CARA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK September 2023
Cara Meningkatkan Kemampuan Menyimak – Walaupun setiap manusia normal dilengkapi dengan potensi menyimak, belum tentu setiap orang menjadi penyimak yang baik. Karena dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajaranya sebagai calon guru. Lestening may be golden yang berarti dari menyimak itu kita akan memperoleh hal-hal yang bernilai tinggi, berharga, dan berguna.
Pengalaman penulis sebagai pengampu mata kuliah Menyimak diketahui bahwa kegiatan menyimak yang terencana dalam proses pembelajaran masih jarang penulis lakukan. Kegiatan yang dialakukan adalah pembahasan materi yang berhubungan dengan Menyimak lebih dominan daripada praktiknya. Kalaupun ada praktiknya mahasiswa hanya mendengarkan tentang lagu atau dibacakan wacana, mahasiswa diminta untuk menyimak dengan saksama. Setelah dosen selesai memperdengarkan bahan simakan, mahasiswa diminta untuk mengutarakan kembali secara lisan bahan yang disimaknya. Karena alasan waktu yang terbatas, tuntutan materi Menyimak, dan media simakan baik langsung atau tidak yang kurang memadai, mahasiswa yang mendapat kesempatan mengutarakan isi simakan hanya dua atau tiga orang. Kegiatan tersebut tidak dilanjutkan dengan kegiatan lebih jauh seperti mendiskusikan materi simakan dan mengecek pemahaman mahasiswa. Dengan demikian, tidak ada proses “meyiapkan” mahasiswa dalam kegiatan pramenyimak serta tidak dilakukan kegiatan analisis dan koreksi. Itu berarti secara teoretis menyimak mahasiswa dapat diandalkan, tetapi secara praktiknya masih jauh dari harapan sebagai calon guru dalam penerapan keterampilan menyimak bagi diri dan siswa nantinya.
Dalam kegiatan sehari-hari baik di dalam kegitan pembelajaran maupun di luar, mahasiswa lebih banyak berurusan dengan kegiatan menyimak dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya terutama dalam menyimak aktif reseptif. Dapat dikatakan mulai bangun tidur sampai menjelang tidur, manusia termasuk mahasiswa itu berhubungan dengan menyimak. Segala informasi baik berupa ilmu maupun ide yang diterima mahasiswa pada umumnya melalui proses menyimak ini. Seperti yang dikatakan Wilt (dalam Tarigan, 1990:11) 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak. Dengan demikian, kemampuan menyimak seyogyanya dimiliki oleh mahasiswa Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Bengkulu.
Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50% Padahal diharapkan mahasiswa sebagai calon guru memiliki bekal dalam meyerap ilmu pengetahuan. Kemampuan menyimak pun sangat penting dimiliki dalam upaya mereka menyerap informasi. Sejalan dengan itu, KTSP menyebutkan bahwa salah satu aspek yang harus ada dalam pembelajaran baik di tingkat SMP/SMA adalah aspek menyimak/mendengarkan, selain dari berbicara, membaca, dan menulis. Keempat ini merupakan catur tunggal pada setiap pelaksanaan pembelajaran dilakukan. Hal itu akan menjadi sia-sia jika mahasiswa sebagai calon guru tidak dibekali dan mengalami bagaimana upaya meningkatkan kemampuan menyimak itu sendiri pada diri mahasiswa tersebut.
Dalam kaitan dengan kemampuan menyimak ini, Chamdiah dkk. (1987:3) menyatakan bahwa siswa harus mampu mengingat fakta-fakta sederhana, mampu menghubungkan serangkaian fakta dari pesan yang didengarnya, dan menafsirkan makna yang terkandung dalam pesan lisan yang didiengarnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1990:58) menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing) saja, tetapi memerlukan kegiatan lainnya yakni memahami (understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh si pembicara. Lebih jauh lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat yang disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak menilai gagasan baik dari segi keunggulan maupun dari segi kelemahannya. Kegiatan akhir yakni menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyembut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh sipembicara.
Pada sisi lain, kemampuan menyimak barulah dapat dikuasai setelah yang bersangkutan mengalamai latihan-latihan menyimak yang terarah, berencana, dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa tersebut ialah melalui proses pembelajaran menyimak. Akan tetapi, menurut Kencono (dikutip Chamadiah dkk. 1987:3) pembelajaran menyimak di perguruan tinggi ataupun di sekolah sering “dianaktirikan” atau sedikit sekali mendapat perhatian. Padahal, kemampuan meyimak sangat penting sebagai dasar penguasaan suatu bahasa.
Berdasarkan fakta tersebut, wajar saja bahwa kemampuan menyimak mahasiswa tahun 2006 masih kurang dengan nilai rata-rata 5,5 (Tes awal tahun 2006). Hal senada berdasarkan penelitian terhadap kemampuan menyimak mahasiswa di DKI Jakarta oleh Chamadiah dkk. (1987) juga masih kurang yaitu nilai rata-rata 5,8. Dilihat berdasarkan penelitian siswa yang pernah dilakukan tampaknya tidak terlalu jauh nilai rata-rata kemampuannya. Seperti yang dilakukan Nurhayati (2001) terhadap siswa SLTPN 1 Inderalaya dalam tes awalnya nilai rata-rata hanya 5,4. Begitu juga dengan Syafrin (1995), Milyan (1997), Hartati (1999), dan Nengsi (2001) dengan nilai rata-rata kemampuan menyimak siswa cukup.
Menyimak sebagai proses kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan memahami makna komunikasi yang disampiakan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1990:28). Berdasarkan hal tersebut, menyimak berarti adanya keterlibatan proses mental, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, pemahaman dan penafsiran, serta penyimpanan hasil pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar.
