan mempunyai tenggang waktu antara masuk ke rumah sakit dengan pelaksanaan pembedahan paling sedikit selama 24 jam. Waktu tersebut digunakan untuk pasien agar terbiasa dengan lingkungan rumah sakit, staf perawatan, medik dan untuk melengkapi pengkajian fisik dan psikologis.
Keberhasilan pasien yang menjalani pembedahan bukan hanya ditentukan di atas meja bedah(intra operatif) tetapi hal ini juga berkaitan erat dengan persiapan pasien sebelum pembedahan (pre operatif) dan perawatan setelah pembedahan (post operatif). Pada tahap pre operatif adalah tanggung jawab perawat untuk mempersiapkan pasien baik secara fisik maupun psikologis, karena pembedahan dapat menimbulkan ketegangan bagi pasien, menjadi ancaman poensial dan actual kepada integritas seseorang dan dapat membangkitkan reaksi stress baik fisik maupun
Psikologis. Karena itu, untuk mencapai hasil pembedahan yang diharapkan, pasien perlu dipersiapkan baik fisik maupun psikologisnya.
2.1.4 Persiapan fisik
Persiapan fisik pada pasien pre operatif sangat penting dilakukan karena aspek ini mempunyai hubungan langsung dengan pembedahan yang dilakukan. Hal umum yang dilakukan pada persiapan fisik anatara lain :
2.1.4.1 Puasa
Untuk sebagian besar tindakan pembedahan, pasien harus menjalani puasa 6 – 8 jam sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan dimana pasien tidak diperbolehkan makan dan minum. Puasa berguna untuk mengurangi resiko tejadinya aspirasi selama dan setelah pembedahan.
2.1.4.2 Persiapan saluran gastrointestinal
Persiapan ini bertujuan untuk mencegah adanya cedera pada colon, dan untuk mengurangi jumlah bakteri dalam usus, karena dengan adanya pembiusan pada operasi abdominal dapat menurunkan aktifitas pencernaan. Pengeluaran isi saluran gastrointestinal hanya dilakukan padan pasien yang akan menjalani operasi pada saluran pencernaan, daerah pelvis, daerah perianal, persiapan ini dilakukan dengan cara pemberian enema atau laksatif .
2.1.4.3 Kebersihan
Satu hari sebelum pelaksanaan pembedahan pasien diminta mandi dan keramas dengan antiseptik bila memungkinkan, demikian juga sebelum pasien dikirim ke kamar bedah pasien mandi dulu, kuku dipotong dan dibersihkan, protesa, kosmetik harus dilepas serta memakai pakaian khusus dan penutup kepala.
2.1.4.4 Persiapan kulit
Pembersihan kulit sampai pencukuran rambut sekitar daerah operasi yang berguna untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi. Pencukuran daerah operasi sebaiknya dilakukan 1 –2 jam sebelum pasien dikirim ke kamar bedah. Tujuan persiapan kulit sebelum operasi adalah untuk membebaskan sedapat mungkin daerah operasi dari mikroorganisme. Cara mencukur harus kearah butir rambut agar lebih dekat keakarnya. Kulit jangan tergores atau melipat karena mikroorganisme dapat diam pada permukan kulit yang pecah.
2.1.4.5 Istirahat
Perawat hendaknya mengupayakan bagaimana caranya agar pasien dapat tidur semalam sebelum operasi karena dengan istirahat yang cukup dapat membantu pasien dalam mengurangi stress akibat pelaksanaan operasi.
2.1.4.6 Pemeriksaan status fisiologis
Pemeriksaan status fisiologis dilakukan dengan maksud untuk mengetahui fungsi organ pasien. Pada pemeriksaan ini data dikumpulkan untuk mendapatkan garis dasar yang bisa dijadikan bahan perbandingan pada fase intra operatif dan post operatif yang berguna untuk mengenal masalah-masalah yang potensial setelah pembedahan yang memerlukan intervensi pada periode pre operatif.
Berbagai Pemeriksaan sebelum operasi untuk menentukan garis dasar dan mendeteksi yang bisa mempengaruhi respon pasien pada fase intra dan post operatif antara lain : pemeriksaan keadaan umum, tanda-tanda vital, fungsi jantung, fungsi paru-paru, fungsi ginjal serta pemeriksaan penunjang yang berupa pemeriksaan radiology, EKG dan laboatorium lengkap.
2.1.5 Persiapan psikologis
Tujuan perawatan pre operatif adalah untuk mempersiapkan pasien baik secara fisik maupun psikologis terhadap pembedahan. Pada pasien yang akan dilakukan pembedahan merasa ketakutan pada sesuatu yang tidak diketahui, dan prosedur-prosedur yang menyakitkan kemungkinan akan menjadi penyebab dari kecemasan.
Untuk menghilangkan atau mengurangi ketakutan dan kecemasan pasien, perawat harus mengetahui informasi apa saja yang harus diberikan sebelum operasi yang tergantung kepada latar belakang, minat, dan derajat stress dari pasien. Cara yang terbaik adalah dengan bertanya pada pasien apa yang mereka ingin ketahui mengenai operasi yang akan berlangsung.
