PERLAWANAN DAERAH TERHADAP PRAKTIK KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KUNO DI INDONESIA September 2023

PERLAWANAN DAERAH TERHADAP PRAKTIK KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KUNO DI INDONESIA

Imperialisme kuno berlangsung sebelum terjadinya Revolusi Industri (sebelum abad ke-18). Negara pelopor adalah  Portugis dan Spanyol.
1.    Perlawanan Rakyat terhadap Portugis
a.     Perlawanan Rakyat Malaka tehadap Portugis
               Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuqauerque menyerang Kerajaan Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan Falatehan dapat menguasi Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (Jakarta).
b.    Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Portugis
          Mulai tahun 1555, upaya Portugis itu gagal akrena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629.
c.  Perlawanan Rakyat Maluku terahadap Portugis
            Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Aka tetapi, Ternate terus merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya salam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
            Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
2.    Peralwanan Rakyat terhadap Belanda (VOC)
Persekutuan dagang Hindia Timur milik pemerintah Belanda di Indonesia adalah Vereenigde oost Indische Compagnie (VOC) yang berdiri pada tahun 1602.
a.      Perlawanan Rakyat Mataram
1.      Perlawanan Rakyat Mataram pertama dilakukan pada bulan Agustus 1628 yang dipimpin oleh atumenggung Bahurekso.
2.      Perlawanan Rakyat Mataram ke dua dilaksanakan pada tahun 1629 dan dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Pasukan Mataram tetap menyerbu Batavia dan berhasil menghancurkan Benteng Hollandia, dilanjutkan ke Benteng Bommel tetapi belum berhasil.
3.      Peralwanan Trunojoyo
Sultan Agung Hanyakrakusuma wafat pada tahun 1645, kedudukannya digantikan oleh putranya yang bergelar Susuhunan Amangkurat I. Tahun 1674 meletuslah pemberontakan rakyat yang dipimpin oleh Trunojoyo, putra Bupati Madura. Trunojoyo mendapat dukungan dari para pengungsi Makasar yang dipimpin Karaeng Gaselong dan Montemarano mengakibatkan Amangkurat I terdesak dan melarikan diri untuk meminta bantuan kepada Belanda. Meninggal dunia di Tegalwangi  (dekat kota Tegal). 1677, putra mahkota naik tahta sebagai raja Mataram dengan gelar Amangkurat II. Perjanjian kepada Belanda berupa Bandar di Semarang, hak perrdagangan yang luas, seluruh daerah Jawa Barat, di sebelah selatan Batavia, dan pemabyaran semua ongkos perang dengan jaminan beberapa Bandar di pantai Utara pulau Jawa. Setelah Trunojoyo tertangkap dan dijatuhi hukuman mati (1679)., Kerajaan Mataram selalu mendapat pengaruh dari pemerintahan Hidia Belanda.
4.      Perlawanan Untung Suropati
Untung Suropati adalah putra Bali yang menjadi prajurit kompeni di Batavia antara tahun 1686 sampai 1706, Untung Suropati dan kaean-kaeannya menyingkir ke Mataram dan bekerja sama dengan Sunan Mas atau Amangkurat III untuk melakukan perlawanan terhadap kompeni Belanda (VOC) dan dinobatkan menjadi Adipati dengan gelar dengan gelar Aria  Wiranegara. Kekuasaan Untung Suropati meliputi Blamblangan, pasuruan, Probolingggo, Bangil, Malang dan Kediri.
5.      Perlawana Pangeran Mangkkubumi dan Mas said
Tahun 1749, Pangeran Mangkubumi (adik dari Pakubuwana II) bekerjasama dengan Mas said (Pangeran samber Nyawa) melakukan perlawanan terhadap pakubuwana II dan VOC. 1749, Pangeran Mangkubumi meninggalkan istana dan membentuk pasukan untuk melakukan perlawanan terhadap Pakubuwan II dan Kompeni belanda (VOC), mengalahkan pasukan kompeni. Pada tahun 1751, pasukan Kompeni yang dipimpin Mayor De Clerx, dapat dihancurkan. Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said diakhiri dengan Perjanjian Gyanti (1755) dan Perjanjian Salatiga (1757).
