Makalah Tentang Asmaul Husna | Pembelajaran Asma’ul Husna di Madrasah Ibtidaiyah Desember 2023

Makalah Tentang Asmaul Husna 
BAB I
PENDAHULUAN
 1.1  Latar Belakang
Allah SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk kepentingan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala sesuatu yang telah di larang-Nya.

Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul Husna, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Al-aliy, Al-kabir, Al-hafiz, Al-muqit, Al-hasib, dan seterusnya. Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai bukti bahwa Allah maha besar dan maha mulia.


Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salahsatu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Asma’ul Husna, Serta menciptakan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji khususnya kepada guru dan adab islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.


1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan makalah ini, penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

  1. Apa penjelasan tentang 5 kalimat Asma’ul Husna?
  2. Apa saja tujuan mempelajari Asma’ul Husna di Madrasah Ibtidaiyah?
  3. bagaimana sikap  seorang siswa terhadap guru

1.3  Tujuan
Dengan adanya makalah ini maka kami bertujuan untuk :

  1. Supaya peserta didik  mengenal Allah melalui kalimat Asma’ul Husna (Al-aliy, Al-kabir, Al-hafiz, Al-muqit, Al- hasib )
  2. Supaya peserta didik Mengetahui makna asma’ul Husna
  3. Untuk membiasakan bersikap sopan dan santun kepada guru


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Menyebutkan 5 dari Asma’ul Husna

  • Al-aliy artinya maha tinggi serta mulia
  • Al-kabir artinya maha besar
  • Al-hafiz artinya maha memelihara
  • Al-muqit artinya maha menjaga
  •  Al-Hasib artinya maha penghitung

Lihat Juga:


2.2   Memahami Kalimat Asma’ul Husna

1.      Al-aliy
Al-Aliy artinya maha tinggi serta mulia, ini adalah ungkapan yang paling sempurna dalam menunjukkan ketinggian tingkat tanpa ujung. Tidak ada sesuatu pun kecuali dia berada dalam liputan Allah SWT. Ungkapan ini dapat pula diartikan sebagai Dzat Yang Mahatinggi dari sekutu dan lawan. Dengan kata lain, tidak ada tingkatan lain di atas tingkatan-Nya, dan semua tingkatan diliputi oleh-Nya.

Keberuntungan seorang hamba dari Al-Aliy ini mengharuskan ia membayangkan bahwa Allah mempunyai ketinggian yang mutlak. Karena, dalam kenyataan, tidaklah ia mencapai suatu derajat kecuali ada pula derajat lain yang lebih tinggi darinya, yaitu derajat para nabi dan malaikat. Jadi, tidak ada yang lebih tinggi kecuali ada pula yang lebih tinggi lagi darinya. Contohnya, ketika Nabi Musa as. Bertanya kepada Allah, “Adakah orang yang lebih alim dariku?” Maka dijawab oleh Allah: “Ada, yaitu wali kami, Khidhir.” Itulah yang disebutkan dalam kisah yang masyhur di dalam Alquran tersebut. 


Berakhlak dengan Al-Aliy ini mengharuskan kita condong kepada semua perkara yang luhur dan menjauhkan diri dari semua perkara yang rendah (buruk, hina). Dikatakan bahwa sesungguhnya Allah itu menyukai semua perkara yang luhur dan membenci semua perkara yang buruk. Dan disebutkan dari Imam Ali karramalahu wajhah: “Ketinggian kemauan itu termasuk sebagian dari iman.”


Manfaat : Barangsiapa menuliskan ism ini atas seorang anak kecil, maka Allah SWT akan menyampaikannya kepada tingkat dewasanya, jika dituliskan pada seorang bujang, maka ia akan dikumpulkan dengan keinginannya, dan kalau dituliskan pada seorang yang miskin, maka ia akan mendapatkan kekayaan berkat karunia Allah SWT.