Berdasarkan hal tersebut, dalam menyimak diperlukan suatu kemampuan khusus. Kemampuan ini berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan (Poerwadarminta, 1984:628). Menyimak dapat juga diartikan sebagai memperhatikan baik-baik yang diucapkan atau dibaca orang (Pusbinbangsa, 1988:840). Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat dirumuskan kemampuan menyimak itu adalah kemampuan, kesanggupan, kecakapan, siswa menerima dan memahami apa yang diucapkan atau dibaca orang lain. Urias (1987:21) juga memperjelas bahwa kemampuan menyimak merupakan proses belajar mengajar dan pembentukan kebiasaan yang terus-menerus. Seperti yang kemukakan Bloom yang berhubungan dengan aspek kognitif di dalam menyimak dapat berupa kemampuan menyimak tingkat ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Nurgiantoro, 1995:237).
Kegitan menyimak yang baik menyangkut sikap, ingatan, persepsi, kemampuan membedakan, intelegensi, perhatian, dan motivasi yang harus dikerjakan secara integral dalam tindakan yang optimal pada saat kegiatan menyimak berlangsung baik menyimak intensif maupun ekstensif. Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol pada suatu hal tertentu baik dari program pengajaran bahasa maupun pemahaman serta pengetahuan umum secara kritis, konsentratif, kretaif, eksploratif interogatif, dan selektif, berbeda dengan menyimak ekstensif. Untuk melaksanakan dan mengoptimalkan kemampuan menyimak mahasiswa tersebut, salah satu pendekatannya adalah pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contectual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara penetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya pada kehidupan mereka sebagai calon guru. Adapun kata kunci CTL ini adalah real word learning, mengutamakan pengalaman nyata, mahasiswa aktif, kritis dan kreatif, pengetahuan berpusat pada mahasiswa, pengetahuan bermakna dalam kehidupan yang dekat dengan kehidupan yang nyata, terjadi perubahan perilaku, mahasiswa praktik bukan menghapal, learning bukan teaching dan pendidikan bukan pengajaran, pembentukan manusia, memecahkan masalah, mahasiswa acting guru mengarahkan, dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya melalui tes. Dengan cara ini kemampuan menyimak mahasiswa dapat ditingkatkan.
Ada tujuh prinsip pendekatan kontekstual, yaitu konstruktivisme (pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas), menemukan (pengalaman sendiri), bertanya (mendorong, membimbing, dan menilai dalam menggali, mengonfermasi, dan mengarahkan baik antarmahasiswa, dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen maupun mahasiswa dengan orang lain yang didatangkan dalam pembelajaran/narasumber masyarakat belajar (kerjasama), pemodelan, refleksi, (respon terhadap kejadian/aktivitas), dan penilaian yang sebenarnya (Depdiknas, 2003:11-12).
Untuk meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Bengkulu, dapat dilaksanakan pembelajaran kontekstual dengan menghendaki proses pramenyimak, rekonstruksi, analisis, dan koreksi dengan tidak mengabaikan tahapan proses menyimak yaitu tahap mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi, memahami, menilai, dan menanggapi. Kegiatan rekonstruksi dan analisis serta koreksi dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mahasiswa terlibat secara aktif dalam proses tersebut. Adapun bahan simakan yang bisa diperdengarkan yaitu bahan simakan berupa berita di radio maupun di televisi, musikalisasi puisi, puisi, lagu yang puitis, cerpen, sinopsis novel, dan percakapan serta kemampuan kebahasaan dan sastra lainnya.
Jika hal tersebut sudah dilakukan dengan baik, baik secara teoretis maupun pratiknya, mahasiswa akan dapat meningkatakan kemampuan menyimaknya dengan baik serta mengembangkan diri dalam pembelajaran di sekolah nantinya. Selain itu, mahasiswa harus mendapat bimbingan dosen dan tenaga pendidikan yang lain untuk dapat berpikir dengan cerdas, membentuk perilakunya, memilah dan memilih, serta membangun pribadinya sehingga suatu saat menjadi guru yang profesional pada bidangnya
Kemampuan menyimak (mendengarkan) dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kebiasaan secara sadar yang membedakan antara pendengar yang efektif dan yang tidak. Strategi yang dapat dilakukan setiap individu dalam meningkatkan kemampuan menyimak (mendengarkan) dapat dilakukan melalui cara-cara seperti terlihat dibawah ini,antara lain :
- Mengetahui kelebihan pembicara dalam subjek yang merupakan sesuatu yang belum pernah diketahui oleh audiens.
- Bersikap netral agar dapat mengurangi dampak emosional terdapat sesuatu yang disampaikan, dan dapat menahan sikap menolak sampai seluruh pesan di dengar.
- Mengatasi gangguan dengan menutup pintu atau jendela dan lebih mendekati pembicara
- Mendengar konsep dan pokok pikiran, serta mengetahui perbedaan antara ide, dancontoh, bukti dan argumen.
- Meninjau ulang pokok pembicaraan.
- Tetap berpikir terbuka dengan mengajukan pertanyaan yang mengklarifikasikan pemahaman.
- Tidak menyela pembicaraan.
- Memberikan umpan balik (feed back )
- Mengevaluasi dan mengkritisi isi pembicaraan, bukan pembicaranya.
- Membuat catatan tentang pokok pembicaraan.Selain yang sudah disebutkan diatas, untuk meningkatkan kemampuan menyimak (mendengarkan) secara efektif, tingkat penerimaan informasi diidentifikasikan dalam empattahapan yang dapat membantu pengukuran efektivitas menyimak