MAKALAH KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA Desember 2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Adat istiadat merupakan warisan paling mahal tak ternilai harganya, namun seiring berkembangnya zaman terkadang adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang luntu tergantikan oleh adat istiadar yang baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Bahkan sering melenceng dari adat-adat ketimuran dan bahkan melenceng dari syariat-syariat islam.
Hal itu menjadi fakta yang miris dalam kehidupan dimana tidak ada lagi nilai-nilai ke tradisionalan karena terganti oleh nilai-nilai modern.
Namun seharusnya kita pahami bahwa pada hakekatnya semua yang terjadi adalah karena hasil dari proses berpikir atau pemikiran , ini artinya pemikiran kitalah yang harus diperbaiki. Karena seharusnya kita sebagai keturunan dari nenek moyang kita sendiri menjaga adar istiadat itu agar tidak hilangg dari zaman yang sekarang sudah hilang dari ke tradisionalan.
Oleh karena semua berasal dari pemikiran itu artinya pula kia harus mengaspirasi sekelompok masyarakay yang mempunyai pemikiran untuk senantiasa menjada dan membina kebudaayan/adat istiadat dari nenek moyang nya hingga saat ini, termasuk masyarakat kampung naga patut kita aspirasi karena mereka menjaga, membina serta mewariskan kebudayaan secara turun-temurun.
Masyarakat kampung naga masih sangat memegang tradisi/ adat istiadat nenek moyang mereka dengan baik, hal itu terlihat dari struktur kehidupan disana. Mulai dari bentuk rumah, bahan yang digunakan, rutinitas jehidupan sehari-hari, dll. Hal itu menjadi salah satu hal yang menarik orang luar untuk berkunjung dan mengetahui seluk beluk kampung naga secara langsung, mulai dari mengetahui aspek uparacara-upacara/ ritual-ritual serta proses pendidikan. Karena seperti yang kita ketahui pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan, pemikiran dan tingkah laku manusia berjalan seiring dengan berjalan nya pendidikan yang dia tempuh. Karena arti dari pendidikan itu sendiri merupakan perubahan tingkah laku yang dapay diamati.
Inilah yang menjadi hal menarik untuk dikupas secara lebih dalam dimana yang kita ketahui karena pendidikan dan kondisi sosial berjalan beriringan dan yang satu memberikan dampak terhadap yang satunya, sedangkan di kampung naga kedua aspek itu berjalan sendiri-sendiri dalam artian tetap berhubungan tetapi pendidikan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi sosisal, karena buktinya masyarakat kampung naga masih memegang erat tradisi/adat istiadat yang syarat denagn nilai-nilai tradisional jadi pendidikan tidak memberikan banyak perubahan terhadap hal itu. Itulah yang unik dan itulah hal yang menarik untuk dibahas.
1.2 Perumusan Masalah
Apa yang menjadi dasar pendidikan yang bersifat dinamis bisa berjalan dengan kondisi sosial yang ebrsipat statis, padahal secara teori kondisi sosial selau berubah karena adanya pendidikan, bagaimana hal itu bisa terjasdi pada masyarakat kampung naga
Bagaimana Bentuk pendidikan di kampung naga?
Bagaimana proses pendidikan berlangsung dan apa yang menyebabkan proses pendidikan tidak mengubah tingkah laku mereka padahal proses pendidikan tetap berlangsung?
Bagaimana dengan kedudukan wanita dalam persfektif masyarakat kampung naga, karena di masyarakat luar sudah trend yang namanya kesetaraan gender, bagaimana tanggapan mereka mengenai hal ini?
Mengapa mereka mampu mempertahankan kondisi sosial itu, apa yang mereka inginkan dan apa keuntungan bagi mereka, padahal dengan melihat perkembangan teknologi dan zaman sekarang ini telah hilang dengan nilai-nilai tradisional dan luntur dari syarat-syarat nilai ke tradisonalan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian, sebagai berikut :
- Agar bertambah keilmuan dan pengetauan kami mengenai hakekat di balik kondisi sosial yang statis dan kondisi pendidikan yang dinamis serta
- Agar bertambah keilmuan dan pengetahuan kami mengenai bentuk-bentuk-bentuk pendidikan yang ada di masyarakat kampung naga
- Agar bertambah keilmuan dan pengetahuan kami mengenai proses pendidikan itu sendiri berlangsung sehingga bisa dijadikan pembanding anatar pendidikan di kampung naga dengan pendidikan diluar kampung naga.
