RESUME BUKU KEWIRAUSAHAAN ( BOOK REPORT ) Desember 2023
Identitas buku :
Judul buku : Kewirausahaan
No. ISBN : 9789797565695
Penulis : Sonny Sumarsono
Penerbit : Graha Ilmu
Jumlah Halaman : 218
Jenis Cover : Soft Cover
Kategori :Kewirausahaan
Text Bahasa :Indonesia
BAB I
SEJARAH DAN PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
1.1 Sejarah Kewirausahaan
Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode:
1. Periode awal
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh Marcopolo. Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan modal tersebut untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh sebesar 25%.
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar. Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan sumber daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang arsitektural.
3. Abad 17.
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.
4. Abad 18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu.
5. Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai personal.
6. Abad 10
Pada abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.
1.2 Pengertian kewirausahaan
wirausahawan yakni :
1.3 Jiwa dan Sikap Kewirausahaan
1.4 Tuntutan Peran dan Persyaratan Wirausaha.
1.5 Proses Kewirausahaan
1.6 Fungsi dan Peran Usaha
1.7 Ide dan Peluang Kewirausahaan
1.8 Kemampuan, dan Kemauan Wirausaha
1.9 Modal Kewirausahaan
1.10 Cara Merintis Bisnis/Usaha Baru
b. Being between things
Seseorang terjun dalam dunia wirausaha diawali dengan adanya kebutuhankebutuhan, ini mendorong kegiatan-kegiatan tertentu, yang ditujukan pada pencapaian tujuan. Dari kacaata teori need dan motivasi tingkah laku, seperti menemukan kesempatan berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan usahanya merupakan goal directed behavior. Sedangkan goal tujuannya adalah mempertahankan dan memperbaiki kelangsungan hidu wirausaha.
Menurut Eels (1984) dam Mas’oed (1994), dibandingkan dengan tenaga lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar untuk berhasil menjadi seorang wirausaha karena memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang lebih luas. Seorang sarjana juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk menyelesaikan masalah, sehingga pegnetahuan manajemen dan keteknikan yang memadai mutalk diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yang lengkap.
Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil memiliki tiga ciri, yaitu:
Kewirausahaan itu ialah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk berkreasi, mengembangkan dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Suatu masyarakat yang didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu merespon perubahan kebutuhan dan realitas. Jiwa kewirausahaan ini ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk mengambil inisiatif dan bersifat kreatif serta inovatif dalam mengelola orang dan sumber daya agar tercapai hasil yang memuaskan. Wirausahawan merupakan agen dari perubahan sosial, politik dan ekonomi.
Melalui pengertian tersebut, terdapat empat hal yang dimiliki oleh seorang
1. Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga audiens yang akan menggunakan hasil kreasi tersebut.
2. Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan timbul dalam kewirausahaan.
3. Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko social.
4. Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya.
Ciri-ciri orang yang memiliki jiwa, sikap, dan prilaku kewirausahaan yaitu:
- Penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disipin, bertanggung jawab;
- Memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif;
- Memiliki motif berprestasi, indikatornya adalah orientasi pada hasil dan wawasan ke depan;
- Memiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam tindakan.
- Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.
Apabila karakter wirausaha telah dimiliki, maka juga diperlukan kondisi tertentu, tekanan dan tuntutan peran kewirausahaan. Persyaratan peran ini memiliki implikasi penting untuk seseorang untuk dapat sesuai dengan tugas kewirausahaan, dan sukses atau gagalnya suatu usaha. Meskipun wirausahawan yang sukses dapat berbagi tugas dengan orang sukses dari berbagai profesi, kecenderungan dan toleransi atas kombinasi dari persyaratan yang unik dalam peran kewirausahaan merupakan faktor utama sukses. Berbagai persyaratan peran tersebut adalah :
1. Akomodasi bagi usaha. Wirausahawan hidup dibawah tekanan yang besar dan konstan agar dapat survival, bertahan hidup, selalu tumbuh dan dapat menghadapi pesaing. Perusahaan yang berpotensi tinggi menuntut prioritas waktu wirausahawan yang tinggi, emosi, dan loyalitas.