1.      Al-Kabir

Al Kabir artinya Yang Mahabesar dalam segala sesuatu, sebab Dia Azali (kekal adanya, tanpa permulaan) dan Mahakaya secara mutlak. Atau, Dia Mahabesar dalam penglihatan indera dan pencapaian akal. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali berkata: “Al-Kabir itu ialah yang mempunyai al-kibriya‘ (keangkuhan dan kesombongan), sedangkan kibriya‘ itu merupakan ibarat (ungkapan) dari kesempurnaan Dzat. Arti kesempurnaan Dzat itu adalah kesempurnaan wujud dan kesempurnaan wujud itu kembali kepada dua perkara.

Pertama, kekekalan-Nya yang abadi, sedangkan seluruh makhluk terputus dengan sifat ketiadaan, baik yang terjadi sebelumnya maupun sesudahnya, maka ini adalah suatu sifat kekurangan. Begitu juga dikatakan kepada orang yang lanjut umurnya: Huwa kabirussinn (Ia panjang usia). Kata kabir ini dipergunakan bagi sesuatu yang tidak dapat dipakai kata ‘azhim.

Kedua, keberadaan-Nya adalah keberadaan (wujud) yang tidak berpermulaan dari sesuatu, yang menjadi sebab wujudnya segala yang ada. Jika sesuatu yang sempurna keberadaannya dalam dirinya disebut sempurna dan besar, maka keberadaan semua yang maujud yang berasal dari-Nya itu adalah lebih patut disebut sempurna dan besar.”

Kabir (besar) pada hak seorang hamba adalah orang yang sempurna yang sifat-sifat sempurnanya itu tidak hanya terbatas pada dirinya saja, melainkan. juga menjalar kepada orang lain. Tidaklah seseorang duduk-duduk bersamanya, melainkan akan memperoleh sebagian dari kesempurnaannya itu. Kesempurnaan seorang hamba adalah pada akalnya, wara‘ (memelihara diri dari perbuatan jahat)nya, dan pada ilmunya. Jadi, orang besar diantara hamba-hamba Allah ialah orang yang berilmu, bertakwa, dan menjadi mursyid (pemberi tuntunan) kepada makhluk, serta saleh, dengan menjadi suri teladan bagi orang lain, yang dapat dipetik cahaya dan ilmu darinya. Barangsiapa mengenal kebesaran dan ketinggian Tuhannya, maka ia tentu akan merendahkan dan menhinakan diri dihadapan hamba-hamba-Nya yang saleh.


Manfaatnya : Al-kabir jika di sering di baca berkhasiat untuk membuka pintu ilmu pengetaahuan dan makrifat bagi orang yang banyak berzikir dengannya. Barangsiapa mempunyai banyak utang, kemudian ia memperbanyak membaca ism ini, niscaya Allah akan melunaskan utang-utangnya itu. Dan barangsiapa diturunkan dari pangkatnya, lalu ia membaca ism ini sebanyak seribu kali selama tujuh hari, dengan berpuasa, niscaya ia akan kembali kepada pangkatnya semula.


2.      Al-hafiz

Al Hafizh ialah Dzat yang memelihara segala sesuatu dari kemusnahan dan kerusakan, dan memelihara amal perbuatan hamba-hamba-Nya sampai akhirnya diberinya ganjaran dengan karunia dan anugerah-Nya. Dalam arti lain, Al-Hafizh itu ialah Dzat yang memelihara makhluk dari semua bencana. Dikatakan pula bahwa makna Al-Hafizh ialah Yang Maha Memelihara. Ini tidak dapat dipahami kecuali dari tiga aspek:

Pertama Mengabadikan dan mengekalkan keberadaaan segala yang ada-lawannya adalah melenyapkan. Allah SWT ialah Dzat yang memelihara langit, bumi, malaikat dan makhluk-makhluk lainnya yang panjang masa hidupnya atau manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang tidak panjang masa hidupnya.


