Contoh buku kumpulan puisi : Seperti pelangi ( Kumpulan Puisi ) Desember 2023
Seperti pelangi ( Kumpulan Puisi )
Pada bumi semua berpijak
Pada langit semua tercurah
Pada Laut semua bermuara
Pada Tuhan semua bermula
Bismillahirrahmanirrahim
Sebuah Bidak Catur
Hidup seperti sebuah bidak catur.
Mengkisahkan si putih dan si hitam
Keduanya sama- sama ambil peranan
Adu strategi adakan perlawanan
Sang pion berdiri di barisan terdepan
Siap melaju secara perlahan
Setiap langkah dipikirkan
Salah melangkah datangkan kematian.
Satu demi satu
Umpan dikorbankan
Sementara sang raja hanya duduk terdiam
Bersembunyi di balik benteng pertahanan
Tanpa ada rasa iba belas kasihan
Relakan rakyatnya mati dalam pertempuran
Hanya karena tahta kekuasaan.
Begitulah kehidupan dunia
Serakahnya para penguasa
Menjadikan kepedihan yang menyala
“ mengapa mereka tak bersatu saja ? ”
Satukan kekuatan, berjalan seiring seirama
Bernyanyi, menari dan teriak bersama
“ majulah bangsaku, majulah Indonesia ! “
IRONI
Kekayaan alam melimpah
Janjikan hidup penuh berkah
Namun tidak bagi negeri ini
Awan hitam menjadikannya tiada
Dihisap kaum serakah
Menjadikan kita kuli di negeri sendiri
Sampai regenerasi
Jatuh dalam penderitaan curamnya kehidupan
Bhineka Tunggal Ika
Tak lagi terpelihara
Lapuk ditelan angkuhnya peradaban
Bencana menyambut riang
Kemiskinan makin menyesakkan
“ Mengapa karunia lebih dari Tuhan
Melahirkan cacian bahkan kehancuran ? ”
“ Adakah kau pikirkan “
Harapan Tengah Malam
Derai embun malam ini
Pekat merapat kesunyian
Hati yang meradang sendu
Membeku keras bagaikan batu
Kesepian terus menggelayuti
Ditengah kelamnya malam
Tanpa bulan dan bintang
Tiada satupun yang menemani
Sendiri dengan keadaan sepi
Tanpa rasa untuk dikasih
Tanpa hati untuk dicinta
Aku rindu pada purnama malam
Bertaburkan cahaya bintang
Ingin kurengkuh kebahagiaan
Yang hilang melayang padam
Tuhan,,,
Tunjukan jalan untuk mengabdi
Pada kebahagiaan yang hakiki
Dalam ribaan kasihmu
Aku mengeluh penuh harap.
Tersiksa Di Balik Kata Kerinduan
Hening malam semakin muram
Hempas terbakar kesunyian.
Nelangsaku dalam mendetik hari
Pecahkan semua bising
Ijinkan langkah mengadu
Kesal ngiang membeku
“ Pergi “
bisik kencang sapaku
“ Pergi kesendirian “
Aku rindu perempuan itu
Dalam gemercik arus air hujan
Aku memohon
Mengapa aku tak bias memelukmu
Semua karena aku rindu perempunku.
Aku Di Langit Pagi
dilangit pagi
kugantungkan cita- cita
menembus cakrawala
merobek langit tiinggi.
di dinginnya pagi
aku berlari pergi
merajut mimpi
mencari jati diri.
dilangit pagi
awan hitam mendominasi
arus hujan mencegat ayun kaki
meraih mimpi.
sungguh- sungguh
hujan telah menghalangi langkahku
tapi aku tak peduli
: teruskan perjalanan “
menjemput masa depan.
Hari esok kan lebih baik.
Antara Tasikmalaya- Ciamis
Biarkan embun menyambut datangnya pagi
Bersama angin berhembus memeluk lembut
Cahaya mentari tlah menyapa di ufuk timur
Saatnya, mohon do’a dari mama
Berlari mengepal semangat
Menjelajah mengejar waktu
jarak tasikmalaya- ciamis kian jauh
tapi tlah ku putuskan
berjuang merengkuh harapan
sepanjang jalan tasikmalaya- ciamis
kudayung lautan mimpi
biarpun ombak berguncang- guncang
menerjang datang menghadang
demi masa depan
demi kesejahteraan
demi tuhan
aku akan terus berjuang
Untuk Sahabat
Beberapa dasawarsa kita lalui
Mengukir lembaran rajutan kisah kehidupan
Duka
Bersama kita arungi samudera
Di tengah kejaran gelombang
Badai menerjang
mengulung- gulung terus menghantam
kita tetap terus berlayar
Bahagia
Hujan datang setelah kemarau panjang
Bersama angin
Kita rayakan terbang melayang
Melintasi hamparan dunia
Meniti langit berbatas cakrawala
Hujan adalah anugerah
setelah hujan,
Semoga ada pelangi yang hendak kita lukis bersama.
JANGAN BILANG IA BERIMAN
Jangan bilang Ia beriman
Kalau Ia menutupi kebenaran
Jangan bilang Ia beriman
Kalau shalat Ia tinggalkan
Jangan bilang Ia beriman
Kalau zakatpun enggan
Jangan bilang Ia beriman
Kalau tak kenal Al-quran
Jangan bilang Ia beriman
Kalau dosa tak Ia sucikan
Jangan bilang Ia beriman
Kalau Ia masih berbuat kedzhaliman
Jangan bilang Ia beriman
Kalau keyakinan Ia jual-belikan
Ia beriman jika ada ketaqwaan
Di Kaki Puncak Merapi
( 27 0ktober 2010 )
Ratapan tangis mendengus
Seribu duka menyerbu, saat bumi ini hangus
Puncak merapi marah mendentum letus
Menyapu hutan dan kehidupan
Tanpa ada kasihan.
Anak menangis kehilangan bapak
Saudara entah ada dimana
Keluarga memeras habis air mata
Sampai tak lagi bersuara
Di kaki puncak merapi
Tangis terus berapi
Di kaki puncak merapi
Mereka berlindung diri
Pasrah pada goresan Ilahi.