2. Keterlibatan Total dan Komitmen. Memulai dan membangun suatu usaha yang berpotensi tinggi memerlukan keterlibatan penuh dan komitmen untuk mencapainya. Peranan manajerial dalam usaha dapat didelegasikan, sedangkan peran wirausahawan tidak dapat. Komitmen diperlukan dalam kewirausaan yaitu diukur dari kesediaannya untuk mendanai usaha tabungan sendiri, sebagian dari penghasilan, mengadaikan rumah, dan bersedia menanggung resiko.
3. Kreativitas dan Inovasi. Peran wirausaha merupakan peran utama dalam inovasi dan kreativitas. Pola karir wirausahawan mengikuti lintasan yang memberikan peluang untuk kreatif inovasi. Karir wirausahawan bertumpu pada kreativitas dan inovasi, karir manajer bertumpu pada kompetensi dan efesiensi, sedangkan profesor menyukai otonomi-mempunyai kontrol dan kebebasan sebagai himpunan karir.
4. Pengetahuan mengenai usaha yang dirintis. Wirausahawan harus memiliki bekal yang memadai dalam memulai usaha. Secara umum latar belakang pendidikan bukan persyaratan utama, kecuali pada usaha ilmu dan teknologi canggih.
5. Membina orang dan tim. Wirausahawan memilki kapasitas untuk memikat, memotivasi, dan membangun tim wirausaha yang tangguh. Wirausahawan yang enggan bermitra tidak akan tumbuh menjadi besar.
6. Nilai ekonomis usaha. Wirausahawan harus memahami nilai ekonomis dari usahanya, seperti saham, laba, peningkatan modal, dan pertumbuhan usaha.
7. Etika usaha. Wirausahawan yang berorientasi jangka panjang perlu memiliki etika usaha.
8. Integritas dan Keandaian. Penyandang dana menuntut adanya keterusterangan dan keterbukaan wirausahawan mengenai riwayat usaha atau kegagalan-kegagalan yang pernah terjadi. Reputasi untuk dapat diandalkan, dipercaya merupakan keharusan. Sebagai implikasi adalah sebagai berikut :
a. Jika anda masih muda, bangunlah reputasi dengan baik,
b. Jika anda lebih tua dan memiliki reputasi, yang anda perlukan adalah ketulusan di mata investor,
c. Jika anda lebih tua lagi dan melakukan beberapa kesalahan yang mungkin dapat mengganggu reputasi anda, diskusikan secara terbuka dan tunjukkan hal-hal yang dipelajari dari kesalahan yang terjadi.
Proses ini diawali dengan suatu aksioma yaitu adanya tantangan. Dari tantangan timbul gagasa, kemauan, dan dorongan untuk berinisiatif yang tidak lain adalah berfikir kreatif dan bertindak inovatif, sehingga tantangan awal tadi teratasi dan terpecahkan. Semua tantangan memiliki resiko yaitu kemungkinan berhasil atau tidak berhasil.
Dua pendekatan mengenai hal ini yaitu pendekatan secara mikro dan secara makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner). Sebagai penemu wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Sebagai perencana, wirausaha berperan merancang tindakan dan usaha baru. Secara makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Ide dapat menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-terusan melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati peluang, menganalisis proses secara mendalam dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi.
Ada beberapa pengetahuan yang harus dimiliki oleh wirausaha yaitu:
a. Pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada.
b. Pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.
c. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.
Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki oleh wirausaha diantaranya:
a. Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan mempertimbangkan risiko;
b. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah
c. Keterampilan memimpin dan mengelola
d. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi.
e. Keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan.
Secara garis besar modal kewirausahaan dapat dibagi ke dalam empat jenis yaitu :
1. Modal Intelektual dapat diwujudkan dalam bantuk ide-ide sebagai modal utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen dan tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide merupakan modal utama yang akan membentuk modal lainnya. Kompetensi inti (core competency) adalah kreativitas dan inovasi dalam rangka menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan dengan berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keunikan.
2. Modal Sosial dan Moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan, sehingga dapat terbentuk citra. Seorang wirausaha yang baik biasanya memiliki etika wirausaha seperti:
(1) kejujuran
(2) integritas
(3) menepati janji
(4) kesetiaan
(5) kewajaran
(6) suka membantu orang lain
(7) menghormati orang lain
(8) warga negara yang baik dan taat hukum
(9) mengejar keunggulan
(10) bertanggung jawab
3. Modal Mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan.
4. Modal Material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.
Untuk memulai atau merintis usaha baru, modal utama yang harus ada pertama kali adakah ide, setelah memiliki ide sebaiknya segera dilakukan analisis kelayakan usaha seperti analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strength, weakness, opportunity, and threat-SWOT).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru, yaitu;
1. bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis.