2.2 Kebutuhan Dukungan Psikologis Pada Pasien Pre Operatif
Pasien yang akan dilakukan pembedahan akan mengalami berbagai macam jenis prosedur tindakan tertentu dimana hal tersebut akan menimbulkan kecemasan sehingga pasien memerlukan dukungan psikologis dari tenaga kesehatan. Adalah penting bagi perawat yang hampir dua puluh empat jam selalu kontak dengan pasien untuk memahami kebutuhan-kebutuhan psiklogis pada pasien pre operatif. Kebutuhan psikologis yang dibutuhkan oleh pasien dari perawat berupa dukungan informasi dan dukungan emosional.
2.2.1 Kebutuhan Dukungan Informasi
Pasien yang akan dilakukan pembedahan akan mengalami kecemasan untuk itu pasien pre operatif sangat membutuhkan informasi mengenai periode periopeatif agar tidak mengalami kecemasan yang berlebihan karena ketakutan akan tindakan pembedahan.
Dengan memberikan informasi yang sesuai dan waktu yang tepat dapat mengurangi kecemasan, rasa nyeri, mengurangi penggunaan analgetika, membantu pasien tidur dan mengurangi lama hari rawat di rumah sakit bagi pasien yang mengalami operasi.
Mathews dan Ridgeway membagi informasi sebagai berikut :
1. Informasi prosedural yang membantu pasien memahami apa yang sebenarnya terjadi selama dalam prosedur.
2. Informasi sensasi yang membantu pasien mengantisipasi bagaimana/apa yang akan sebenarnya mereka rasakan selama atau sesudah suatu prosedur.
3. Informasi instruksional yang membantu pasien mengontrol tindakan atau tingkah laku mereka secara tepat.
4. Latihan relaksasi yang membantu mereka rileks perlahan-lahan dan mengurangi ketegangan otot.
5. Latihan penanggulangan kognitif yang membantu pasien mengantisipasi dan menghadapi respon-respon psikologis. (Abraham & Shanley, 1997).
Informasi diberikan kepada pasien operasi mulai dari hal-hal yang kecil sampai kebenaran prognosa atau efek samping tindakan yang mungkin terjadi pada pasien. Informasi yang diberikan kepada pasien pre operatif adalah informasi tentang petugas dan lingkungan rumah sakit, informasi tentang penyakit dan informasi tentang setiap tindakan yang dilakukan pada pasien tersebut.
Informasi tindakan pada pasien pre operatif mencakup informasi tentang tindakan apa yang akan dilakukan, informasi tentang apa yang dirasakan selama dan sesudah tindakan serta efek samping dari suatu tindakan. Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan sangat memerlukan informasi tersebut. Informasi tentang petugas dan lingkungan rumah sakit akan memberikan rasa nyaman dan pasien merasa bahwa pasien diterima dilingkungan yang baru, sehingga pasien merasa ada orang yang selalu siap membantu.
Informasi tentang penyakit pada pasien pre operatif diperlukan karena pasien yang akan dilakukan pembedahan sering merasa cemas karena penyakitnya, dimana pasien tidak tahu apa yang terjadi dengannya, apa yang dapat dilakukan dengan kondisinya, apa yang menyebabkan penyakitnya, tindakan apa yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan penyakitnya. Untuk itu perlu diberikan informasi tentang penyakitnya sesuai dengan kewenangan dari perawat.
2.2.2 Kebutuhan Dukungan Emosional
Kebutuhan psikologis oleh Maslow dinamakan sebagai komponen kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa yang positif tercapai bila kebutuhan psikologis akan rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri terpernuhi secara optimal. Sehingga pasien mempunyai kesiapan mental yang tinggi dalam menghadapi pembedahan. (Depkes, 1984).
Dukungan psikologis pada pasien pre operatif dengan memberikan dukungan emosional yang berupa sikap empati, perhatian dan meningkatkan harga diri pasien.
Empati adalah kemampuan untuk merasakan dunia pasien dimana dunia pasien seolah-olah dunia kita sendiri. Kalisch mendefinisikan empati adalah suatu kemampuan untuk memahami kehidupan orang lain, mempersepsikan secara tepat perasaan dan maksud mereka. Empati merupakan bagian yang sangat penting dalam proses interaksi anatara perawat dan pasien sekaligus sebagai dasar dalam pemberian pertolongan antara perawat dan pasien (Stuart & Sunden,1995).
Empati menuntut adanya kepekaan perawat terhadap perasaan dan kemampuan secara verbali untuk menterjemahkan perilaku pasien. Hal tersebut membutuhkan frekuensi interaksi yang kontinyu antara perawat dan pasien. Sikap empati dapat dilakukan pada saat memenuhi kebutuhan pasien, perawat menyampaikan penerimaan terhadap pasien melalui nada suara, ekspresi wajah dan sentuhan.