Kedua Al-Hafizh mempunyai makna memelihara yang lebih nyata. Yaitu memelihara antara dua sifat yang saling bertentangan. Sifat yang bertentangan dan bertolak be1akang itu tampak jelas, seperti panas dan dingin yang satu me1awan yang lain. Demikian juga antara sifat kering dan lembab, dan semua tubuh yang berasal dari  tanah yang terbentuk dari asal yang bertentangan ini. Sebab, hewan mesti memerlukan panas alami, yang seandainya tidak ada, tentu kehidupannya akan rusak, seperti darah dan lain-lain.


Selain itu ia juga memerlukan sifat kering yang dengannya seluruh anggota tubuhnya saling mengikat, khususnya anggota tubuh yang keras. Tubuh juga memerlukan sifat dingin supaya ia tidak terbakar, dan supaya zat-zat di dalam tubuh menjadi normal. Allah telah menghimpunkan semua unsur yang saling bertentangan ini di dalam tubuh manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan seluruh makhluk. Kalau Allah, tidak memeliharanya, tentulah semua sifat yang saling bertolak belakang itu menjadi berjauhan dan akan kacaulah campurannya.


Ketiga, mulurnya sesuatu yang bertolak belakang itu dengan apa yang mengembalikan kekuatan guna menjamin tetapnya segala yang maujud. Misalnya, sifat panas itu melenyapkan dan mengeringkan sifat lembab. Jika sifat lembab itu kalah, maka akan menjadi lemahlah tubuh dan ia lalu menuntut pelembab, seperti air atau lainnnya, guna mengembalikan keseimbangan keduanya. Demikianlah keadaan semua sifat yang bertolak belakang itu. Ini merupakan sebab-sebab yang telah disiapkan oleh Sang Pencipta guna memelihara segala bentuk kehidupan yang ada dari kebinasaan. Terkadang kebinasaan itu berasal dari sebab-sebab khusus, seperti diserang oleh binatang buas atau musuh bebuyutan.


 Allah memelihara dari hal-hal itu dengan menciptakan baginya suatu alat bela diri, seperti cakar, kekuatan, dan siasat. Kalau bukan karena itu, niscaya makhluk-makhluk itu tidak akan mampu membela dirinya sehingga akan binasa dan musnahlah ia. Pembicaraan tentang uraian pemeliharaan Allah atas langit dan bumi ini sebenarnya sangat panjang seperti halnya semua perbuatan Allah, yang dengannya dapat dipahami makna ism ini; bukan dengan mengambil dari asal bahasanya, namun dengan tadabbur (merenunggkan) dan musyahadah (menyaksikan). Keberuntungan seorang hamba dari ism ini mensyaratkan agar ia memelihara anggota tubuh dan hatinya serta memelihara agamanya dari pengaruh marah, cengkeraman syahwat, serta tipuan nafsu dan tipu daya setan.


Manfaatnya : Barangsiapa berzikir dengannya atau menuliskannya dan membawanya di tempat yang menakutkan, maka ia akan selamat, sekalipun ia tidur di tempat binatang buas.

3.      Al-Muqit
Dia adalah Pencipta makanan jasmani dan ruhani, dan Dia pulalah yang memberikan kepada semua yang maujud makanan yang mencukupi berupa makanan fisik (sesuatu yang dapat dicapai dengan indera) dan maknawi (sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan indera). Makanan hewan bersifat materi yang sesuai dengannya, dan makanan jiwa adalah ilmu pengetahuan; sedangkan makanan malaikat adalah taat.

Al Muqit artinya sama dengan Ar Razzaq, namun ia lebih khusus. Sebab, rezeki itu bisa mencakup makanan atau lainnya, sedangkan Al-Muqit itu adalah yang berrtanggung jawab atas sesuatu dengan kekuasaan dan ilmu. 

Allah SWT berfirman:
“… Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’: 85)
Yakni, Yang Mahakuasa secara mutlak. Jadi, maknanya kembali kepada kekuasaan dan ilmu. Atas dasar itulah Al-Muqit merupakan ism dari sifat yang tidak menunjukkan kekuasaan saja atau ilmu saja, tetapi ia menunjukkan terkumpulnya dua arti tersebut.

Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda tidak meminta semua keperluan Anda selain kepada Allah SWT, sebab perbendaharaan rezeki itu berada di tangan-Nya. Dalam salah satu hadis qudsi, Allah SWT berfirman yang artinya: “Wahai Musa, mintalah kepada-Ku apa saja, sekalipun hanya tali sandalmu atau garam dapurmu!”

Manfaat: Barang siapa menuliskan ism ini atau membacakannya keatas tanah, lalu tanah itu dibasahinya dan kemudian diciumnya, niscaya Allah akan menguatkannya dalam menahan lapar.

4.      Al Hasib

Al Hasib sama dengan Al-Kafiy, artinya Yang Mencukupi; berasal dari kata ahsabani atau kafani, dan hasbiyallah atau kafaini. Dia adalah Dzat yang meng-hisab makhluk di hari kiamat kelak. Imam Al-Ghazali berpendapat, bahwa Al Hasib itu berasal dari kata hasiba yang artinya “terhormat dan sempurna.” Pendapat lain mengatakan, bahwa al hasbu itu adalah al-iktifa‘, artinya bahwa Al-Hasib ialah Dzat Yang Memberikan segala kebutuhan hamba-hamba-Nya. Dan ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ism itu berasal dari kata al-ihsha’, yaitu yang meng-hisab segala amal perbuatan hamba-hamba-Nya menurut kelompoknya masing-masing. Orang-orang kafir dijadikan-Nya meng-hisab diri mereka sendiri, lalu mereka memutuskan atas diri mereka hukuman neraka, kemudian mereka pun memasukinya.

Ahli iman dan kamal (orang sempurna) di-hisab oleh para malaikat, disaksikan oleh orang banyak dengan teliti, guna menampakkan keutamaan mereka agar menjadi hujjah atas orang selain mereka. Sedangkan kebanyakan kaum mukminin yang berhak mendapat siksa, Allah meletakkan tangan-Nya atas mereka lalu mereka mengakui dosa-dosa yang telah mereka perbuat, kemudiian Allah mencerca mereka atau menyiksa mereka dan setelah itu mengampuni mereka.


Itulah hisab (perhitungan) sesuai dengan kehendak Allah SWT, sehingga dengan demikian perhitungan itu berjalan dengan cepat. Ada pendapat yang mengatakan bahwa semua makhluk itu di-hisab pada waktu yang sama; Mahasuci Allah yang memiliki kekuasaan atas hal itu. Dia berfirman: “… Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.” (QS. Al-An’am: 62) Berakhlak dengan ism ini mengharuskan agar Anda takut kepada Allah SWT, serta mengharapkan dan menggagungkan-Nya.


Manfaatnya : Barangsiapa takut dikalahkan oleh temannya, maka ia harus membaca ism ini setiap hari sebelum matahari terbit dan sesudah matahari tenggelam sebanyak 27 kali. Maka sebelum satu minggu, Allah sudah menyelamatkannya dari rasa takutnya itu.


2.3   Membiasakan Akhlak Terpuji Kepada Guru

Pengganti orang tua kita disekolah adalah bapak dan ibu guru. Bapak dan ibu guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, karena jasa – jasanya itulah mereka mendapat predikat seperti itu. Allah SWT member kepandaian kepada mereka sebagai peratara mengajarka ilmu pengetahuan disekolahnya. Siswa menerima ilmu yang diberika oleh bapak ibu guru. Akhirya Allah memberikan kepandaian. Misalnya ada seorang doctor, insnyur, polisi atau astronot. Itu semua karena jasa – jasa guru.

Oleh karena itu semua siswa herus bersikap hormat dan santun kepada guru. Selain sebagai pendidik yang menyampaikan ilmu, bapak ibu guru juga mengajarkan tentang sopan – santun atau akhlak yang mulia. Sehingga, siswa yang berhasil tentu memilki kepribadian yang senantiasa menghormati dan bersikap sontun kepada bapak/ ibu guru.