b.      Perlawanan Rakyat Banten
Perlawanan rakyat Banten dibangkitkan oleh Abdul Fatah ( Sultan Ageng Tirtayasa) dan putranya Pangeran Purbaya. Tahun 1659, perlawanan rakyat Banten menglami kegagalan. 1683, VOC menerapkan politik adu domba ( devide et impera ) antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yang bernama Sultan Haji. Sultan Haji yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan Sultan Ageng Titayasa menghasilkan kompensasi. 1750, terjadi perlawanan rakyanan rakyat Banten terhadap Sultan Haji.
c.       Perlawana Rakyat Makasar
Abad ke-17 Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pertempuran ke dua terjadi pada tahun 1654 diawali dengan perilaku yang menghalang-halangipedagang yang akan masuk maupun keluar pelabuhan Makasar mengalami kegagalan. Pertempuran ke tiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agar melakuakan pemberontakan terhadap sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.
d.      Perlawanan Rakyat Maluku
1.      Perlawanan di Ternate
Pertama pada tahun 1635 yang dipimpin oleh Kakiali. 1644 kembali terjdi perlawanan rakyat Ternate terehadap VOC, yang dipimpin oleh Telukabesi. Pada tahun 1650, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Saidi mengalami kegagalan.
2.      Perlawana Tidore
Tidore dipimpin oleh Kaicil Nuku. Perlawanan fisik dan perundingan berhasil mengusir Belanda, mengusir Kolonial Inggris dari Tidore.
3.      Perlawanan oleh Patimura
Bulan Mei 1817, meletus perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang dipimpin oleh Thomas Mattulessy atau Kapitan Patimura. Benteng kompeni Duurstede di Saparua diserbu da direbut rakyat Maluku. Meluas hingga ke Ambon dan ke pulau-pulau sekitarnya, dikuasai oleh Kapitan Patimura, Anthony Rybok, Paulus-Paulus Tiahahu, Martha Tiahahu Christina Tiahahu, Latumahina, Said Perintah dan Thomas Pattiwael, kewalahan perlawanan rakyat Pattimura pada tahun 1817 mendatangkan pasukan kompeni dari Ambon yang dipimpin oleh Kapten Lisnent.
Reaksi-reaksi Rakyat Indonesia tehadap Kolonialisme Belanda dalam Bentuk Perang Besar
a.      Perang Padri (1821-1837)
Terjadi di Sumatra Barat atau di tannah Minangkabau. Perselisihan antara kaum padri dengan kaum adat yang kemudian mengundang campur tangan pihak Belanda. Perang Padri pertama (1821-1825) dan perang Padri ke dua (1830-1837)
1.      Perang Padri pertama
Di Kota Lawas, berkembang ke daerah lainnya seperti Alahan Panjang. Kaum Paadri dipimpin oleh Datok Bandalo bertempur melawan kaum adat yang dipimpin oleh Datuk Jati. Setelah Datok Bandro meninggal dunia,pucuk pimpinan dipimpn oleh Malim Basa(Tuanku Imam Bonjol) dan dibantu oleh Tuanku Pasaman,Tuanku Nan Renceh,Tuanku Nan Cerdik,dan Tuanku Nan Gapuk. Tahun 1821, kaum Padri menyerbu pos belanda di Semawang dan mengacaukan kedudukan Belanda di daerah Lintau. Belanda membangun benteng nama Firt Van der Caplen. Tahun 1822 di daerah Baso terjadi pertempuran antara pasukan Padri yang di pimpin oleh Tuanku Nan Renceh. 1823 terjadi pertempuran lagi di Bonio dan Agam. Belanda dapat merebut benteng pertahanan kaum Padri. 1825,kedudukan belanda mulai sulit karena harus berhadpan dengan kaun Padri dan juga harus menghadapi pasukan Diponigoro.
November 1825,Belanda dan kaum Padri mendatangi perjanjian damai yang berisi tentang pengakuan belanda atas beberapa daerah sebagai wilayah kaum Padri dan sementara untuk peperangan gelombang pertama berakhir.
2.      Perang Padri Gelombang kedua
1829,di daerah Pariman. 1830,kaum Adat mulai banyak membantu kaum Padri dan kedua kaum tersebut menyadari bahwa perlu kerja sama. Perang antara rakyat Minangkabau melawan penjajah Belanda.
