Implementasi Pendekatan Andragogi dalam Pelaksanaan Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Calon Pelatih Guru Al Qur’an September 2023
Implementasi Pendekatan Andragogi dalam Pelaksanaan Pelatihanuntuk Meningkatkan Kompetensi Calon Pelatih Guru Al Qur’an( Studi Pada Pelatihan Guru Al Qur’an Di Ummi Foundation ( UF ) Bandung)Penulis : Apip Hermana Prodi PLS Pascasarjana UPI Bandung
A. Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan tentang masih adanya kegiatan pelatihan, yang kurang memperhatikan pentingnya sebuah pendekatan. Bila diamati, keberhasilan sebuah pelatihan tidak terlepas dari pendekatan yang telah dilakukan baik oleh penyelenggara pelatihan maupun oleh fasilitator dalam proses pelaksanaan pembelajarannya. Fokus dari penelitian ini adalah bagaimana implementasi pendekatan andragogi dalam pelaksanaan pelatihan calon pelatih guru mengaji Al Qur’an yang dilaksanakan oleh Ummi Foundation (UF) Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem pelatihan pelatih, proses pelaksanaan pembelajaran dalam pelatihan , peran fasilitator dalam proses pembelajaran pelatihan, hasil belajar pelatihan pelatih terutama kompetensi kepelatihan pelatih guru Al Qur’an setelah menggunakan pendekatan andragogi.
Teori yang mendukung penelitian ini yaitu teori andragogi dan pendekatannya, teori belajar orang dewasa, prinsip, prosedur, dan langkah-langkah pendekatan andragogi dalam pelatihan, sistem penyelenggaraan pelatihan, peran fasilitator dalam pelaksanaan pelatihan, dan hasil pembelajaran terutama kompetensi kepelatihan yang diperoleh peserta pelatihan.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan: (1) studi dokumentasi, (2) observasi, dan (3) wawancara mendalam. Subjek dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu fasilitator dan peserta masing-masing 2 orang, jadi totalnya 4 orang, dan penyelenggara pelatihan 1 orang. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, display data, penyimpulan data, dan verifikasi, kemudian dilakukan validasi.
Data hasil penelitian, dalam tahap sistem penyelenggaraannya Ummi Foundation Bandung belum maksimal dalam melakukan penelurusan kebutuhan dan minat dan kebutuhan peserta pelatihan. sistem penyelenggaraannya diawali dengan identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan, kemudian klasifikasi dan proses penentuan peserta pelatihan, merumuskan tujuan pelatihan, menyusun rancang bangun pelatihan, melaksanakan pelatihan dan melakukan evaluasi pelatihan. Dalam proses pembelajaran dilakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan implementasi pendekatan andragogi, yang dikuatkan melalui sikap fasilitator dalam memfasilitasi pembelajaran orang dewasa. Hasil pelatihan yang diperoleh terdapat peningkatan motivasi dan partisipasi belajar selama pelatihan yang berdampak pada peningkatan kompetensi peserta pelatihan .
Kesimpulannya, jika implementasi pendekatan andragogi dalam pelatihan calon pelatih guru mengaji Al Qur’an didukung oleh persiapan yang matang dalam penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan penyelenggara, sarana dan prasarana, serta pembelajaran yang memberikan peran lebih besar kepada peserta, ternyata efektif dalam memotivasi dan mengubah sikap peserta sehingga mereka menjadi lebih aktif dalam pelatihan, sehingga ternyata selain mampu meningkatkan motivasi peserta, juga mempercepat peningkatan kompetensi peserta pelatihan.
Kata Kunci : Andragogi, Sistem penyelengggaraan pelatihan, Peran Fasilitator, hasil belajar dan kompetensi.
B. Pendahuluan
Pendekatan andragogi merupakan sebuah strategi atau cara yang digunakan pendidik dalam melakukan proses, seperti pelatihan dan pembelajaran yang diperuntukkan bagi orang dewasa. Hal ini berarti proses pembelajarannya memusatkan perhatian dan pemanfaatan kemampuan atau pemahaman yang dimiliki orang dewasa untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan suatu program pendidikan. Pendidikan orang dewasa lebih mengarahkan kegiatan pembimbingan pada warga belajar dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tujuan belajarnya sengaja diciptakan dan melibatkan pengalaman pribadi dan suatu pengalaman kolektif yang pernah dimiliki sebelumnya oleh warga belajar.
Orang dewasa yang telah memiliki peran sebagai pendidik mereka tentu mengalami dan menghadapi berbagai permasalahan yang harus segera dicarikan solusinya. Salah satu pemecahan masalahnya, yakni dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan melalui pendidikan yang mampu meningkatkan dan menambah kemampuan dan keterampilan terkait dengan kehidupan nyata, misalnya pekerjaan yang digelutinya.