2. bentuk dan kepemilikan usaha yang akan dipilih
3. tempat usaha yang akan dipilih
4. organisasi usaha yang akan digunakan
5. jaminan usaha yang mungkin diperoleh
6. usaha yang akan berpengaruh.
Untuk mengelola usaha tersebut harus diawali dengan:
1. perencanaan usaha
2. pengelolaan keuangan
3. aksi strategi usaha
4. teknik pengembangan usaha
BAB II
RUANG LINGKUP DAN DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN
2.1 Disiplin Ilmu Kewirausahaan dan Perkembangannya
Dalam teori ekonomi, studi mengenai kewirausahaan ditekankan pada identifikasi peluang yang terdapat pada peranserta membahas fungsi inovasi dari wirausaha dalam menciptakan kombinasi sumber daya ekonomis sehingga memengaruhi ekonomi agregat.
Studi kewirausahaan kemudian berkembang dalam disiplin ilmu lain yang penekanannya pada sang wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti karakteristik kepribadian wirausaha, sedangkan pada ilmu sosiologi penelitian ditekankan pada pengaruh dari lingkungan sosial dan kebudayaan dalam pembentukan masyarakat wirausaha. Ray dan Ranachandran (1996) menandaskan, walau terdapat perbedaan sudut pandang, penelitian yang dilakukan baik oleh ahli ekonomi, psikologi, dan sosiologi harus tetap bepijak pada kegiatan kewirausahaan serta sebab akibatnya pada tingkat mikro dan makro. Dengan demikian adalah wajar jika studi kewirausahaan dengan penekanan keilmuan yang berbeda itu pada akhirnya akan saling berhubungan dan memengaruhi.
Sementara itu fenomena kewirausahaan ini masih terus diteliti dan belum terdapat satu pengertian baku yang dianut oleh semua ahli (Shapero, 1982). Ini menunjukkan perkembangan teori ini masih dalam perjalanan panjang serta dari adanya perubahanperubahan ekonomi dunia diharapkan memberi banyak masukan bagi peneliti. Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, telah menarik perhatian para pakar untuk meneliti bagaimana mereka terbantuk. Bagian ini menjelaskan teori-teori mengenai proses pembentukan wirausaha. Teori tersebut antara lain: life path change, goal directed behavior, teori outcome expectancy. Terakhir, terdapat acuan komprehensif mengenai teori pembetukan wirausaha yang dipadukan oleh teori-teori sebelumnya. Begitu banyak teori yang telah mengupas persoalan ini, intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.
2.2 Teori Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak memaluli proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh:
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya. Banyaknya hambatan yang dialami keturunan Cina untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada kondisi seperti ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuanfa menjaga kealngsungan hidupnya. Di sinilah biasanya pilihan menjadi wirausahaa muncul karena dengan menjadi wirausahan mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.
c. Having positive pull
Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya, yang memutuskan untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan bahan baku ban bekas, seperti stopper back door, engine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan dengan menampung produk mantan manajernya tersebut.
2.3 Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu. Teori ini disebut dengan Goal Directed Behavior.
Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seseorang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, hingga tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena adanya deficit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang bersangkutan (wirausaha).
2.4 Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konskuensi yang diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu. judgement about likely consequences of specific behaviors in particular situations. (Bandura, 1986:82)
Dari definisi di atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yan akan diperolehnya jika ia melaksanakan suatu perilaku tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan keberhasilan. Seseorang memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan tugas tertentu akan mendatangkan imbalan dengan nilai tertentu juga. Imbalan ini berupa juga insentif kerja yang dapat diperoleh dnegan segera atau dalam jangka panjang. Karenanya jika seseorang menganggap profesi wirausaha akan memberikan insentif yang sesuai dengan keinginannya maka dia akan berusaha untuk memenuhi keinginannya dengan menjadi wirausaha. Michael Dell, seorang mahasiswa teknik komputer di AS, mempunyai keyakinan yang kuat bahwa bila dia geluti serius hobi modifikasi komputer yang diminati teman-temannya ia akan dapat mengalahkan IBM kelak. Terdorong oleh hal itu Dell terus mengembangkan usaha dengan mendirikan Dell Corporation. Hingga kini Del dan IBM terus bersaing di industry komputer.