1831,penyerangan terhadap Belanda di daerah Murapalam. 1832,dipimpin oleh Tuanku Nan Cerdik dan Tuanku Imam Bonjol melakukan penyerangan pos belanda di Mangopop. 1833,terjadi pertempuran besar di daerah agam. 1834,hingga tahun 1835,pemerintah Belanda mulai mengepung benteng Bonjol. Tahun 1837,pasukan Belanda melakukan penyeranagn terhadap benteng Bonjol. Pada tanggal 25 Oktober 1837,benteng pertahanan kota Bonjol jatuh ke tangan Belanda. Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur,kemudian di pindahkan ke Minahasa hinnga wafat dan di makamkan di Peneleng.
b.      Perang Diponogoro
Dilingkungan istana terdapat golongan yang memihak Belanda,banyak juga yang menentang Kolonial Belanda,seperti pangeran Diponogoro (putra Sultan Hamengku Buwono III). Kecurigaan yang berlebihan ini pada akhirnya menimbulkan permusuhan dan peperangan yang disebut Perang Diponogoro.
1.      Penyebab Umum Perang Diponogoro
a.       Semakin menderitanya rakyat akibat terjadi rodi dan berbagai pajak
b.      Semakin sempitnya Wilayah Kerajaan Mataram akibat dikuasai Belanda.
c.       Selalu ikut campurnya Belanda dalam urusan Pemerintahan Kerajaan Mataram.
d.      Masuknya budaya barat kedalam keraton yang bertentangan dengan ajaran agama.
e.       Kecewanya kaum bangsawan akan aturan Van der Cappelen yang melarang usah perkebunan swasta di Wilatah Kerjaan Mataram.
f.       Munculnya pejabat Kerajaan Mataram yang membantu pihak Belanda demi keuntungan pribadi.
2.      Penyebab Khusus Perang Diponogoro
Dipengaruhi oleh persoalan pribadi. Terjadi pada tahun 1825,tindakan Belanda yang sewenang-wenang yang telah memasang tonggak untuk membangun jalan raya yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponogoro tanpa izin. Perang antara Pangeran Diponogoro dengan Belanda dibantu oleh Kasunanan Surakarta,Mangkunegaran,dan Kasultanan Yogyakarta.
Menggunakan strategi atau siasat perang grilya,pusat pertahanan yang berpindah-pindah seperti di Gua Selarong,Dekso,Lereng Gunung Merapi,dan Bagelan(Purworejo). Terbukti pada tahun 1825-1826 pasukan Diponogoro memperoleh kemenangan hingga dapat merebut daerah Pacitan,Purwodadi,dan Klaten.
Penguasaan sistem benteng Stelsel oleh Belanda mempersulit pergerakan pasukan Diponogoro dan hubungan komunikasi antar pasukan. Pada tahun 1828,Kiai Mojo bersedia untuk diajak berunding oleh Belanda namun gagal dan justru ia ditangkap dan diasingkan ke Minahasa sampai wafat pada tahun 1849. Jendral De Kock mengajak berunding Sentot Alibasa Prawirodirjo, tetapi selalu mengalami kegagalan. Pada tahun 1829, Sesntot Alibasa Prawirodirjo menyerah, ia dituduh memihak kaum Padri sehingga akhirnya ia akan diasingkan ke Cianjur dan kemudian dipindahkan ke Bengkulu hingga wafat pada tahun 1855.
Pangeran Mangkubumi menyerah pada tahun 1829 dan putranya sendiri yang bernama Dipokusumo beserta patihnya menyerah pada tahun 1830. Jendral de kock ditanggapi positif oleh Pangeran Diponegoro dan disepakati bersama bahwa perundingan akan dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 1830 di kota Magelang. Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang dan Batavia kemudian diasingkan lagi ke Manado. Ia kembali dipindahkan ke Makasar hingga wafat pada tanggal 8 Januari 1855.
c.       Perlawanan Rakyat Aceh (1873-1904)
Pada bulan Desember 1873, Belanda mengirim pasukan ke aceh dengan kekuatan 8.000 personil dibawah pimpinan Mayor Jendral Van Swiesten. Tetapi upaya Belandauntuk menawan sultan Mahmud syah belum berhasil karen sultan beserta para pejabatkerajaan telah menyingkir ke Luengbata. Setelah sultan Mahmud syah meninggal karen sakit, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Daud Syah. Setelah Teuku Cik Di Tiro sebagai pemimpin utama Aceh Wafat. Pucuk pimpinan dilanjutkan oleh Teuku Umar dan panglima Polim. Pada tahun 1893 Teuku Umar beserta pasukannya memanfaatkan kelenghan Belanda dengan tujuan mendapatkan senjata. Disambut baik dan mendapat gelar Teuku Johan Pahlawan. Pada tahun 1986 Teuku Umar umar bergabung kembali dengan rakyat aceh dengan membangun markas pertahanan Meulaboh. Peristiwa teuku umar yang berhasil menyiasati belanda di pandang sebagai kesalahan besar deykerhoff sebagai gubernur militer. Di gantikan oleh jendral van heutsz. Belanda memberi tugas kepada Dr. Snock Hurgronje untuk menyelidiki prilaku masyarakat aceh. Dr. Snock Hurgronje dalam menjalankan tugasnya menggunakan nama samaran yaitu abdul ghafar. Belanda menyangra keluarga raja dan panglima polin perlawanan aceh berikutnya di lanjutkan oleh cut meutia, tetapi perlawanan ini dapat di padamkam dan pada tahun 1904 perang aceh dinyatakan berakhir.