- Agar bertambah keilmuan dan pengetauan kami mengenai pendangan mereka mengenai kesetaraan gender
- Agar kami bisa mengambil intisari yang baik yang terdapay dalam masyarakat kampung naga, dan sedikitnya bisa juga diaplikasikan dalam kehiduapn di luar kampung naga
Manfaat Penelitian, sebagai berikut :
- Secara teoritis tentu membuat keilmuan dan pengetahuan, wawasan serta sudut pandang kami terhadap suatu hal menjadi luas.
- Secara praktis, membuat kami mempunyai insight (pengertian yang mendalam) tentang hakekat pemikiran kampung naga karena dengan pemahaman secara praktek langsung observasi terhadap objek penelitian akan lebih bermakna dan lebih banyak wawasan yang di dapat dari pada pemahaman secara teoritis saja.
1.4 Sasaran
Objek penelitian kami terfokus pada aspek pendidikan di masyarakat kampung naga, semua hal yang behubungan dengan pendidikan, mulai dari subjek pendidikan, objek pendidikan, serta segala aspek yang bersangkutan dengan pendidikan.
1.5 Metode yang digunakan
penelaahan yang kami lakukan adalah dengan survei langsung pada tempat penelitian yaitu kampung naga. Untuk mendapatkan materi atau fakta-fakta maka kami menganalisis gejala-gejala yang terjadi disana denagn bertanya (wawancara) denagn pemangku adat serta masyarakatnya untuk mendapatkan keterangan secara faktual.
Teknik pengumpulan data yang kami lakukan adalah dengan kajian pustaka yaitu mencari sumber lain seperti internet, kemudian metode observasi yaitu menganalisis dilapangan secara langsung, wawancara denagn pemangku adat dan masyarakat penduduk sekitar, serta untuk menyusun laporan penelitian ini menggunakan metode diskusi kelompok terfokus.
BAB 2
GAMBARAN UMUM / PROFIL MASYARAKAT
KAMPUNG NAGA
Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda. Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat.
2.1 Sejarah Kampung Naga
Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat yang masih lestari. Masyarakatnya masih memegang adat tradisi nenek moyang mereka. Mereka menolak intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian kampung tersebut. Namun, asal mula kampung ini sendiri tidak memiliki titik terang. Tak ada kejelasan sejarah, kapan dan siapa pendiri serta apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan budaya yang masih kuat ini. Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah kampungnya dengan istilah “Pareum Obor”. Pareum jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, yaitu mati, gelap. Dan obor itu sendiri berarti penerangan, cahaya, lampu. Jika diterjemahkan secara singkat yaitu, Matinya penerangan. Hal ini berkaitan dengan sejarah kampung naga itu sendiri. Mereka tidak mengetahui asal usul kampungnya. Masyarakat kampung naga menceritakan bahwa hal ini disebabkan oleh terbakarnya arsip/ sejarah mereka pada saat pembakaran kampung naga oleh Organisasi DI/TII Kartosoewiryo. Pada saat itu, DI/TII menginginkan terciptanya negara Islam di Indonesia. Kampung Naga yang saat itu lebih mendukung Soekarno dan kurang simpatik dengan niat Organisasi tersebut. Oleh karena itu, DI/TII yang tidak mendapatkan simpati warga Kampung Naga membumihanguskan perkampungan tersebut pada tahun 1956.
Adapun beberapa versi sejarah yang diceritakan oleh beberapa sumber diantaranya, pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga. Namun masyarakat kampung Naga sendiri tidak meyakini kebenaran versi sejarah tersebut, sebab karena adanya “pareumeun obor” tadi.
2.2 Lokasi dan topografi Kampung Naga
Kampung ini secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Ci Wulan (Kali Wulan) yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari kota Garut jaraknya 26 kilometer. Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah di tembok (Sunda : sengked) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai kedalam Kampung Naga.
Menurut data dari Desa Neglasari, bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa perbukitan dengan produktivitas tanah bisa dikatakan subur. Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas satu hektar setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali
BAB 3
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Objek kajian yang kami teliti adalah mengenai pendidikan dalam persfektif filsapat masyarakat kampung naga, oleh karen itu ada berbagai teori-teori yang relevan dengan fokus kajian yang kami teliti mulai dari pengertian pendidikan, kemudian pengertian perfektif, pengertian filsapat, serta pengertian masyarakat. Teori-teori itu di harapkan dapat menjadi bahan awal untuk memahami pembahasan kami di bab selanjutnya. Karen pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, oleh karen itu lebih baik untuk memahami bagaimana pendidikan dalam persfektif masyarakat kampung naga sebenarnya alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu teori-teori yang bersangkutan. Selain itu sebelum kita mengetahui makna isi kita harus terlebih dahulu mengetahui makna nama
Objek kajian yang akan pertama dibahas adalah mengenai pengertian pendidikan. persepsi yang memaknai kata pendidikan makna ,diantaranya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mewariskan kebudayaan, mengemban satu kewajiban yang luas dan menentukan prestasi suatu bangsa, bahkan tingkat sosio-budaya mereka sehingga pendidikan bukanlah usaha dan aktivitas spekulatif semata-mata, pendidikan harus secara fundamental didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah yang menjamin pencapaian tujuan, yakni meningkatkan perkembangan sosio-budaya bahkan artabat bangsa, kewibawaan dan kejayaan negara. Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis bertujuan. Tujuan proses perkmebangan itu secara ilmiah ialah kedewasaan, kematangan. Latar belakang diadakannya pendidikan adalah karena manusia meyakini bahwa pendidikan itu mungkin dan mampu mewujudkan potensi manusia sebagai aktualitas, jadi disini arti
pendidikan adalah pelaksanaan ide-ide filsapat dan pada hakekatnya filsapat dan pendidikan adalah tak terpisahkan.
Dimana arti filsapat itu sendiri adalah berpikir secara logis, radikal (mendalam), spekulatif ( berbagai sudut pandang ) dan universal (menyeluruh). Jadi bila pendidikan itu adalah pelaksanaan ide-ide filsapat itu artinya pendidikan adalah pelaksanaan dari hasil pemikiran manusia yang logis, mendalam, menyeluruh sserta dari berbagai sudut pandang.
Filsapat adalah ide-ide idealisme dan pendidikan merupakan usaha merealisasi ide-ide itu menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan kepribadian. Hal seperti ini sesuai pula dengan pikiran yang tersimpul menurut barauner dan burns, bahwa : education and philosophy are inseparable because the end of education is the of philosphy- wisdom; and the means of philosphy is the means of education inquiry, which alone can lead to wisdom.“pendidikan dan filsapat tak terpisahkan sebab tujuan pendidikan adalah juga tujuan filsapat-kebijaksanaan dan jalan yang ditempuh filsapat adalah juga jalan yang di lalui pendidikan bertantya dan menyelidiki yang dapat membimbing ke arah kebijaksanaan.”Pendidikan tentu harus dibahas secara filosopis, karena pikiran filosofis ialah pikiran murni yang berusaha mengerti segala sesuatu secara hakiki, ingin mengerti sedalam-dalamnya untuk menemukan kebenaran. Namun terlepas membahas kaitan antara pendidikan dan filsapat, setelah kita mengetahui bahwa hakekat semuanya bersumber dari pemikiran atau hasil pemikiran, itu artinya ada subjek ayng melakukan proses berpikir, subjek yang melakukan pemikiran itua adalah manusia, itu artinya pendidikan dan filsapat itu ciptaan manusia, namun tidak cukup hanya satu manusia saja yang berpikir untuk menghasilakn kesimpulan yang faktual dan validitas nya teruji. Ini artinya ada sekelompok orang yang sama-sama berpikir mengenai objek yang sama. Artinya ada masyarakat disitu. Sebelum masyarakat lebih jauh, disini akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari masyarakat.
