Contoh Laporan Observasi Perilaku Bermasalah pada Murid SD September 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mendidik merupakan sesuatu hal yang rumit. Seorang pendidik tidak hanya harus mengusai dan mengetahui mengenai bahan pelajaran. Tetapi seorang pendidik juga harus paham mengenai murid-muridnya dalam proses pembelajaran.Bukan saja pendidik harus mengajar di depan kelas, tetapi juga menyiapkan dan mendesain bahan pelajaran, memberikan tugas-tugas, menilai proses dan hasil belajar murid, merencanakan kegiatan-kegiatan lain dan menegakkan disiplin. Disamping itu guru harus menyimpan dan memelihara catatan-catatan tentang muridnya, mengatur dan mengelola kelas, mengembangkan kegiatan-kegiatan belajar, berbicara kepada orang tua murid dan bahkan melakukan kegiatan bimbingan dan konselling bagi murid-muridnya.
Mendidik adalah suatu proses memanusiakan manusia. Pendidikan adalah proses membentuk generasi yang siap memerankan hidup, mengembangkan potensi-potensi seperti Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) yang perlu ditransfer ke peserta didik, agar Output yang dihasilkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan moral yang baik. Tugas pendidik adalah memfasilitasi dan memotivasi agar atmosfer belajar lebih aktif, manusiawi dan demokratis. Bertolak dari pengertian mendidik dan tugas pendidik maka seyogyanya sebagai seorang pendidik diharapkan dapat mengatasi berbagai gangguan yang mungkin terjadi dalam suatu proses pendidikan atau dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya mampu mengatasi perilaku bermasalah yang terjadi. Sebaik apa pun pendidik merancang dan menciptakan lingkungan kelas yang positif perilaku bermasalah pada siswa atau murid akan muncul. Pendidik harus menghadapinya dengan cara efektif dan tepat waktu.
Anak Usia SD dalam hal ini anak kelas IV yang berusia rata-rata 10 tahun, sebagian besar masih bergantung pada orang tua, berperilaku buruk, suka mengucapkan kata-kata kotor, bersikap seenaknya dan suka melanggar peraturan tanpa merasa bersalah. Seringkali anak dihukum tetapi tetap saja mengulangi kesalahan yang sama. Saat anak mengganggu teman-temannya dalam kegiatan pembelajaran atau saat emosi anak yang tidak dapat terkendali. Hal ini mendorong peneliti untuk mencoba menerapkan pendekatan disiplin positif terhadap kasus dengan perhatian dan nasehat, serta memberikan reinforcement sebagai pendorong agar kasus mau berubah.
Bagaimanapun upaya interaksi positif diciptakan dan dilakukan oleh pendidik, perilaku bermasalah mungkin masih dapat mucul. Setiap masalah yang muncul, pendidik pun harus menanganinya dengan cara efektif dan tepat waktu. Untuk hal ini, pendidik harus memiliki teknik konseling, memfokuskan pada pemahaman, bersama-sama mengatasi masalah perilaku acuh yang tak pantas sambil memberdayakan perilaku yang pantas.
Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa calon pendidik harus melaksanakan sebuah penelitian mengenai perilaku bermasalah pada anak usia sekolah dasar agar dapat memahami karakteristik serta menanggulangi permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul. Dan penulis melaksanakan observasi di SDN 2 Budiharja Kecamatan Sindangkasih.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian perilaku bermasalah?
2. Bagaimana perilaku bermasalah yang terjadi pada murid SD?
3. Faktor yang menyebabkan perilaku bermasalah?
4. Bagaimana cara penanganan terhadap anak yang berperilaku bermasalah?
5. Bagaimana hasil setelah diberikan layanan bimbingan?
C. Prosedur Pemecahan Masalah
Di lapangan ditemukan anak yang berperilaku bermasalah dalam proses pembelajaran seperti murid yang ribut sendiri ketika guru sedang menerangkan, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin, melakukan kegiatan lain di luar pembelajaran, bolos sekolah, membawa alat elektronik handphone, mengganggu siswa yang lain ketika proses pembelajaran, anak berkesulitan belajar dan jarang mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru. Adapun penanganan yang dilakukan dalam mengatasi perilaku-perilaku penyimpangan tersebut yaitu dengan memberikan motivasi, melakukan dialog dengan orang tua murid yang bermasalah, memberikan bimbingan serta penyuluhan demi terbentuknya kepribadian siswa yang diharapkan. Hasil akhirnya anak didik yang melakukan perilaku-perilaku penyimpangan tersebut, sedikit demi sedikit terjadi perubahan sikap menjadi lebih baik sesuai yang diharapkan.
D. Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan observasi di SDN 2 Budiharja adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
2. Untuk mengetahui perilaku bermasalah pada anak SD
3. Untuk mengetahui cara dan memberikan penanganan kepada murid yang berperilaku bermasalah di lapangan.
E. Metode Penelitian
- Adapun metode yang digunakan pada saat observasi antara lain:
- Pengamatan langsung terhadap murid di kelas
- Pengisian angket
- Membuat catatan anekdot
- Teknik Sosiometri
- Mengidentifikasi Autobiografi (karangan pribadi) murid
- Wawancara langsung pada murid
- Wawancara langsung pada guru
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisannya aadalah sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Prosedur pemecahan masalah
D. Tujuan
E. Metode Penelitian
F. Sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar teori
B. Pelaksanaan Penelitian
C. Data yang diperoleh dalam Penelitian
D. Hasil Penelitian
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar teori
Perilaku bermasalah adalah perilaku atau tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.
Anak bermasalah adalah anak yang prilakunya atau tindakannya tidak diharapkan oleh guru, orangtua atau masyarakat dan tindakan tersebut cenderung merugikan dirinya dan orang lain.
Namun disini kita sebagai guru kelas anak dikatakan bermasalah jika memilki masalah yang lebih banyak atau lebih mendalam yang menjadikan ia menderita karenanya, untuk itu guru harus menolongnya.
- Menurut James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
- Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
- Menurut Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.[1]
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Di sekolah dasar sangat mungkin ditemukannya perilaku penyimpangan pada anak didik dengan timbulnya gejala perilaku penyimpangan. . Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: (1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik
B .Pelaksanaan Observasi
Observasi untuk mengetahui perilaku bermasalah pada anak SD ini dilaksanakan pada :
Hari : Jumat dan senin
Tanggal : 26 november dan 13 desember 2010
Tempat : SDN 2 Budiharja Kab. Tasikmalaya