Pendekatan andragogi dalam pelaksanaan pelatihan di lembaga-lembaga pelatihan salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar mampu memecahkan segala permasalahan sesuai kebutuhan bidang pekerjaan yang sedang dihadapinya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 yang menguraikan bahwa: (1) Pendidik dan tenaga pendidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, (2) Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan, (3) Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sistem pelatihan yang dibangun harus berlandaskan pada tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk memperoleh performansi kerja peserta pelatihan sebagai calon pelatih/fasilitator. Hal ini disiratkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2006 tentang sistem pelatihan kerja nasional Bab I pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pola penyelenggaraan pelatihanpun mempengaruhi pada hasil pelatihan sebab penyelenggaraan pelatihan bagi orang dewasa harus menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik orang dewasa dan berlandaskan pada asumsi pokok konsep andragogi. Akan tetapi, pada sisi lain lembaga penyelenggara pelatihan juga masih saja memiliki pelatih yang belum mengetahui dan memahami tentang bagaimana menerapkan pendekatan andragogi dalam proses pembelajaran orang dewasa. Guru mengaji Al Quran merupakan tenaga pendidik yang memberikan pembelajaran Al Quran pada tingkat Sekolah Dasar Islam, Lembaga Pendidikan Islam dan tempat lain dengan metode pengajaran yang beragam. Kondisi dilapangan kemampuan mereka masih menggunakan pola-pola tradisional dan target yang tidak jelas dalam pencapai membaca Al Quran oleh karenanya diperlukan pelatih yang mampu memfasilitasi untuk meningkatkan kemampuan guru mengaji terutama penguasaan metodologi mengajar AL Quran dengan pendekatan pembelajaran yang relevan. Salah satu metode yang dilatihkan adalah metode Ummi yang dikembangkan oleh Ummi Foundation.
Berlandaskan pada pemikiran-pemikiran di atas maka penelaahan atau penelitian ini mengambil tema tentang bagaimana implementasi pendekatan andragogi dalam pelaksanaan pelatihan calon pelatih guru mengaji Al Qur’an, yang dilakukan oleh Ummi Foundation Bandung untuk meningkatkan kompetensi peserta pelatihannnya.
C. Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada implementasi pendekatan andragogi dalam pelaksanaan pelatihan calon pelatih guru mengaji Al Qur’an. Kegiatan implementasi pendekatan andragogi dilakukan mulai dari sistem penyelenggaraan pelatihan, proses pembelajaran, pemeranan dan sikap pelatih selama proses pembelajaran, dan hasil pelatihan.
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Bila pendekatan andragogi diimplementasikan dalam pelaksanaan pelatihan pelatih guru mengaji Al Qur’an, hal ini akan meningkatkan kompetensi peserta pelatihan”.
D. Hasil dan Pembahasan
Penyelenggara pelatihan dalam hal ini Ummi Foundation Bandung melakukan penelurusan kebutuhan peserta pelatihan terutama materi-materi yang diberikan pada saat pelatihan, yaitu dengan cara membandingkan hasil analisis materi yang disampaikan pada saat tahap pelatihan guru mengaji yang sebelumnya telah dilakukan, kemudian disesuaikan dengan kebutuhan peserta dan tujuan yang ingin dicapai.
Kegiatan mengkonfirmasikan materi yang telah disusun oleh panitia kepada peserta pelatihan dilakukan saat pertemuan awal (hari pertama pelatihan). Hanya kurang terpahami oleh peserta sebab peserta pelatihan masih dalam tahap adaptasi dengan suasana dan lingkungan baru, peserta dalam kondisi yang belum siap, masih kelelahan dan lingkungan fisik dan psikis yang masih belum tertata secara maksimal, misalnya lampu yang kurang terang, homogenitas peserta dan situasi yang baru.
Sistem penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan UF Bandung sejak identifikasi sasaran pelatihan telah berupaya merencanakan penerapan andragogi. Hal ini ditandai dengan melihat karakteristik peserta pelatihan yang mendaftar, penyiapan bahan belajar dan media, penyiapan icebreaking yang disesuaikan dengan karakteristik sasaran kemudian dibuat rancang bangun pelatihan yang telah disesuaikan dengan tujuan pelatihan. Penyelenggara pun menyiapkan sarana dan prasarana untuk menciptakan iklim fisik dan psikis yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta pelatihan. Pada saat pelaksanaan pelatihan penyelenggara berupaya menyiapkan dan mendukung secara maksimal pelaksanaan pelatihan baik kelengkapan administrasi, sarana dan prasarana, serta memastikan kesiapan fasilitator dan kondisi peserta pelatihan agar tetap sesuai dengan desain pelatihan yang telah disusun.