Berdasarkan hadits Nabi di atas maka amat tercela orang yang tak dapat mengharhgai gurunya. Apalagi bersikap tidak sopan dan meremehkan.Baik guru masih memberikan pelajaran atau tidak.Sebab itu terhadap bekas/mantan guru kita jangan sampai melupakan jasa-jasanya. Hal itu sering kali terjadi terutama jika bekas murid telah mencapai kedudukan atau pendidikan yang lebih tinggi dari gurunya.


  1. Mengucapkan salam atau rasa hormat terlebih dahulu kepada Guru,jika bertemu  dengan mereka.
  2. Taat dan patuh melakukan perintah Guru,asalkan tidak bertentangan dengan ajaran agama dan undang-undang.
  3. Perhatikanlah ketika Guru sedang memberikan pelajaran dan jangan terlalu  banyak bertanya jika tidak di izinkan.
  4. Tunjukanlah sikap yang merendahkan diri,selalu hormat dan sopan terhadap Guru.Baik dalam tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari.
  5. Jangan berjalan di depan Guru,kecuali jika di izinkan atau sesuai kondisi tapi usahakan di belakang guru.


Dalam kitab Suci Al Qur’an di riwayatkan ketika Nabi Musa bersama muridnya berguru kepada Khidir.Dalam kisah itu Nabi Musa alaihissalam menyatakan tunduk kepada gurunya,dan berjanji tidak melanggar perintah gurunya. Tersebut dalam firman Allah : “Lalu mereka menemukan salah seorang hamba diantara hamba-hamba Kami,yang telah kami berikan kepadanya Rahmat dari sisi Kami,dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami. Musa berkata kepada khidir :

“Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah di ajarkan kepadamu?” Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku ” Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mengetahui pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”


Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar,dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuat urusanpun” Dia berkata: “Jika kamu mengikuti,maka kamu jangan menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun,sampai aku sendiri menerangkanya kepadamu” (QS. Al-Kahfi: 65-70)


Guru adalah orang yang mengajarkan kita dengan berbagai-bagai ilmu pengetahuan dan mendidik kita menjadi orang yang berguna pada masa akan datang. Walau bagaimana tingginya pangkat atau kedudukan seseorang itu mereka adalah bekas seorang pelajar yang tetap terhutang budi kepada gurunya yang pernah mendidiknya pada masa dahulu.


Oleh karena itu Islam mengajar kita supaya menghormati guru dan memuliakannya sebagaimana kita memuliakan ibu bapak kita. Karena merekalah yang menyampaikan ilmu kepada kita untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat. dan pengganti ibu bapa kita bila di sekolah.

Sabda Rasulullah saw “barang siapa yang memuliakan orang alim (guru) sesungguhnya dia memuliakan TuhanNya”
Cara beradab menghormati guru

  • -Menurut perintah dan melaksanakan arahan mereka dan meningglkan perkara-  perkara yang melanggar disiplin sekolah
  • – Memberi tumpuan sepenuhnya bila guru mengajar.
  • – Belajar bersungguh-sungguh sehingga mencapai kejayaan cemerlang.
  • – Mengucap salam setiap kali bertemu guru
  • – Bercakap dengan penuh sopan santun dan tidak bersikap kasar dengan guru
  • – Manis muka dan ceria menerima teguran dan nasihat guru
  • – Menghargai ilmu yang diberi oleh guru
  • – Memberi pertolongan ketika mereka memerlukan
  • – Bertanya khabar apabila bertemu guru di luar kawasan sekolah.
  • – Menziarahi guru bila hari perayaan atau ketika guru sakit
  • – Ucapkan tahniah bila guru mendapat kejayaan dan ucapkan tahziah bila ditimpa  musibah