Menurut bandura (1986) ada berbagai jenis insentif sebagai imbalan kerja yang diharapkan individu dan setiap jenis memiliki kekhasan sendiri. Jenis insentif tersebut adalah:
a. Insentif primer]
Merupakan imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan dengan kebutuhan isiologis kita seperti makan, minum, kontak fisik, dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya jika seseorang dalam keadaan sangat kekurangan, seperti kurang makan/minum.
b. Insentif sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan untk memperoleh umpan balik sensoris yang terdapat di lingkungannya. Misalnya anak kecil melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan insemtif sensoris berupa bunyi-bunyi baru atau berupa stimulus baru untuk dilihat atau orang dewasa yang bermain musik untuk memperoleh umpan balik sensoris berupa bunyi musik yang dimainkan.
c. Insentif social
Manusia akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau hukuman daripada reaksi yang berasal dari satu individu.
d. Insentif yang berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah, kenaikan pangkat, penambahan tunjungan, dan lain-lain. Hampir seluruh masyarakat menggunakan uang sebagai insentif. Hal ini disebabkan dengan uang, individu dapat memperoleh hampir semua hal yang diinginkannya, mulai dari pelayanan jasa hingga pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, dan lainlain.
e. Insentif yang berupa aktivitas
Teori-teori mengenai reinforcement yang sangat terikat pada dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi perilaku dengan cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata dari penelitian terbaru diketahui bahwa beberapa aktivitas atau kegiatan fisik justru memberikan nilai insentif yang tersendiri pada individu.
f. Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian besar masyarakat, kedudukan individu seringkali dikaitkan dengan status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan social memberikan kesempatan kepadnya untuk mengontrol perilaku orang lain, baik melalui simbol atau secara nyata. Dengan kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat, mereka dapat menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, dan lain-lain. Keuntungan yang khas ini membawa individu berusaha keras untuk mencapai posisi yang memberikan kekuasaan.
g. Insentif berupa terpenuhinya standar internal
Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari pekerjaanya. Insentif bukan berasal dari hal di luar diri, tetapi berasal dari dalam diri seseorang. Reaksidiri yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya. Seorang yang merasakan bahwa kemampuannya tidak akan dapat optimal bila hanya bekerja sebagai karyawan, akan lebih puas bila ia merasa bahwa dengan berwirausaha segenap potensinya dapat tersalurkan.
Jadi ada insentif-insentif tertentu yang umumnya diharapkan seseorang dengan menjadi wirausaha. Antara lain insentif primer, insentif sosial, insentif status dan pengaruh, dan insentif terpenuhinya standar iinternal.
2.5 Tujuan Pembentukan Wirausaha
Teori-teori diatas sudah menjelaskan mengenai bagaimana proses seseorang dapat menjadi wirausaha. Walau teori tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat teori tersebut saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tersebut dapat menjadi model tahapan pembentukan yang sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut adalah:
a. Deficit equilibrium
Seseorang merasa adanya kekurangan dalam dirinya dan berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tersebut tidak harus berupa materi saja, namun dapat juga berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, standar internal, dan lainlain).
Deficit equilibrium dapat pula terjadi karena berubahnya jalur hidup, seperti jika seseorang mendapat tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta mendapat dukungan dari orang lain (Shapero & Sokol, 1982).
b. Pengambilan keputusan menjadi wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong dia untuk mencari pemecahannya, untuk itu dia mengevaluasi alternatif pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas informasi yang diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu alternatif keputusan memeiliki peran yang sangat besar (Reitman, 1976) dalam usahanya mengambil keputusan untuk menjadi wirausaha.
c. Goal Directed Behavior
Keputusan menjadi wirausaha diambil dengan tujuan memecahkan masalah kekurangan yang dia miliki. Di sini masalah kekurangan diidentifikasi dengan adanya harapan sebagai pemecahan. Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan dia dapat jika melakukan tindakan tertentu. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sehingga mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seorang wirausaha (Wolman, 1973).
d. Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat penting untuk pengambilan keputusan menjadi wirausaha. Tujuan ini berupa insentif yang diyakini akan dinikmati jika seseorang melaukan kegiatan tertentu.