Masyarakat (community society) dapat diartikan sebagai suatu kehidupan bersama di suatu wilayah dan waktu tertentu dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk oleh antar hubungan dan antaraksi warga masyarakat itu dengan akam sekitar.Ogburn & nimkoff dalam bukunya sosiologi menulis “ a community is a group or a collection of groups that inhabits a locality “. “ suatu masyarakat ialah suatu kelompok atau sekumpulan kelompok-kelompok yang mendiami suatu daerah”.Prof. Robert w richey dalam bukunya “planning for teaching an introduction to education, mengatakn bahwa masyarakat adalah : the tern community refers to a group of people living together in aregion where common ways of thinking and acting makew the inhabitants some what aware of them selves as a group. “istilah masyarakat dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama di suatu wilayah dengan tatacara berpikir dan bertindak yang (relatif) sama yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu kesatuan (kelompok).
Perspektif (kognitif), sudut pandang manusia dalam memilih opini, kepercayaan, dan lain-lain. Jadi objek kajian yang berjudul pendidikan dalam perspektif filsafat masyarakat kampung naga, maksudnya adalah menelaah hakekat pemikiran atau sudut pandang sekelompok orang yang menempati daerah tertentu disini khusunya masyarakat kampung naga sehingga mereka mampu mempertahankan warisan leluhurnya dengan baik tanpa terkikis oleh zaman.
BAB 4
PELAKSANAAN DAN HASIL
4.1 Struktur organisasi masyarakat kampung naga
Bagian-bagaian dalam struktur oganisasi itu mempunyai tugas tersendiri
- LEMBAGA PEMERINTAHAN
- KEPALA DUSUN DAN RW/RT : Bertugas menyampaikan informasi yang berasal dari pemerintah kepada masyarakat. Pemilihan dilakukan secara demokrasi 6 tahun sekali.
- LEMBAGA ADAT
- Kuncen : bertugas untuk memimpn ziarah ke makam
- Lebe : bertugas untuk mengurus ketika ada yang meninggal, memberikan ceramah keagamaan.
- Punduh : bertugas selaku meres gawe dalam bahasa sunda yang maksudnya adalah menayomi warga.
Karena lembaga pemerintahan yang ada di masyarakat kampung naga terbagi menjadi dua, hal itu berdampak pad sudut pandang mengenai pendidikan itu sendiri
4.2 Ontologi pendidikan dalam perspektif filsafat masyarakat kampung naga
Pendidikan dikampung naga sebenarnya terbagi menjadi dua persepsi, pendidika dalam versi yang pertama adalah pendidikan Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangakn dalam versi yang kedua adalah Pendidikan sebagai usaha membina dan mewariskan kebudayaan, mengemban satu kewajiban yang luas dan menentukan prestasi suatu bangsa, bahkan tingkat sosio-budaya mereka sehingga pendidikan bukanlah usaha dan aktivitas spekulatif semata-mata,
Kedua duanya terjadi pada masyarakat kampung naga, jadi pendidikan yang bersipat intelektual dan formal berjalan juga pendidikan pewarisan budaya juga berjalan. Hal ini yang menyebabkan bentuk pendidikan di kampung naga itu sendiri. Jadi bentuk pendidikan dikampung naga itu terbagi menjadi dua yaitu pendidikan formal yang mengikuti aturan pemerintah yaitu bersekolah. Dan yang menjadi khas adalah pendidikan pewarisan budaya dari leluhur secara turun-temurun. Yang paling menarik untuk di bahas adalah pendidikan sebagai pewarisan budaya karena ini lah yang menjadi pembeda antara masyarakat kampung naga dengan masyarakat lainnya. Karena pendidikan yang dimaksud adalah kepada pendidikan moral jadi hakekatnya dalam perspektif masyarakat yang merupakan pendidikan itu adalah sesuatu yang terajdi di balik sesuatu yang dapat dilihat secara fisik. Itu lah hakekat nya. Karena pewarisan budaya itu berarti pewarisan pola pikir/pemikiran/hasil bepikir itu artinya hakekatnya adalah ikirannya itu sendiri sementara pikiran itu tidak dapat terlihat yang dapat terlihat adalah ketika pemikiran itu di aplikasikan dlam perbuatan. Jadi sangat tapat dikatakan bila hakekat pendidiakan dalam perspektif filsafat masyarakat kampung naga adalah hasil berpikir/pemikiran. Karena pemikiran yang kuat ituah mereka mampu mempertahankan kondisi sosial yang diwariskan oleh leluhurya terjaga sampai sekarang. Inilah yang menarik bila karena pemikiran mereka bisa melakukan hal itu. Timbul pertanyaan selanjutnya bagaimana pola pikir mereka, nah untuk menjawab pertanyaan itu, pemikiran mereka tidak asal-asal an, justru emreka mempunyai filsafat yan kuat. Seperti yang telah dikatakan oleh bapa punduh kampung naga, dia mengatakan bahwa masyarakat kampung naga memiliki filsafat yang biasa disebut disana dengan falsafah yaitu :
- Saur elingkeun zaman kaulaan salaras jeung agama, pamarentah, undang-undang jeung norma-norma.
