CONTOH ANALISIS WACANA YANG BAIK DAN BENAR Desember 2023
“ MENGUAK SEJARAH DARI ASTANA GEDE KAWALI ”
1. Kesalahan dalam tataran fonologi
Paragraf ke 4 kalimat ke 3
“ Keadaan lingkungan situs ini merupakan hutang lindung yang ditumbuhi dengan berbagai jenis tumbuhan”
Dikaji menurut teori
“ kesalahan yang terdapat pada kalimat tersebut terletak pada kata “hutang” yang terdiri dari fonem /h/, /u/, /t/, /a/, /n/, /g/ terdiri dari enam fonem, kesalahannya terdapat penambahan fonem, fonem yang dimaksud adalah fonem /g/ yang mengakibatkan berubahnya makna sebenarnya. Seharusnya fonem /g/ dihilangkan. Menjadi fonem /h/, /u/, /t/, /a/, /n/.
Pembenaran
Paragraf ke 4 kalimat ke 3
“Keadaan lingkungan situs ini merupakan hutan lindung yang ditumbuhi dengan berbagai jenis tumbuhan”
Paragraf ke 5 kalimat ke 2
“ Kemudian berlanjut secara berangsur-angsur ke budaya sejarah (klasik) yang ditandai dengan adanya prasasti, kemudaina berlanjut ke tradisi islam yang ditandai dengan adanya makam kuna”
Dikaji menurut teori
“ kesalahan yang terdapat pada kalimat tersebut terletak pada kata “kuna” yang terdiri dari fonem /k/, /u/, /n/, /a/ terjadinya kesalahan penembahan fonem, yang mengakibatkan makna nya tidak sempurna. Seharusnya fonem /a/ diganti dengan fonem /o/ menjadi /k/, /u/, /n/, /o/
Pembenaran
Paragraf ke 4 kalimat ke 3
“ Kemudian berlanjut secara berangsur-angsur ke budaya sejarah (klasik) yang ditandai dengan adanya prasasti, kemudaina berlanjut ke tradisi islam yang ditandai dengan adanya makam kuno”
2. Kesalahan dalam tataran sintaksis
Paragraf ke 2 kalimat ke 1
“ Pak Aleh pembaca Makam mengatakan dengan logat sundanya perihal Astana Gede. Aya kerajaan Sunda-Galuhmah kumargi henteu sapertos di Jawa ham ngawujud sapertos candi, tah upami di Galuh mah baheula penginten ku kayu. Janteun leres upami kerajaan Galuh Sunda mangrupakeun salah sahiji paninggalan sejarah. ”
Dikaji menurut teori
Secara sintaksis, frasa “pembaca Makam” dapat diartikan sebagai orang yang membaca makam. Tentu saja tidak ada orang pembaca makam, kesalahan terdapat pada kata “pembaca” seharusnya bukan kata pembaca melainkan kata “penajaga” yang artinya orang yang menjaga makam.
Pembenaran
Paragraf ke 2 kalimat ke 1
“ Pak Aleh penjaga Makam mengatakan dengan logat sundanya perihal Astana Gede. Aya kerajaan Sunda-Galuhmah kumargi henteu sapertos di Jawa ham ngawujud sapertos candi, tah upami di Galuh mah baheula penginten ku kayu. Janteun leres upami kerajaan Galuh Sunda mangrupakeun salah sahiji paninggalan sejarah. ”
3. Kesalahan dalam tataran sintaksis
Paragraf ke 4 kalimat ke 3
“ Sebelah utara, sungai cikadongdong dan sebelah barat sungai Cigarunggung. ”
Dikaji menurut teori
Kata “cikadongdong” menunjukan kata penunjuk tempat, jika kata tersebut menunjukan kata tempat maka huruf pertama harus menggunakan huruf kapital.
Pembenaran
Paragraf ke 4 kalimat ke 3
“ Sebelah utara, sungai cikadongdong dan sebelah barat sungai Cigarunggung. ”
Paragraf ke 5 kalimat ke 2
“ Kemudian berlanjut secara berangsur-angsur ke budaya sejarah (klasik) yang ditandai dengan adanya prasasti, kemudaina berlanjut ke tradisi islam yang ditandai dengan adanya makam kuna”
Dikaji menurut teori
Kata “islam” dan menunjukan kata yang berhubungan dengan agama, menurut teori bahwa kata yang menunjukan agama maka huruf pertama harus menggunakan huruf kapital. Maka kata “islam” menjadi “Islam”. Kata “makam” juga menunjukan kata tempat. Jadi huruf pertama dari kata tersebut harus huruf kapital. Menjadi “Makam”.
Pembenaran
Paragraf ke 5 kalimat ke 2
“ Kemudian berlanjut secara berangsur-angsur ke budaya sejarah (klasik) yang ditandai dengan adanya prasasti, kemudaina berlanjut ke tradisi Islam yang ditandai dengan adanya Makam kuno”