Siswa berbuat baik dan berakhlak mulia atau bertingkah laku kepada guru  dengan dasar pemikiran sebagai berikut :
a.        Memuliakan dan menghormati guru termasuk satu perintah agama
 Sabda Rosullullah SAW yang artinya :
“Muliakanlah orang yang kamu belajar darinya” (HR. Abdul Hasan Al-Mawardi), Muliakanlah guru-guru Al-Qur’an (agama) karena barangsiapa yang memuliakan mereka berarti ia memuliakan Aku (HR. Abdul Hasan Al-Mawardi).
Penyair Mesir Ahmad Syauki Bey mengatakan : “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah ia penghargaan, (karena) seorang guru itu hampir saja merupakan Tuhan”. (HR. Abdul Hasan Al-Mawardi)

b.  Guru adalah orang yang sangat mulia

Dalam sejarah nabi disebutkan, bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW keluar rumah. Tiba-tiba beliau melihat ada dua majilis yang berbeda. Majilis yang pertama adalah orang-orang yang beribadah yang sedang berdoa kepadan Allah dengan segala kecintaan kepadaNya, sedang majilis yang kedua ialah majilis pendidikan dan pengajaran yang terdiri dari guru dan sejumlah murid-muridnya. Melihat dua macam majilis yang berbeda Nabi bersabda: “Adapun mereka dari majilis ibadah mereka sedang berdoa kepada Allah. Jika Allah mau, Allah menerima doa mereka dan jika Allah mau Allah menolak doa mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam majilis pengajaran manusia. Sesungguhnya aku diutus Tuhan adalah untuk menjadi guru”. (HR. Ahmad

c. Guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam meberikan ilmu    pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan mental kepada siswa

Bekal ini jika diamalkan jauh lebih berharga dari pada harta benda. Orang yang ingin sukses di dunia dan akhirat harus dengan ilmu. Sabda Rosulullah SAW : “akhirat kedua-duanya, wajib juga mempunyai ilmu”. (HR. Ahmad) Barang siapa yang menghendaki dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat, wajib mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan

d.  Dilihat dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari pada  muridnya, sedangkan orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua.


Sabda Rosulullah SAW : “Bukan dari umatku, orang yang lebih muda yang tidak sayang kepada yang lebih muda dan tidak menghormati yang lebih tua”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).


Cara berakhlak terhadap Guru

Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak terhadap seorang guru, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Jangan berjalan dihadapannya
  2. Jangan duduk ditempat duduknya
  3. Jangan mulai berbicara kecuali setelah mendapat izin darinya
  4. Jangan membukakan rahasia guru
  5. Jangan melawan dan menipu guru
  6. Meminta maaf jika berkata keliru terhadap guru
  7. Memuliakan keluarganya
  8. Memuliakan sahabat karib guru


Tidak kalah pentingnya seorang siswa dapat berakhlakkul karimah dengan teman sebayanya (disekolah). Dalam pergaulan seorang siswa dengan teman sebayanya sangat diperlukan adanya kerjasama, saling pengertian dan saling menghargai.
Pergaulan yang dilandasi oleh saling menghargai akan menimbulkan rasa setia kawan yang akrab dan kerukunan yang mantap, serta tidak akan timbul rasa curiga mencurigai, rasa dendam, saling jelek menjelekkan, cela mencela, sehingga terhindar percekcokan dan perkelahian antar pelajar.

BAB III

PENUTUP
3.1  Kesimpulan
99 nama Allah yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap Hambanya. Karena itu, jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai pengaruh yang sangat besar, Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman Allah:

 “Hanya milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).


Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang masuk akal hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-Nya karena Allah Maha Kuasa di atas segala-galanya di jagat raya ini, begitu banyak kemurahan dan nikmat yang di berikan kepada hamba-Nya tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.


Dan kita wajib menghormati dan bersikap sopan santun kepada guru-guru kita karena tanpa seorang guru kita tidak akan menjadi orang yang sukses.


Baca Dulu :
Asmaul Husna dan Artinya

3.2   Kritik Dan Saran
 Demi kesempurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun ke arah kebaikan demi kelancaran dan kesempurnaan penulisan makalah ini.

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==