d.      Perlawanan rakyat Bali
Keinginan belanda untuk menguasai bali selalu tidak berhasil karena bali masih bersifat konservatif ( masih berlaku adai/tradisi ). Pada tahun 1844, belanda terdaptar ke pantai buileleng dan di kenakan hukum tawan karang yaitu selalu turut campur urusan kerajaan di bali dengan mengajukan tuntutan dengan isi sebagai berikut.
1.      Membebaskan belanda dari hukum tawan karang
2.      Kerajaan bali mengakui pemerintahan hindia belanda
3.      Kerajaan bali melindungi perdagangan milik pemerintah belanda.
4.      Semua raja di bali harus tunduk terhadap semua perintah colonial Belanda
5.      Sehingga pada tahun 1846 Belanda menyerang wilayah Bali utara dan memaksa raja buleleng untuk mendatangi perjanjian perdamaian.
Pada tahun 1848, raja-raja di Bali tidak lagi mematuhi peraturan Belanda. Pos-pos pertahanan Belanda di Bali diserbu dan semua senjata dirampas oleh Gusti Jelentik. Pada tahun 1849, pasukan Belanda datang dari Batavia untuk menyerbu dan menguasai seluruh pantai Buleleng dan menyerbu benteng Jagaraga. Sejak runtuhnya kerajaan Buleleng, perjuangan rakyat Bali mulai melemah. Meskipun demikian Kerajaan Karang Asem dan Klungkung masih berusaha melakukan perlawanan terhadap Belanda.
e.         Perlawanan rakyat Palembang (1819-1825)
Sultan Badarudin dahulu pernah menjadi sultan palembang dan kemudian diturunkan secara paksa oleh pemerintah inggris ketika masih berkuasa di indonesia yaitu digantikan oleh sultan najamuddin. Tahun 1819 sultan badaruddin selalu menghalangi setiap kapal belanda yang memasuki sungai musi. Pada tahun 1821 belanda dapat menguasai ibu kota palembang dan menangkap sultan badarudin. Sultan Badauddin diasingkan ke Ternate. Perlawanan rakyat Palembang sering terjadi pada tahun 1825.
f.         Perlawanan Rakyat Banjar (1819-1863)
Yang menjadi daya tarik Belanda untuk menguasai Kalimantan Selatan yang saat itu di perintah oleh Sltan Hidayat. Untuk menguasai Banjarmasin adalah dengan melakukan operasi militer pada tahun 1859. Dalam pertempuran itu Sultan Hidayat tertangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Cianjur Jawa Barat. Upaya Belanda untuk menguasai Banjarmasin mengalami kesulitan rakyat berupa untuk mempertahankan wilayahnya dan setiap kapal Belanda yang memasuki pedalaman Banjarmasin (melalui sungai Brito) akan dibakar oleh rakyat setempat.  Pada tahun 1863 pasukan Belanda melancarkan serangan bertubi-tubi keseluruh wilayah Banjarmasin,sehingga pangeran Antasari gugur.
g.        Perlawanan  Rakyat Tapanuli
Sekitar tahun 1873 bangsa Belanda mulai memasuki daerah Tapanuli Utara dengan alasan memadamkan aktivitas pejuang-pejuang padri dan para pemimpin dari Aceh. Pada tahun 1878 Belanda mulai melancarkan gerakan militernya untuk menyerang daerah Tapanuli,sampai pada akhirnya meletus perang Tapanuli. Perang Tapanuli yang di awali dengan operasi militer yang dilakukan oleh Jendral Van Dalen di pedalaman Aceh pada tahun 1903-1904. Serdadu Belanda yang mulai berdatangan di daerah di Sumatra Utara dibendung oleh rakyat Tapanuli yang dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==