2.6 Peran Pendidikan dalam Pembentukan Wirausaha
Bagaimana peran pendidikan dalam proses pembetukan kewirausahaan? Masih ada perdebatan mengenai pertanyan ini. Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya dalam memahami dunia wirausaha, namn ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang wirausaha lebih memiliki streetsmart daripada booksmart, maksudnya adalah seorang wirausaha lebih mengutamakan untuk belajar dari pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan belajar dari buku dan pendidikan formal (booksmart). Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jika pendapat tersebut benar maka secara tidak langsung usaha-usaha yang dilakukan untuk mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal pada akhirnya sukar untuk berhasil. Terhadap pendangan di atas, Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan dia mengatakan bahwa kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah karena dia lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun dia juga tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumber kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalamam lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utaman yang menentukan keberhasilan wirausaha.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan seta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh wirausaha sebagai sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori sebagai landasan berpikir
BAB III
KARAKTER, CIRI-CIRI UMUM, DAN NILAI-NILAI HAKIKI KEWIRAUSAHAAN
3.1 Geoffrey G. Meredith (1996:5-6).
Mengemukakan cirri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut :
1. Percaya diri dan optimis Memiliki kepercayaan diri yang kuat
2. ketidaktergantungan terhadap orang lain, dan individualistis.
3. Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi.
4. berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, setra inisiatif
5. Berani mengambil resiko dan menyukai tantangan Mamu mengambil resiko yang wajar.
6. kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran dan kritik.
7. keorisinilan Inovatif, kreatif dan fleksibel
8. Berorientasi madsa depan Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.
3.2. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7)
mengemukakan karakteristik kewirausahaan sebagai berikut :
1. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2. Preference for moderate risk, yaitu lebih risiko yang moderat, artinya selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi.
3. in their ability to success, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.
4. Desire for immediate feedback, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudakan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
5. High Level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerjakeras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6. Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan wawawsan jauh ke depan.
7. Skill organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi dari pada uang.
3.3 Vernon A. Musseleman (1989:155), Wasty Sumato (1989), dan Geoffey Meredith (1989:5)
Meringkas beberapa ciri kewirausahaan dalam bentuk sebagai berikut:
1. memiliki keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.
2. Memiliki kemauan uantuk mengambil resiko.
3. Memilki kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
4. Mampu memotivasi diri sendiri.
5. Memiliki semangat untuk bersaing.
6. Memiliki semangat untuk kerja keras.
7. Memiliki kepercayaan diri yang besar.
8. Memiliki dorongan untuk berprestasi.
9. Tingkat energi yang tinggi.
10. Tegas
11. Yakin terhadap kemampuan diri sendiri.
BAB IV
PROSES KEWIRAUSAHAAN
4.1 Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan (property right), kemampuan/kompetensi (ability/competency), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment). Jadi, kemampuan berwira usaha merupakan fungsi dari prilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreatifitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. Model Proses Kewirausahaan Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan resiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Factor pemicu yang berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, pesaing, inkubator, sumber daya dan kebijakan pemerintah. Sedangkan factor pemicu yang berasal dari lingkungan social meliputi keluarga, orang tua, dan jaringan kelompok. Sama seperti pada tahap perintisan, pertumbuhan kewirausahaan sangat bergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu pendanaan. Faktor yang berasal dari pribadi adalah komitman, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial, sedangkan faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur, dan strategi.
Ciri-ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan
1. tahap imitasi dan duplikasi
2. tahap duplikasi dan pengembangan.
3. tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda.
4.2 langkah- langkah Menuju Keberhasilan Berwirausaha
Untuk menjadi wirausaha yang sukses, seseorang harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas serta kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko, baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankan. Agar usaha tersebut berhasil, selain harus bekerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitra usaha maupun semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
Langkah menuju kewirausahaan yang berhasil, yaitu:
1. ide
2. kemauan dan kemampuan
3. semangat dan kerja keras
4. loyalitas dan tanggung jawab.