Sentuhan pada pasien pre operatif merupakan hal yang penting bagi pasien. Sentuhan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar trhadap lingkungan rumah sakit yang tidak akrab bagi pasien. Sentuhan adalah perilaku positif yang menghasilkan efek kepuasan bagi pasien, dan sentuhan berada diantara kebutuhan dasar dari kesehatan perkembangan mental dan fisik (Hudak & Gallo, 1997)
Perhatian dari perawat sangat dibutuhkan oleh pasien yang sedang dirawat, terutama pada pasien yang akan mengalami berbagai kelemahan seperti pada pasien yang akan dilakukan pembedahan. Perhatian pada pasien dapat diberikan dengan sentuhan, dimana sentuhan merupakan kontak taktil yang dibutuhkan oleh setiap orang dari sejak lahir sampai sepanjang kehidupannya. Dengan sentuhan memberikan kesan bahwa perawat memahami, mendukung, memberi kehangatan, perhatian dan pendekatan pada pasien, sentuhan tidak hanya meningkatkan rasa sejahtera bagi pasien tetapi dapat menyembuhkan kondisi pasien dari penyakit. Watson (1988) mengatakan faktor perhatian bertujuan untuk proses perawatan yang membantu seseorang mencapai atau mempertahankan kesehatannya atau meninggal dengan damai.
Pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan sangat memerlukan dukungan dari perawat yang bertujuan untuk meningkatkan harga diri pasien. Tindakan perawatan yang dibutuhkan oleh pasien dalam meningkatkan harga dirinya dengan memanggil pasien sesuai namanya, memperkenalkan pada orang lain, menghargai pasien dengan menjaga privasi, memberikan pilihan setiap tindakan keperawatan yang akan diberikan, mengikutsertakan pasien dalam pemenuhan kebutuhan yang sesuai dengan kemampuan pasien, memberikan pujian bila pasien mampu melakukan hal-hal yang positif (Hudak & Gallo, 1997).
2.3 Kebutuhan Dukungan Spiritual Pada Pasien Pre Operatif
2.3.1 Pengertian
Kebutuhan dasar spiritual adalah kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut : Kebutuhan akan kepercayaan dasar, kebutuhan akan makna hidup, kebutuhan akan komitmen peribadatan, kebutuhan keimanan, kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa, harga diri, kebutuhan akan rasa aman, derajat dan martabat , hubungan horizontal, kehidupan bermasyarakat.
(Clinebell ; dalam Hawari 2004).
Menurut Taylor kebutuhan dasar adalah segakla sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara individu dengan kekuatan kehidupan non material/kekuasaan yang maha tinggi didalamnya bisa mencakup system yang terorganisir dari lingkungan seseorang terhadap kekuatan yang maha tinggi.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan manusia untuk memelihara, menambah atau memperbaiki keyakinan dan kepercayaan untuk memenuhi kewajiban beragama untuk tercapainya tujuan dalam memenuhi kebutuhan kebaikan, kasih saying, dan memaafkan (Kozier,1991).
Stoll yang dikutip Kozier (1991) menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan sipitual pada pasien agar mengalami kesadaran individu tentang sifat diri sendiri, lingkungan, nilai dalam hubungan aktivitas kehidupan seseorang dan hubungannya dengan yang lebih tinggi sesuai dengan pemahamannya.
2.3.2 Tujuan pemenuhan kebutuhan spiritual
Menurut Depkes (1994) tujuan pemenuhan spiritual anatara lain :
a. Pasien dapat menjalankan ibadah, sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
b. Pasien dapat dorongan moril, kekuatan batin, dan ketenangan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
c. Pasien dan keluarganya dapat menerima kenyataan yang dihadapi.
d. Pasien dapat menghadapi kematian dengan tenang.
2.3.3 Karakteristik Spiritual
Hamid ( 2000) menguraikan karakteristik spiritual ke dalam beberapa bagian :
2.3.3.1 Hubungan dengan diri sendiri
Hubungan dengan diri sendiri dikatakan juga sebagai kekuatan dalam dan atau self-reliance yang meliputi :
a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dilakukan).
b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupa/masa depan), ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).
2.3.3.2 Hubungan dengan alam
Hubungan dengan alam memaknai hal ini sebagai harmoni yang meliputi :
a. mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa dan iklim
b. berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki) mengabadikan dan melindungi alam.
2.3.3.3 Hubungan dengan orang lain
Hubungan dengan orang lain meliputi :
a. Harmonis/supportif ( berbagi waktu, pengetahuan, dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, orang tuan dan orang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian.
b. Tidak harmonis (konflik dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi).
2.3.3.4 Hubungan dengan ketuhanan
Hubungan dengan ketuhanan dikelompokkan kedalam kategori agamis dan tidak agamis yang tersusun dari unsur :
a. Sembahyang/berdoa/meditasi
b. Perlengkapan keagamaan
c. Bersatu dengan alam