- Serta dalam pendidikan agama mereka mempunyi falsafah khusus yaitu nginduk kana pajamanan ngiring kana kurikulum.
Itu lah falsafah mereka. Maksudnya dari falsafah itu adalah ketika kita bertutur kata kita harus bertutur kata yang baik, ketika mengahadapi zaman yang terus berkembang ikuti perubahan itu, namun yang perlu penting sekali untuk diingat ketika kita mengikuti perubahan zaman pilihlah perubahan yang sesuai dengan syariat-syariat agama islam, sesuai dengan pemerintahan, dengan undang-undang dan selaras dengan norma-norma yang berlaku.sungguh sabuah ungkapan yang syarat dengan makna yang mengandung makna yang sangat dalam untuk diteliti.
Falsafah itulah yang membuat mereka mampu menyandingkan pendidikan intelektual tatap berjalan secara dinamis sesuai dengan pemerintah dan perkembangan zaman, namun tetap sesuai dengan syariat-syariat islam. Itulah juga mungkin salah satu bukti bahwa kebenaran yang hakiki hanyalah berakar dari allah SWT. Itulah pendidikan dalam persfektis masyarakat kampung naga dengan falsaha yang banyak mengandung sejuta makna untuk mengahadapi pengaruh zaman. Karena memang pengaruh zaman sekarang ini banyak yang menyimpang dari syariat-syariat islam.
Jadi dalam perspektif masyarakat kampung naga adalah ketika seseorang keturunan mereka/ anggota mereka membina warisan kebudayaan kemudian menjaga dan terus menerus di turun temurunkan itu artinya mereka sedang melakukan pendidikan.sedangkan pendidikan dalam arti umum yaitu bersekolah tetap berjalan karena berlangsung diluar di daerah kampung naga yaitu di sekolah-sekolah dasar hal itu dikarenakan tidak ada sarana formal spertilembaga pendidikan khusus dan juga karena kampung naga teramsuk bagian wilayah indonesis jadi mereka mengikuti pendidikan yang di selenggarakan oleh pemerintah indonesia. Begitupun dengan kedudukan wanita dalam peerspektif filsafa masyarakat kampung naga, bahwa ada perbedaan apapun diantara wanita dn pria untuk mencapai ilmu. Mereka mengatakan justru siapaun harus/wajib menuntut ilmu seperti dalam pepatah carilah ilmu walau sampai ke negeri cina. Karenaislam itu sendiri menganjurkan umatnya untuk selalu menuntut ilmu. Intinya mereka menyetujui kesetaran gender, namun mungkin keteraan gender itu adalah bahasa modern.
4.3 Epistemologi pendidikan dalam perspektif filsafat masyarakat kampung naga
Karena pendidikan dalam perspektif masyarakat kampung naga terbagi menjadi dua sudut pandang, maka cara mendapatkan pendidikan itu pun terbagi menjadi dua . untuk pendidikan dalam arti pendidikan bersekolah, cara untuk menempuh pendidikan ini sama denagn di cara mendapatkan pendidikan di wilayah lainnya . misalnya untuk mengikuti jenjang sekolah dasar.
- Orang tua datang ke sekolah dan mendaftarkan anak nya untuk bersekolah di sekolah tersebut
- Kemudian memenuhi persyaratan yang diajukan oleh sekoalh seperti persyaratan akte kelahiran, fotocopy KTP orang tua dan lain-lain
- Begitupun dengan jenjang lainnya sepertu jenjan SMP, SMA bahkan perguruan tinggi prosedur acar memdapatkan pendidikan nya sma mengiktui prosedural yang telah ditentukan oleh lemabaga pendidikan sarana dan prasarana nya pun dilakuakn di sekolah tempat khusu untuk belajar dengan lembaag pendidikan yang formal.
Karena masyarakat kampung naga kehidupannya sederhana ini yang menyebabkan banyak dari mereka hanya bersekolah hingga tingkat sekolah dasar.
Tetapi untuk pendidikan dengan sudut pandang yang kedua yaitu pendidikan dalm arti pewarisan kebudayaan , cara mendapatkan hal itu tentu tidak mudah karena memang tidak setiap orang bisa. Tentu yang diwarisi kebudayaan/ adat istiadat kampung naga hanya orang penduduk alsi kampung naga saja . karena masyarakat kampung naga tidak menerima warga luar untuk hidup di daerah mereka, mungkin karena daerah yang terbatas, sehingga ketika seseorang ingin dikatakan sedang menempuh pendidikan dikampung naga tidak bisa . mereka hanya di sebut dengan peneliti bukan masyarakat asli penduduk kampung naga. Di lihat dari struktur kampung naga saja sudah dapat dipastikan bahwa yang mampu mendapatkan pendidikan beruaa pewarisan kebudayaan hanya orang yang mempunyai garis keturunan tidak bisa sembarang orang. Lebih tepatnya mungkin bila dalam suatu pemerontahan, pemerintahan yang berjalan dikampung naga adalah sistem kerajaan dimana yang menjadi pemimpin adalah dari gologan keluarga yang secara langsung memiliki ikatan darah.
4.3 Aksiologi pendidikan dalam persfektif filsafat masyarakat kampung naga
Intinya karena pendidikan yang dilaksanakan dikampung naga adalah syarat dengan nilai-niali budaya leluhur atau pewarisan kebudayaan, dan karena kebudayaan itu adalah hasil cipta manusia / hasil berpikir manusia artinya manfaat dari membina kebudayaan itu adalah agar kehidupan tidak menyimpang dari hakikat kehidupannya yang sebenarnya, karena hakekat kehidupan mereka bukan rutinitas yang dapat dilihat gejalanya, tetapi hakekatnya itu adalah akhlak yaitu menyesuaikan pola pikir agar dalam pelaksanaannya nya perilaku tersebut menjadi baik. Jadi akhlak lah yang menjadi hakekatnya. Ini artinya yang dibina sebanarnya disini adalah akhlak, karena akhlak adalah perilaku, perilaku adalah pelaksanaan dari hasil berpikir. Ini artinya mereka juga mempunyai pemikiran yang kuat dalam arti disini adalah filsafat agar aklhak itu tatap terjaga,dan mereka mendapat manfaat dari menjaga aklahk yang baik itu. Maka inilah penuturan bapa punduh kampung naga yang mengatakan bahwa falsafah agama sareung darigama nyaeta :
1. Panyaur gancang temoan
2. Parentah gancang lakonan
3. Pamundut gancang eusian
Itulah filsapat yang mereka untuk menjawab pertanyaanh mengapa adat istiadaat leluhurnya tetap dipeerthanakan dan menfaat dari mempertahankan hal itu adlah untuk tetap berada di jalan ALLAH SWT dan syariat islam. Agar juga tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan patuh pada ajaran agama sareng darigama, karean menurut mereka bila ingin selamat dunia khirat maka aplikasikan lah 3 falsafah itu dalam kehidupan. Pa punduh juga menambahkan bahwa walaupun demikian mereka tetap mengakui perkembangan zaman dan mengikuti perkembangan zaman itu namun memilih perkembangan yangs esuai ajaran allah swt. Dan syariat-syariat islam agar selamat dunia dan akhirat, itulah yang mereka inginkan sebenarnya kebahagaiaan hidup yang hakiki yaitu kebahagiaan hidup di akhirat.
BAB 5
SIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Ada dua sudut pandang tentang pendidikan dalam perspektif masyarakat kampung naga, yaitu sudut pandang yang pertama mengatakan bahwa pendidikan itu adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sedangkan dalam sudut pandang yang kedua adalah Pendidikan sebagai usaha membina dan mewariskan kebudayaan, mengemban satu kewajiban yang luas dan menentukan prestasi suatu bangsa, bahkan tingkat sosio-budaya mereka sehingga pendidikan bukanlah usaha dan aktivitas spekulatif semata.
Contoh pendidikan dlam sudut pandang yang pertama adalah dengan jenajang pendidikan mulai dari sekolah dasar (SD), SMP/MTS, SMA/MA/SMK, hingga perguruan tinggi pendidikan ini dilaksanakan diluar kampung naga, yaitu di daerah biasa seperti di wilayah lainnya ketika akan menempuh jenjang pendidikan. Sedangkan untu pendidikan dalam sudut pandang yang kedua yaitu pewarisan kebudayaan, dimana kebudayaan adalah hasil cipat mnusia/ hasil pemikiran manusia itu artinya bahwa pendidikan itu adalah pewarisan pola pikir/ pikiran yang sama yang berasal dri leluhurnya yang di turunkan secara turun temurun kepada garis keturunannya. Ini artinya ada pemikiran/ hasil berikir yang sama yang selalu diturunkan atau bisa disebut ada filsafat yang diturunkan secara turun temurun, maka inilah jawaban pa punduh kampung naga menjawab pertanyaan itu sebagai berikut
Falsafah kampung naga
- Saur elingkeun zaman kaulaan salaras jeung agama, pamarentah, undang-undang jeung norma-norma
- Falsafah agama sareung darigama
1. Panyaur gancang temoan
2. Parentah gancang lakonan
3. Pamundut gancang eusian
Untuk pendidikan agama falsafahnya Nginduk kana pajamanan ngiring kana kurikulum
Jadi segala tingkah laku dalam kajiannya ini khusunya pendidikan berawal dari pemikiran-pemikiran manusia iru sendiri dimana yang dijunjung adalah perintah allah SWT. Ajaran islam. Ketika terjadi perubahan zaman maka hadapi perubahan itu, ikuti perubahan itu tetapi tidak semua perubahan bisa di ikuti hanya perubahan yang melenceng dari printah Allah SWT. Dan ajaan agama islam lah yang patut untuk di turuti. Ketika berprilaku dalam kehidupan pun yang menjadi hakekatnya adalah pemikiran, dimana pemikiran menimnulkan perilaku / akhlah, yang di jungjung tinggi adalah suri tauladan sesuai dengan falsafah agama sareng darigama.
Kedudukan wanita dengan laki-laki sama dalam kewajiban menuntut ilmu, jadi wanita bebas pergi kemanapaun untuk mencari ilmu, begitu tutur kata jawaban pa punduh, pemangku adat serta masyarakat ketika berwawancara, namun memang pada kenyataannya tetap wanita disana tidak banyak yang berpendidikan secara intelektual mengikuti pendidikan formal, namun walaupun demikian karena yang diutamakan adalah akhlak wanita masyarakat kampung naga mempunyai aklahka yang baik dan menjadi seorang ibu yang hebat, karena yang terbaik adalah akhlah (sesuatu dibalik yang nampak) terlihat drai kesederhanaan hidup yang amat sederhana bertolak belakang dengan akhlak yang ada dibalik jasmani nya.
Pendidikan terhadap wanita baisanya diadakan pengajian mingguan yang dilaksanakan di luar kampung naga yaitu desa neglasari, dan pengajian bulanan yang diadakan di bale kampung. Serta untuk pendidikan agama bagi anak-anak diadakan pengajian setiap malam pukul 19.00.
5.2 Saran
Dengan telah berhasil di susunya laporan observasi dengan objek kajian pendidikan dalam perspektif filsafat masyarakat kampung naga, diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca, masyarakat pada umumnya dan khsusunya bagi kami mahasiswa/mahasiswi untuk menambah keilmuan dan pengetahuan serta insight (pengertian yang mendalam). Karena dengan mengetahui pendidikan yang berjalan dikampung naga sedikitnya kita mampu meniru dan megaplikasikannya agar tidak terlalu mudah terpengaruh da mengikuti perkembangan zaman sehingga menyebabkan kita sendiri lupa terhadap hakekat dari ajaran islam.