Implementasi pendekatan andragogi pada proses pembelajaran pelatihan calon pelatih guru mengaji Al Qur’an yang diselenggarakan oleh Ummi Foundation Bandung, berpijak pada prosedur penerapan pendekatan andragogi atau sebagai pengembangan program andragogi ke dalam tujuh langkah yang diutarakan oleh Knowles Knowles (1970: 54 dan 1984: 117)yaitu : (1) Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa, (2) Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif, (3) Mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) Merumuskan tujuan belajar, (5) Mengembangkan rangcangan kegiatan belajar, (6) Melaksanakan kegiatan belajar, (7) Mendiagnosis kebutuhan belajar (evaluasi). Pada aspek prosedur pembelajaran andragogi belum semua dilakukan oleh fasilitator pelatihan. Sebagian besar fasilitator sudah mengupayakan secara maksimal terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif sesuai dengan karakteristik orang dewasa, namun kadar usahanya berbeda-beda. Sebagian besar fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat akan memulai pembelajaran, baik tujuan umum maupun tujuan khusus. Sebahagian besar fasilitator telah mengupayakan secara maksimal menghubungkan bahan pembelajaran dengan pengalaman peserta. Fasilitator telah berupaya maksimal dalam mendorong peserta untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal ini terlihat dari keaktifan peserta dalam bertanya kepada fasilitator, sadap pengalaman, bereaksi saat icebreaking, aktif dalam kegiatan kelompok, membantu menyebarkan lembar diskusi dan tugas serta membantu pengaturan tempat duduk.
Pada umumnya fasilitator menggunakan media yang relevan dengan materi yang disampaikan seperti lembar penggerak diskusi, LCD,lembar tugas dan apresiasi materi. Media ini cukup membantu proses pembelajaran, dan bermanfaat dalam menambah penguatan pemahaman materi. Selain itu, fasilitator dapat menempatkan dirinya sebagai orang yang memfasilitasi proses pembelajaran bagi peserta pelatihan. Ada upaya dari fasilitator untuk menempatkan posisi peserta sebagai orang dewasa dengan cara memberikan peluang pada peserta dalam kegiatan sadap pengalaman, bertanya, mengkritik, menyanggah, mengatur diri dalam kelompok, men-setting ruangan, memecahkan masalah dalam berdiskusi, membantu membagi kertas kerja, dan sebagainya. Fasilitator berupaya melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil. Fasilitator memberikan apresiasi atas tugas individu dan kelompok. Fasilitator menciptakan suasana saling menilai antarpeserta melalui kegiatan microteaching untuk melihat kelemahan diri peserta sendiri setelah melihat penampilan orang lain.
Peran fasilitator saat perencanaan, yaitu sebagian besar fasilitator hanya membuat ringkasan dan besaran materi yang akan disampaikan dan kemudian disusun ke dalam bahan belajar, selanjutnya menyiapkan media belajar yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik peserta pelatihan. Fasilitator juga mempersiapkan yel-yel pembangkit motivasi, nyanyian, dan games yang sesuai dengan materi dan karakter peserta sebagai orang dewasa.
Fasilitator pada saat pembelajaran telah mampu berperan sebagai inisiator (pembimbing) , clarifier (pemerjelas) , summarizer (pengambil kesimpulan) , evaluator (penilai) . Fasilitator telah terlihat mampu menjadi pembimbing kelompok dalam berdiskusi, mengorganisisasi kelompok, dan memperjelas sesuatu hal yang kurang jelas. Dia juga mampu menjadi seorang yang mampu mengambil kesimpulan dengan baik. Pada akhir pembelajaran pelatihan fasilitator dipandang dapat menjadi penilai, baik mendorong peserta untuk bisa menilai kemajuan belajarnya sendiri ataupun menilai orang lain.
Hasil evaluasi pelatihan terdapat kemajuan dari segi pengetahuan peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan ini. Hal ini terlihat dari nilai post-tes yang lebih baik baik daripada nilai pretes, hasil microteaching yang bagus baik dari sisi penilaian fasilitator maupun dari pendapat peserta sebagai penilai. Hasil pemantauan juga menunjukkan bahwa peserta memiliki kebebasan dalam mengungkapkan pengalaman, bertanya, dan menyanggah suatu hal yang tidak sesuai dengan pengalaman dan pemahamannya, meskipun dengan tingkat partisipasi dalam bertanya dan menyanggah yang berbeda-beda.