5. wirausaha
4.3 Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Berwirausaha
Keberhasilan seorang wirausaha ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kemampuan dan kemauan.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras
3. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan.
BAB V
IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN
5.1 Ide Kewirausahaan Seperti telah dikemukakan, wirausaha dapat menambah nilai suatu barang dan jasa melalui inovasi. Keberhasilan dapat dicapai apabila wirausaha menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa ininovasi sebagai alat utnuk kemggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan sebuah instrumen penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan suatu yang baru dan menciptakan nilai. Ketangguhan kewiraushaan sebagai penggerak perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secar terus menerus. Wirausaha dapat menciptakan nilai dnegan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang melalui ide-ide dan akhirnya menjdai pengedali usaha.
5.2 Sumber-sumber Potensial Peluang
Agar ide-ide potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara teurs menerus. Proses penjaringan ide atau disebut proses screening merupakan suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menajadi prodeuk dan jasa riil. Adapun langkah untuk penjaringan ide dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Menciptakan produk baru dan berbeda, ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli atau penggunanya.
2. Mengamati Pintu Peluang. Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk baru, dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan-kelemahan dan risiko pesaing dalam menanamkan modal barunya.
3. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam. Analisa ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kulaitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak. Beberapa biaya yang di keluarkan untuk membuat produk tersebut? Apakah biaya yang kita keluarkan lebih efisiensi daripada biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?
4. Menaksi Biaya Awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru. Dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan?berapa yang deperlukan untuk operasi, perluasan, dan biaya lainnya?
5. Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi, misalnya risiko teknik, finansial, dan pesaing. Risiko pesaing adalah kemampuan dan keseediaan pesaing untuk mempertahankan posisinya di pasar. Risiko teknik berhubngan dengan proses pengembangan produk yang cocok dengan yang diharapkan atau menyangkut suatu objek penetu apakah ide secara aktual dapat idtransformasikan menjadi produk yang siap dipasarkan dengak kapabilitas dan karakteristiknya. Risiko finansial adalah risiko yang timbul sebagai akibat ketidakcukupan finansial, baik dalam tahap pengembangan produk maupun dalam menciptakan dan mempertahankan perusahaan untuk mendukung biaya produks baru. Analisa kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman (strength, weakness, opportunity, and threath-SWOT) sangat penting dalam menciptakan keberhasilan perusahaan baru.
5.3 Pengambilan Keputusan untuk Berwirausaha
Setiap orang memiliki ide untuk berkreasi namun hanya sedikit orang yang tertarik untuk terus melanjutkan sebagai seorang wirausahawan. Berikut ini beberapa paparan yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk berwirausaha:
1. Mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini biasanya dipicu oleh keinginan untuk mengubah keadaan yang statis ataupun mengubah gaya hidupnya karena adanya suatu hal negatif yang menimbulkan gangguan.
2. Adanya keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung keinginan ini antara lain adalah budaya juga dukungan dari lingkungan sebaya, keluarga, dan partner kerja. Dalam budaya Amerika dimana menjadi bos bagi diri sendiri lebih dihargai daripada bekerja dengan orang lain. Hal ini lebih memacu seseorang untuk lebih mengembangkan usaha daripada bekerja untuk orang lain. Selain itu, dukungan pemerintah juga menjadi faktor yang tak kalah penting. Dukungan ini dapat terlihat melalui pembangunan infrastruktur, regulasi yang mendukung pembentukan usaha baru, stabilitas ekonomi dan kelancaran komunikasi. Faktor selanjutnya adalah pemahaman terhadap pasar. Tentu saja hal ini menjadi penting terutama dalam meluncurkan produk baru ke pasaran. Selanjutnya adalah peranan dari model yang akan mempengaruhi dan juga memotivasi seorang wirausahawan. Faktor yang terakhir adalah ketersediaan finansial yang akan menunjang usaha.
5.4 Peranan Wirausahawan dalam Perkembangan Ekonomi
Peranan wirausaha tidak hanya sekedar meningkatkan pendapatan perkapita tapi juga memicu dan mundukung perubahan struktur masyarakat dan bisnis. Dalam hal ini pemerintah dapat berperan sebagai inovator. Pemerintah akan bergerak sebagi pelindung dalam memasarkan hasil teknologi dan kebutuhan sosial.