E. Penutup (kesimpulan/saran)
1. Kesimpulan
Data hasil penelitian dalam tahap sistem penyelenggaraannya diperoleh bahwa Ummi Foundation Bandung belum maksimal dalam melakukan penelurusan kebutuhan dan minat peserta terkait materi yang akan disampaikan, namun dukungan penyelenggara terhadap proses dan evaluasi pembelajaran tergolong baik dengan mengimplementasikan pendekatan andragogi. Dalam sistem penyelenggaraan pelatihan diawali dengan identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan, namun tidak maksimal, kemudian klasifikasi dan proses penentuan peserta pelatihan, perumuskan tujuan pelatihan, menyusun rancang bangun pelatihan, melaksanakan pelatihan dan melakukan evaluasi pelatihan. Dalam proses pembelajaran dilakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan andragogi, yang dikuatkan melalui sikap seorang fasilitator dalam memfasilitasi pembelajaran orang dewasa. Hasil pelatihan yang diperoleh terdapat peningkatan motivasi dan partisipasi pada peserta dalam mengikutii pelatihan sehingga hal ini ternyata mampu mendorong peningkatan kompetensi peserta pelatihan.
Kesimpulannya, jika implementasi pendekatan andragogi dalam pelatihan calon pelatih guru mengaji Al Qur’an didukung oleh persiapan yang matang dalam penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan penyelenggara, sarana dan prasarana, serta proses pembelajaran yang memberikan peran lebih besar kepada peserta, ternyata efektif dalam memotivasi dan mengubah sikap peserta pelatihan. Keterlibatan peserta secara aktif selama kegiatan pelatihan berlangsung, ternyata selain mampu meningkatkan motivasi peserta, juga mempercepat peningkatan kompetensi peserta pelatihan.
2. Saran :
a. Bagi Ummi Foundation (UF) Bandung, untuk menerapkan pendekatan andragogi dalam pelatihan, hendaknya jangan hanya diberlakukan pada pelatihan untuk guru mengaji saja, tetapi juga kepada semua program pelatihan yang pesertanya sudah tergolong orang dewasa. Agar implementasi pendekatan andragogi dalam pelaksanaan pelatihan dapat berdaya guna dan sesuai dengan kebutuhan sasaran dan karakteristik sasaran, sebaiknya dalam melakukan identifikasi perlu melibatkan calon peserta yang akan dilatih, sehingga dapat terdeteksi sejak dini mengenai kebutuhan yang benar-benar diharapkan oleh peserta.
b. Bagi Fasilitator UF Bandung, sebaiknya terus memperkuat kemampuan implementasi andragogi dalam pelaksanaan pelatihan yang apalagi sasaran pelatihan berkarakteristik orang dewasa.
F. Daftar Pustaka
Abdulhak, I. 1995. Metodologi Pembelajaran pada Orang Dewasa. Bandung: Cipta Intelektual.
Abdulhak, I. 1995. Startegi Membangun Motivasi dalam Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: AGTA Manunggal Utama.
Arif, Z. 1994. Andragogi. Bandung: Angkasa.
Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K. 1982. Riset Kualitatif untuk Pendidikan. Terjemahan oleh Munandir.
Dharma, A. 1998. Perencanaan Pelatihan. Pusdiklat Depdikbud Jakarta.
Donaldson, L. and Scannell W. 1993. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Panduan Bagi Pemula. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hanurani, L. 2005. Merancang bangun Pelatihan. Handout Pelatihan.
Knowles, M.. 1970. The Adult Learner. A Neglected Species, Houston, London, Paris, Tokyo, Gulf Pub.Co.
________. 1975. Self- Directed learning. Chicago: Association Press Follet Pub.Co
Karen Lawson. 2006. The Trainers Handbook 2nd Ed. Printed in the United States of America.
Lunandi, AG. 1993. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, J.L. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2006 tentang sistem pelatihan kerja nasional
Safuri. 2005. Seni dan Teknik Fasilitasi Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Y-PIN Indonesia.
Sudjana, D. 2007. Sistem dan Manajemen Pelatihan. Bandung: Falah Production.
_________. 2001. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung dan Asas. Bandung: Falah Production.
___________. 2000. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.
___________. 2000. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Falah Production.
Syarif, R. 1987. Teknik Manajemen Latihan dan Pembinaan. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Modul Diklat. 2003. Management Of Trainers. Bogor: Pusdiklat Pegawai Depdiknas.
Trisnamansyah, Sutaryat. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Handout perkuliahan, Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional